Halaman

27 Mei 2010


Keluarga besar Tim KREATif Indonesia mengucapkan:
SELAMAT HARI RAYA WAISAK 2554
Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa



21 Mei 2010

Star of The Month

ADITYA GILANK PRATAMA

Tinggi semampai. Hidungnya sedikit mancung dengan kulit warna sawo matang. Lelaki berkacamata ini, sepintas terlihat masih seperti siswa SMP. Penampilannya yang khas dan bersahaja, namun penuh kelembutan, tak tergambar bahwa dia seorang penulis muda yang sangat produktif dan selalu berada di garis depan untuk menyuarakan hak-hak anak bersama kawan-kawannya di KREATif.

Dialah Aditya Gilank Pratama, pemuda imut-imut dengan rambut cepak yang sekarang menjabat sebagai ketua KREATif periode 2009-2010. Dia mengepalai KREATif Pusat (DKI Jakarta), serta mengkoordinir cabang dan ranting KREATif yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia.

Adit, begitu sapaan akrabnya, memang mudah bergaul dan cepat akrab dengan siapa saja. Senyum ramahnya akan menyapa siapa pun yang ditemuinya. Di balik keakrabannya, lelaki yang merupakan putra tunggal Ibu Tri Astuti ini adalah seorang yang gigih dan keras hati untuk menggapai keinginannya.

Hal itu terlihat dari caranya mengatur kegiatan di komunitasnya, dan tampak dari prestasinya yang cepat 'meloncat'.

Dia merupakan salah satu dari para Penulis Muda Indonesia yang memprakarsai berdirinya KREATif (Komunitas Remaja Pena Anak Kreatif) pada “Creative Writing Workshop” yang diadakan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) tanggal 27 November 2007 di Gedung BK3S, Menteng. Saat itu dia menjabat sebagai Wakil Ketua KREATif periode 2007-2008. Kemudian kembali terpilih pada periode 2008-2009 untuk jabatan yang sama. Ketika dia diberi tanggung jawab melakukan sesuatu, dia berusaha untuk melakukan sebaik-baiknya. Bahkan, dalam waktu singkat, dia diberi tanggung jawab yang lebih besar lagi, menjadi ketua KREATif periode 2009-2010.

Pada 2007, dia termasuk One of the best Indonesian Young Writers (UNICEF Award), dengan naskahnya yang berjudul: “Kesetaraan Gender Dimulai Dari Sekolah dan Rumah (2007)”. Dan naskahnya ini dimuat dalam buku “Ada Arjuna, Ada Srikandi. Ada Superman, Ada Wonderwoman” bersama 19 penulis muda Indonesia lainnya.

“Dua tahun berjalan, saya kembali menjadi One of the best Indonesian Young Writers 2009," tutur Adit dengan bola mata berbinar-binar.

Kali ini naskahnya yang berjudul “Aku Ingin Menjadi Presiden Yang Ceria” akan dibukukan dalam buku “Pelangi Pemimpinku” yang terbit Mei 2010.

Sebagai orang yang bertanggungjawab untuk mengembangkan komunitas berskala nasional dengan dua fokus utama; suara anak dan penulis muda, yang hampir sama targetnya, dia selalu mengikuti perkembangan karakter si ‘objek’ .

Satu fokus, penulis muda, digambarkan sebagai komitmen tinggi terhadap bidang kepenulisan. Adapun, suara anak, untuk menjangkau anak-anak yang mempunyai karakter selalu tampil natural, sehingga diperlukan rasa percaya diri yang tinggi, serta mempunyai kreativitas tinggi. Untuk itulah, KREATif ada untuk menyuarakan hak-hak anak melalui tulisan.

Remaja yang lahir di Jakarta tanggal 18 Oktober 1993 ini, terus menambah wawasannya dengan mengikuti dunia anak muda. Dia mencari informasi tentang hang out anak muda, ikut tweeter, facebook, sampai berdiskusi dengan pengurus parlemen remaja di berbagai belahan dunia.

Selain itu, lelaki yang pernah menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam International Youth Forum 21-24 Oktober 2009 di Hotel Millenium Jakarta ini, juga menambah wawasannya dengan banyak membaca buku, nonton film, traveling dan senang sesuatu yang baru.

