Halaman

02 November 2008

Kata Mereka Tentang Kontroversial Pernikahan Syekh Puji dengan Ulfa

Nikah. 5 huruf. 2 suku kata. 2 huruf vokal. 3 huruf konsonan.

Sederhana, bukan?

Namun, tak lagi sempat disebut sederhana jika orasinya menimbulkan berbagai tanda tanya besar yang sarat kontroversial.

Belakangan ini, publik dikejutkan oleh pernikahan Syekh Puji (43) dengan Ulfa (12). Betapa tidak, Syekh Puji yang dikenal sebagai seorang asatiz pimpinan pondok pesantren Miftahul Jannah, Bedono, Jambu, Kabupaten Semarang, secara siri menikahi gadis di bawah umur yang usianya belum genap 12 tahun dan masih terbilang anak-anak.

Sahabat KREATif sebagai bagian dari komunitas masyarakat yang disebut anak-anak, turut berkeciap menanggapi tingkah polah yang tidak biasa ini. Berikut petikan pendapat beberapa sahabat KREATif di Jakarta.

Aditya

Sungguh memprihatinkan! Kasus ini semakin menguatkan fakta tentang moral Indonesia yang kian anjlok! Bahkan seseorang yang bisa dianggap sebagai pemuka agama pun, belum menjamin memiliki moral yang bernilai tinggi!

Ya, seperti layaknya kasus Syekh Puji 40 tahunan ini. Seseorang yang akrab dengan sebutan Syekh ini, dengan bangga hendak merealisasikan keinginan duniawinya melalui pernikahan sirinya dengan Ulfa, gadis yang masih berumur 11 tahunan! Pantaskah itu? Lagi-lagi, sungguh memprihatinkan!

Aida

Kenapa sih ulama di Indonesia makin “aneh”? Syekh Puji, seorang ulama (???) yang menikahi anak berusia 12 tahun. Apa ya yang ada di pikirannya? Ngikutin Rasullullah? Apa iya itu alasannya? Apa cuma dalih untuk membenarkan tindakannya? Please deh! Kisah Rasullulah menikahi Aisyah (yang saat itu berumur 9 tahun) itu beda! Beliau menikahi Aisyah, tapi tetap menunggu sampai cukup umur untuk diperlakukan semestinya. Apakah Syekh Puji juga demikian? Hmm…agak meragukan. Harus diperiksa tuh! Mungkin saja “Syekh” satu ini mengidap pedophilia. Mudah-mudahan pedophilia bukan penyakit menular. Kan kasian anak-anak Indonesia kalau bermunculan Syekh Puji-Syeh Puji lainnya…

Ayu DRS

Semua gadis pasti telah menyusun setiap tangkai bunga yang entah seberapa lama dirangkai menjadi sebentuk karangan. Mereka hendak mengalungkannya pada sang pangeran saat pengelana berkuda itu kelak datang membawakan bulan yang dipetik khusus untuk mereka.

Tapi…

Bukannya seorang pangeran berkuda, melainkan makhluk berkelebat janggut rawa yang tega begitu rupa menghalau seluruh khayal menakjubkan dari serat-serat kepala Ulfa.

Oleh satu sentakan tangan Syekh Puji, berguguranlah serta merta setiap kelopak bunga harapan dari rangkaian yang telah disusun Ulfa sekian lama. Betapa sebagai perempuan, Ulfa merupakan satu dari jutaan hiasan rapuh tentang santapan ketakutan yang terus dipelihara atas nama dalil.

Syekh Puji… Ingat! Meski paham bahasa Arab, tak satupun dari sekian banyak sahabat Rasullulah yang berani menafsirkan dalil (barang satu ayat pun). Lalu, mengapa Anda begitu tega memakai sunnah Rasul sebagai mantra ejakulator hasratmu?

Dian

Menurut gue, orang kayak gitu cuma memenuhi hasrat dia doang! Gue sebagai anak-anak tu merasa tertindas hak-haknya. Dia tu ga mikir kalau anaknya sendiri digituin. Gue menolak keras, dan pelakunya harus dibuang dari muka bumi ini!!!

Hidup anak Indonesia!

Kembalikan hak kami!

Febriyadi

Perbuatan yang sudah dilakukan Syekh Puji adalah perbuatan yang sangat salah besar. Mengatasnamakan sunnah Rasul serta mencegah diri dari perbuatan maksiat, bukanlah alasan yang logis. Bagaimanapun juga, tidak sepantasnya anak di bawah 12 tahun dinikahi dan diminta untuk memenuhi kebutuhan biologis, apalagi dengan orang yang sudah “berusia” sepertinya.

M. Akmal

Menurut saya poligami yang dilakukan Syekh Puji tidak sesuai dengan apa yang dilakukan nabi kita Muhammmad SAW. Karena Syekh Puji menikahi anak berumur 11 tahun yang masih polos dan tidak tahu apa-apa. Nabi Muhammad SAW menikahi Aisyah karena walaupun Aisyah masih kecil, tapi cara berpikirnya sudah dewasa (dalam hal positif). Tidak seperti yang dinikahi Syekh Puji, Ulfa.

Nicky Putri S

Pendapat saya mengenai kasus Syekh Pujiyono adalah; Asli! Gak banget! Karena melakukan sebuah pelanggaran hukum yang ia sembunyikan di balik sunnah Rasul. Secara tidak langsung, ia telah mencoreng nama baik Rasul.

Raisa Aurora

Sungguh memalukan ada orang menutupi perbuatan yang menyimpang dengan mengatasnamakan agama. Sebagai umat ISLAM, saya malu mengapa ada pemuka aama yang suka memelintirkan sunnah Rasul. Seharusnya, seorang pedophiia seperti itu segera diproses secara ukum, dan pastinya polisi harus lebih ulet menjaring pelaku kriminal yang bersembunyi di balik kedok agama, karena masih banyak Syekh Puji-Syekh Puji lainnya di dunia ini.

Sahabat KREATif dimana saja berada yang tertarik mengomentari fenomena tersebut, juga boleh melayangkan komentar melalui email KREATif: penulismuda.ina@gmail.com. Ditunggu ya!

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Ga usah menjelek-jelekkan orang lah, toh dia juga orang islam, kenapa sih harus memusuhi orang islam sendiri, pandanglah diri sendiri dulu, belum tentu kita lebih baik dari syech puji, apakah di antara kita sudah pasti masuk surga? ga ada jaminan kan, berbaik sangka saja

Komunitas Remaja Pena Anak Kreatif mengatakan...

Tuhan gak pernah bikin kesalahan ^_^

akbar mengatakan...

menghina sesama muslim sama dengan menghina Islam, membunuh sesama muslim sama dengan kafir.... silahkan anda memilihnya.

akbar mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.