Kegiatannya tidak hanya seputar menyuarakan hak-hak anak lewat tulisan, tapi juga mengasah bakat seninya di dunia teater. Dia selalu berupaya menampilkan yang terbaik, baik buat dirinya sendiri maupun untuk grup teater tempat dia bernaung. Dia cenderung tidak bisa diam, dan selalu melakukan inovasi baru dalam bakat yang digelutinya. Itu terbukti dalam Festival Seni Siswa Nasional 2009, ia mendapat penghargaan berupa medali emas.

Selain yang telah dipaparkan di atas, siswa multi talenta yang pernah menempuh pendidikan di SMA Negeri 78 Jakarta, SMP Negeri 89 Jakarta, SD Negeri Jelambar Baru, dan TK Putra Bangsa ini, juga memiliki sederet prestasi lainnya yang tak kalah dahsyat:

  1. Penghargaan Lulusan Berprestasi Nasional SMA Negeri 78 (2010),
  2. Abang 3 SLTA DKI (Abang None SLTA DKI 2009),
  3. Harapan 1 Remaja Ceria Jakarta Barat 2009
  4. Nominator Aktor Terbaik Festival Indraja (2008 dan 2009),

Dan pada Ujian Nasional 2010 ini, penggalan naskah dramanya yang berjudul “Ayah-Ayah Cinta”, menjadi bahan soal UAN SMA di wilayah Indonesia Timur.

Mendapat manfaat akibat memberi manfaat kepada orang lain adalah hal yang paling dia sukai. Karena itu, Adit terus menulis dan membangkitkan semangat untuk memperluas cakrawala pandang. Dampaknya, setiap orang akan memberi komentar dan kritik atas tulisan-tulisannya. Tak ada pengalaman buruk, semua hanyalah pelajaran untuk hidupnya. Semua pujian adalah karena orang-orang yang membiarkannya tetap hidup dan semakin berkembang.



Kelas Menulis KREATif Bulan Mei

Jakarta - Komunitas Remaja Pena Anak Kreatif (KREATif) kembali menggelar kelas menulis.
Kelas menulis tersebut menghadirkan seorang penulis muda multi talenta dari KREATif DKI Jakarta, Aditya Gilank Pratama.

Pelatihan praktis dan singkat dengan topik "PENULISAN CERPEN DAN SKENARIO" ini, berlangsung di Ruang Kelas KREATif, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Minggu, 10 Mei 2010.

Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta termotivasi untuk menulis cerpen dan skenario dengan produktif, lebih semarak, serta memahami teknik menulis cerpen yang berkualitas. Apalagi mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat dipublikasikan di media massa cetak, seperti koran harian, tabloid, dan majalah lokal maupun nasional.

Ditegaskan bahwa narasumber yang dihadirkan adalah sosok yang berkompeten dan memiliki pengalaman dalam menulis cerpen yang berkualitas.

Dalam pemaparan materi, para peserta antusias mengikuti dan aktif bertanya. Narasumber memberikan informasi, trik dan tip, serta proses kreatif dalam dunia penulisan.

Pada sesi tanya jawab, ada peserta bertanya tentang seluk beluk kepenulisan dan pengalaman narasumber dalam menghasilkan karya-karyanya, kiat-kiat mengembangkan potensi diri, bagaimana memulai kegiatan menulis dan beberapa pertanyaan lain yang semuanya dijawab dengan baik dan memuaskan oleh narasumber.


Acara yang berlangsung selama 3 jam tersebut ditutup setelah makan siang. Secara keseluruhan, kelas menulis berjalan dengan lancar, walaupun ada beberapa kendala teknis yang tidak dapat dihindari, seperti alokasi waktu yang tersedia sangat terbatas sehingga narasumber terkesan “dikejar hantu”, LCD yang “kurang beres”, dan lain-lain (ini menjadi pelajaran berharga bagi kami).

Ke depan, semoga kegiatan serupa semakin sering diadakan dengan variasi materi dari berbagai bidang. Hal ini akan sangat berguna untuk menambah wawasan dan kemampuan para remaja.

Memang, meningkatkan kompetensi dan kreativitas dalam menulis tidak mungkin dicipta dalam sekejap mata. Diperlukan langkah progresif setahap demi setahap.

Ruang sudah disediakan, kesempatan sudah diberikan. Mulai dari diri sendiri.


Menulislah...
Maka kompetensi dan kreativitas akan dapat diberdayakan.

20 Mei 2010

Membaca? Memangnya Penting?

Pernahkah terpikirkan oleh teman-teman bahwa hanya dengan membaca, seseorang dapat menjajah dunia? Jika belum, akan saya beritahu, bahwa hal ini memang benar terjadi. Tidak jauh-jauh, hal ini bahkan terjadi kepada negara kita. Teman-teman pikir kekuatan apa yang mampu membuat Belanda mempertahankan pemerintahan kolonialnya di Nusantara selama 3.5 abad? Ternyata bukan hanya kekuatan militer dan politik saja. Di balik semua itu, kekuatan di bidang kepustakaan juga menyokongnya. Kaget ‘kan? Namun, memang demikian adanya. Entah berapa banyak pustaka-pustaka tua kita diangkut ke negeri Belanda untuk dibaca, diteliti dan pada akhirnya disimpan di sana hingga kini. Lewat membaca pustaka inilah Belanda mempelajari asal-usul, sejarah dan karakteristik Nusantara sehingga mereka dapat menggunakan strategi yang tepat untuk menjajah. Wow!

Pentingnya Membaca

Dengan ilustrasi di atas, percaya kan kalau slogan : “Buku adalah Jendela Dunia” dan “Membaca Menambah Wawasan” memang masih relevan dan bukan cuma isapan jempol? Dengan membaca (apa saja, tidak harus buku) kita akan membuka ruang terhadap segala jenis informasi di luar diri kita. Tulisan-tulisan baik fiksi maupun nonfiksi dapat memberikan kita begitu banyak pengetahuan dan pelajaran. Pengetahuan atau pelajaran di sini terlalu sempit untuk sekadar diartikan sebagai pelajaran-pelajaran di sekolah yang lebih ke arah eksakta. Siapa bilang informasi kurs dolar, resep makanan dan harga sembako tidak penting untuk anak SMP? Siapa bilang informasi tentang perkembangan suatu kasus pidana, skandal, proyek pembangunan, dan opini-opini pembaca tidak penting untuk anak SMA? Siapa bilang pelajaran kehidupan dari novel-novel teenlit, komik-komik, film-film dan lagu-lagu tidak penting untuk disimak? Mungkin saat ini memang belum diperlukan. Namun, perlu teman-teman ingat, bahwa informasi itu mahal harganya. Suatu saat, informasi yang teman-teman baca di koran bekas pembungkus makanan, atau buku terbitan tahun 1970 di perpustakaan dapat menjadi sangat berguna dan berharga, lho!


Lalu, apa yang harus dibaca?


Pada dasarnya, orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi. Di era globalisasi seperti ini, bahan bacaan memang tidak hanya terbatas pada buku-buku perpustakaan atau koran saja. Internet yang sekarang sedang populer juga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan. Namun demikian, perlu diingat tidak semua informasi dapat kita akses di internet secara detail. Karena, tidak semua penulis mau sharing data mereka di internet kepada masyarakat luas. Contohnya saja, adakah situs yang menyediakan isi lengkap dari Kitab Sutasoma beserta artinya? Adakah situs yang dapat menjelaskan tentang Pantai Kuta secara lengkap dan mendetail? Adakah situs yang dapat menjelaskan tips manjur mengobati patah hati setelah putus cinta? Dalam hal inilah, buku-buku ‘kolot’ di perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, brosur-brosur pariwisata dari perusahaan travel, novel-novel remaja, artikel di koran, majalah, dan bahan bacaan lain yang berbentuk hard copy masih memegang peranan. Sekali lagi, di era globalisasi dan kebebasan pers ini, informasi dapat diakses dengan mudah dimana saja, kapan saja dan dari mana saja. Oleh karena itu, galilah informasi sebanyak-banyaknya dari media apapun yang ada di sekitar teman-teman. Jangan hanya puas dengan informasi-informasi yang disajikan di text books sekolah! Informasi yang kita dapatkan lewat buku-buku sekolah hanya sebagian kecil dari jumlah informasi yang dapat kita akses di luar sana.

Nah, bagaimana teman-teman? Sudah tergugahkah untuk mulai membaca? Semoga dengan adanya peringatan Hari Buku Nasional setiap 21 Mei, teman-teman lebih tergugah untuk membaca, menggali informasi dan menemukan kedahsyatan dari membaca buku. Mungkin bukan untuk menjajah negara lain, tapi menjajah kebodohan dan menunjang pendidikan teman-teman.

Gayatri Kancana (KREATif_NTB)

18 Mei 2010

KREATif on SMP 2 Mataram

Hai Kawan...

KREAtif 'Komunitas Penulis Muda Indonesia' yang disponsori oleh YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) dan UNICEF (United Nation Children Funds) akan membuka stand di SMPN 2 Mataram.

Selama 4 hari (11-14 Juni 2010), Berugaq/Gazebo timur akan disulap menjadi tempat dimana kita bisa mendapatkan informasi mengenai apa sih itu HAK ANAK dan masalah-masalah LINGKUNGAN HIDUP.

Untuk teman-teman yang suka menulis, yuk...tuangkan gagasannya di Blog KREATif dan selembar kain putih yang kami rentang mengelilingi berugaq.

Sedangkan bagi teman-teman yang ingin mengikuti Lomba Menulis Artikel Remaja Nasional 2010 (Tema: Realita Budaya di Mata Anak) silahkan menitipkan karyanya di stand ini untuk kemudian kami kirimkan ke panitia. GRATIS!!

Stand ini juga akan menjual berbagai pernak pernik unik dari sampah plastik dengan harga terjangkau karya Komunitas Remaja Peduli (JADUL) dan Taman KREATIVA Mataram.

Dan eeiiittss.... buat teman-teman pengunjung stand yang beruntung, akan ada hadiah lho...


Jadi, tunggu apa lagi? Sambil menghadiri acara HUT Emas SMPN 2 Mataram, kunjungi stand ini ya,...

Sampai Jumpa!

05 Mei 2010

KELAS MENULIS KREATif

Bedah cerpen dan belajar dari kesalahan ketika menulis cerpen, penting sekali. Tanpa itu, hanya akan seperti dialog kepenulisan saja. Setiap penulis biasanya punya kesalahan khas dan unik. Beda dengan penulis lain.

Karenanya, memiliki cerpen yang dibedah oleh orang lain dan ditunjuki kesalahan-kesalahan khasnya, menjadi sangat perlu dan bisa membantu kita sebagai penulis untuk tidak melakukan kesalahan serupa di masa depan.

Dan…

Tidak sekedar belajar menulis cerpen, tetapi berkesempatan berlatih bersama menulis skenario yang memenuhi standar idealis komersial dan layak dipresentasikan kepada khalayak.

Ikuti Kelas Menulis KREATif, yang diselenggarakan pada:

Hari/Tanggal : Minggu, 9 Mei 2010

Pukul : 09.00 WIB

Tempat: Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Jalan Tebet Barat Dalam V No.26 B

Pembicara: Aditya Gilank Pratama (The Best Indonesian Young Writer 2007 & 2009)

Materi : Penulisan Cerpen dan Skenario

GRATIS!!!

Bawa cerpen buatan sendiri, bagi yang ingin dibedah bersama!

Gak bawa pun gak apa-apa kok, hehe

Cepetan daftar melalui KREATif SMS Centre: 0817828230.

Pesertanya dibatasi supaya intensif.

Makasih yah ^_^

04 Mei 2010

KREATif Goes To Lapas Anak Tangerang

Jakarta (1/5) – KREATif Jakarta, Sabtu siang melakukan kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Tangerang, Provinsi Banten. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Lembaga Permasyarakatan Indonesia (27/4), serta sosialisasi budaya menulis bagi andikpas. Selain itu, juga untuk mengetahui situasi, kondisi, permasalahan, dan perkembangan yang ada di Lapas Anak.

KREATif berangkat dari YKAI lebih kurang pukul 12:00 WIB dengan didampingi oleh sejumlah pembimbing KREATif: Bunda Susan, Bunda Aya, dan Kak Ayu.

Acara berjalan sangat lancar dan menyenangkan, dengan acara terdiri dari: Sosialiasasi Undang-Undang Perlindungan Anak dan Konvensi Hak Anak, serta Sosialisasi budaya menulis. Suasana yang terasa adalah kebersamaan, riang gembira, saling berbagi kasih. Kepala Lapas menyatakan bahwa kunjungan-kunjungan seperti inilah yang semoga dapat merubah stigma di masyarakat bahwa Lapas Anak adalah tempat menyeramkan dan menakutkan. Apalagi andikpas-andikpas ini masih anak-anak yang jelas-jelas masih memiliki (dan sangat punya hak) terhadap masa depan mereka yang sama dengan anak-anak di luar Lapas. Kepala Lapas sangat berterima kasih dengan kunjungan ini, dimana KREATif juga menyatakan terima kasih telah diterima dan diberi kesempatan melihat sendiri suasana Lapas,

Rombongan KREATif berdialog dengan para sipir, anak didik serta melihat secara langsung kegiatan serta sejumlah fasilitas yang ada di dalam Lapas. Salah satunya adalah sarana pendidikan. Di samping mata pelajaran yang lazim diajarkan di SD dan SMP, pihak Lapas memberi porsi yang khusus pada pendidikan agama sebagai upaya perbaikan dan pengembangan moral warga binaan. Caranya adalah dengan melakukan kerjasama dengan beberapa pondok pesantren agar mengirimkan tenaga pengajarnya. Ada pula warga binaan yang telah memenuhi syarat tertentu, sengaja dikirim untuk belajar ke pondok pesantren mitra Lapas.

Dalam kunjungan tersebut, KREATif juga melihat ruang-ruang yang ada, antara lain: rumah pintar, pojok curhat, kelas musik, keterampilan, dan bengkel.

Di Lapas Anak Pria, jumlah andikpas mencapai 135 orang. Sedangkan di Lapas Anak Wanita, andikpasnya hanya 13 orang.

Bagi KREATif, kunjungan ini tak sekadar menjadi kunjungan, tetapi juga menjadi kunjungan yang paling mengharukan.

Wara dan Woro, dua pelajar SMA yang ikut serta dalam rombongan KREATif, kali pertama mengikuti kegiatan sosial di Lapas, membayangkan suasana 'penjara' anak-anak itu teramat menyeramkan. Awalnya, mereka
mengira akan bertemu wajah-wajah sangar dan sikap brutal para
penghuni. Ternyata, setelah lima belas menit di dalam dan berbincang
langsung dengan mereka, keduanya bisa tersenyum.

" Tak seperti bayangan saya, ternyata mereka ramah dan bersahabat," ujar Wara.

Ya, mereka memang ramah dan sangat bersahabat. Sikap yang mereka tunjukkan, seolah menghilangkan kesan brutal fisik sebagian mereka yang terlihat 'berbeda' dari anak-anak biasa.

Banyak catatan menarik di sini. Salah satunya ada empat anak di bawah 12 tahun yang menjalani hukuman di Lapas itu. Patrialis Akbar (Menteri hukum dan HAM), pernah menuturkan, anak di bawah usia 12 tahun seharusnya tidak menjadi tahanan atau anak didik di Lapas, namun sebagai anak negara atau dikembalikan kepada orang tuanya. Ia juga menjelaskan, terjadi kesalahan pada prosedur penegakan hukum terhadap anak di bawah usia 12 tahun untuk menjalani tahanan di Lapas.

Empat anak berusia kurang dari 12 tahun yang menjadi anak didik di Lapas Anak Pria tersebut, yakni Surya, Deden Febriansyah, Yusuf dan Ilham karena terlibat berbagai kasus.

Tak ada yang menyalahkan lembaga ataupun institusi mana pun terkait dengan persoalan anak di bawah usia 12 tahun yang menghuni Lapas. Pihak lapas hanyalah sebagai penampung. Lapas tidak bisa diberi sanksi sehubungan persoalan itu karena Lapas hanya sebagai pelaksana dari sebuah proses peradilan.

Sekali lagi, KREATif sampaikan bahwa Lapas Anak sangat jauh dari kesan menakutkan dan menyeramkan. Malah yang tertinggal adalah bayangan andikpas-andikpas yang ceria, bergembira dan santun.

KREATif mengucapkan terima kasih yang luar biasa atas partisipasi teman-teman, baik yang memberikan sumbangan, yang ikut hadir, maupun yang ikut membantu dengan doa, dukungan, dan semangat.

Semoga acara seperti ini dapat berlangsung kembali di hari-hari mendatang.

Terima kasih banyak,,,

Salam Penulis Muda Indonesia ! !

Star of The Month

VERA ASTUTI

Adalah putri pertama pasangan Bapak Edi Karta dan Ibu Olis Setiawati yang lahir di Sukabumi, 10 April 1991.

Dengan optimisme dan upaya sungguh-sungguh, ia dapat menyelesaikan sekolahnya di SDN 01 Pagi Sukabumi Selatan, SMPN 75 Jakarta, dan SMAN 78 Jakarta.

Ia bergabung dengan KREATif pada Creative Writing Workshop tahun 2007 di gedung BK3S, Menteng.

Tahun 2008, dia masuk 20 besar finalis Lomba Menulis Nasional untuk Remaja yang diadakan oleh YKAI bertemakan Anak dan Lingkungan.

Salah satu The Best Indonesian Young Writers ini, karyanya telah dibukukan dalam kumpulan esay The Hot Chicken Soup for Global Warming dengan judul “Ibu, Seperti Apa Bau Tanah Itu?”

Meski badannya mungil dan ramping, dia memiliki banyak cita-cita yang tidak mungil, antara lain: psikolog, penulis, wiraswasta,dan aktivis.

Minggu lalu setelah menerima kabar kelulusannya dari SMA 78 Jakarta, dia berencana melanjutkan kuliah di jurusan psikologi sebuah universitas bergengsi di negeri ini.

Sama-sama kita doakan yuk..

Moga yang menjadi keinginannya segera terwujud.

Amiin..


KELAS MENULIS KREATif bulan April

Berbeda dengan kebanyakan komunitas lain, KREATif Jakarta mengembangkan kemampuan remaja dalam kelas menulis. Ini sangat potensial untuk membangkitkan ‘sleeping giant’ yang ada pada jiwa setiap orang. Dalam kelas menulis ini, para peserta datang dari berbagai macam latar belakang. Tidak hanya belajar menulis kreatif, tapi juga mengenal perbedaan menulis kreatif dan menulis akademik. Kegiatan ini berlangsung dengan baik dan lancar.

Kelas menulis ini diadakan di ruang kelas KREATif, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Tebet, 25 April 2010. Dari pengalaman berdiskusi dengan pembicara, para peserta merasa potensi menulis adalah peluang yang sangat menarik, tak terkecuali peluang usaha. Kelas menulis diawali dengan latihan menulis ‘buta’ (tanpa tahu apa beda academic writing dan creative writing), kemudian tulisan yang mereka buat didiskusikan dengan peserta yang lain. Tulisan bisa dalam bentuk karya sastra, artikel dan berita langsung.

Kegiatan ini bisa menjadi awal bagi kita untuk membuat karya-karya kreatif bersama. Vera, sang pembicara, menjelaskan kepada peserta bagaimana mengenal dan membedakan academic writing atau pun creative writing. Ia menceritakan bagaimana upaya membentuk sebuah karya yang baik bagi pembaca, serta bagi penulisnya sendiri. Sehingga, kegiatan ini justru dapat menjadi ruang bagi anggota komunitas untuk merasakan bagaimana membangun karya dengan beribu ide yang berbeda latar.

Setelah materi selesai disampaikan, Vera membuka diskusi dan forum tanya jawab. Proses belajar ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan daya kritis remaja. Semakin banyak tantangan yang dihadapi oleh remaja di masa depan, semakin banyak pula bekal yang dibutuhkan. Antara lain, bagaimana mengenal diri sendiri, lingkungan dan potensi-potensi yang bisa dikembangkan dengan segala kreatifitas. Seperti yang dipelajari dalam kelas menulis yang berlangsung selama 3 jam ini.