Halaman

28 Januari 2010

Sobat KREATif Nusantara dan Mancanegara

Nangroe Aceh Darussalam

DKI Jakarta (Pusat)

Bogor

Raisa Kamila Humam

Aditya Gilank Pratama

Ni Luh Putu Ayu Eka Kartika Sari

Andrian Kurnia

Raisa Aurora

Bengkulu

Ardiansyah Putra

Adhiah Juliarti Harahap

Dede Ahmad

Depok

Dian Bastiar

Nityaningrum Duatibumi

Palembang

Fadhil Alkafi

Vicko Gestantyo Anugraha

Febriyadi

Bekasi

Janita

Anggun

Bangka Belitung

Khalisa Herning

Astari Maghfira

Stevy Liura

Muhammad Akmal

Bastianto Ario Perwiro

Puti Rosdina Alif

Bondan Ario Prasetyo

Jambi

Vera Astuti

Brisbania Ayu Saraswati Bhakti

Alfinda Agyputri

Nora Viali

Bandung

Rafdhito Mahadika

Purworejo

Aida Yuni Kusumawardhani

Stella Cynara Putri Amandara

Karina Langit Rinesti

Asep Ramdhani

Veneranda Dinda Putri Natalia Desire

Bima Syahab Hifmawan

Pati

Suhaili Nazir

Cirebon

Gadis

Tiffani Deshiant Pawestri

Gabrielle Tatia

Semarang

Surabaya

Maluku

Azmi Farah Fairuzia

Nadia Ilmi

Yuni Tahuhey

Kiki Sosali Aziz

Nicky Putri Santoso

Rifqi Jundi

Sri Andiani

Bima (NTB)

Nurul

Magelang

Denpasar

Vierna Tasya Wensatama

Nuri Mandan Sari

Mataram (NTB)

I Gusti Ayu Sri Gayatri Kancana Dewi

Jogjakarta

Pontianak

Rilnia Metha Sofia

Gladistria Putri Paputungan

Ivana

Joko Sukamto Josuke

Winner Indi Manega

Mancanegara

Yudistira Riyadi Timothius

Malaysia

Dela Nila Wijaya

Translokasi

Ni Luh Putu Ayu Eka Kartika Sari = Denpasar ke Bogor

Tiffani Deshiant Pawestri= Jogjakarta ke Bandung

Bima Syahab Hifmawan =Jogjakarta ke Bandung

Suhaili Nazir = Bangka Belitung ke Bandung

Nicky Putri Santoso = Bekasi ke Surabaya

Aida Yuni Kusumawardhani = Bekasi ke Bandung

Raisa Aurora = Bekasi ke Bogor

Alfinda Agyputri = Jakarta ke Jambi

Dela Nila Wijaya = Semarang ke Malaysia

26 Januari 2010

BERITA BAGI PARA PENULIS MUDA

Dear sahabat KREATif dimanapun berada...
Buletin pertama KREATif tahun 2010 akan diterbitkan pada bulan April 2010 yang akan datang. Tema pokok buletin kali ini adalah Ujian Nasional. Selain itu, ada juga 4 sub-tema lainnya yaitu Resolusi Tahun Baru 2010, Pers (mengingat tanggal 9 Februari adalah hari Pers), Lingkungan Hidup (mengingat tanggal 22 April adalah Hari Bumi) dan Hak Anak.


Untuk itu, kami mengundang teman-tema
n untuk berpartisipasi dan menyumbangkan 1 tulisan untuk setiap orangnya dalam rubrik:
1. Artikel

Terdiri atas 2 Artikel, tentang Ujian Nasional. Panjang sekitar 1-2 halaman A4


2. Opini

Berisi pendapat anak-anak Indonesia tentang Ujian Nasional. Sertakan juga foto mereka.


3. Tips dan Prakarya

Berisi tips-tips dan cara membuat suatu prakarya. Kalau bisa dilengkapi foto-foto. Tema (boleh pilih): Resolusi Tahun Baru 2010, Pers, Lingkungan Hidup, Hak Anak


4. Resensi Buku.

Berisi ulasan tentang sebuah buku. 1 buku fiksi dan 1 buku nonfiksi. (Diutamakan dalam negeri)


5. Liputan.

Berisi liputan suatu kegiatan (workshop, baksos, dll), kalau bisa disertai foto.


6. Puisi.

2 puisi bertema bebas.


7. Informasi Kegiatan

Teman-teman yang ber
encana menyelenggarakan suatu kegiatan (pensi, baksos, workshop, lomba, dll) pada rentang waktu antara April-Desember, dan terbuka untuk umum, boleh menginformasikan kegiatannya di buletin KREATif.

Bagi teman-teman yang mau menyumbang, harap tulisan diketik denga
n font Arial 12, spasi 1.5 kertas ukuran A4. Cukup mengirim softcopy-nya ke email: penulismuda.ina@gmail.com
Dengan subjek: BULETIN.
Tulisan kami tunggu sampai Minggu, 28 Februari 2010.
Dan dapatkan eksklusif book
"THE HOT CHICKEN SOUP FOR GLOBAL WARMING" bagi teman-teman yang beruntung! ^^
Untuk informasi hubungi:
Tari : 08568326344

Gya : 085739028199

Terimakasih,

Seksi BBF (Buletin Blog, FB),
Tari (KREATif Jkt) & Gya (KREATif NTB)

22 Januari 2010

Aku, seorang “PSK”

AKU SEORANG “PSK”

Elinah, XII AP-SMKN 1 Cikedung-Indramayu

Sekitar 15 menit aku menunggu. Akhirnya tetanggaku itu keluar dari ruangan samping dengan mami. Aku melihat, tetanggaku keluar dengan wajah yang sangat senang seperti habis mendapati nilai rapornya yang bagus. Tak kalah senengnya buat mami juga yang raut wajahnya penuh dengan bling-bling yang bersinar. Di tangan kanan tetanggaku, aku melitah sebuah amplop besar yang cukup tebal tengah di genggam erat dan aku sontak bertanya. “apa itu pak?” dia pun bilang, ini isinya uang yang katanya buat keluargaku di rumah agar bisa membawa ayah ke rumah sakit. Aku terdiam, di sini aku belum bekerja apa-apa tapi koq sudah bisa mendapatkan uang buat orang rumah. Aneh memang, tapi aku tidak berani menanyakannya. Setelah sebentar bersalaman, tetanggaku langsung pamit pulang meninggalkanku di tempat perantaun yang jauh dari rumah orang tuaku dengan seorang perempuan yang hampir keriput itu yang terus memandangiku sedari aku datang.

Malam pertama, aku di perlakukan sangat baik oleh wanita-wanita yang lebih gede dari aku yang memanggil ibu itu dengan sebutan mami juga. Sungguh cantik-cantik mereka itu. Dengan dandanannya yang feminim, rambut-rambutnya yang terurai panjang serta tubuh-tubuhnya yang tinggi dan semampai. Aku pun akhirnya tidur dengan nyenyak tapi sebelumnya, mami sempat mampir ke kamarku dan berbicara sesuatu. “Dewi, kamu istirahat yang cukup ya malam ini. Karena besok kamu akan mulai bekeja. Besok kamu harus bersiap-siap dan belajar merias wajahmu dan dandananmu sama kakak-kakak yang tadi” dengan senyuman manisnya yang selalu dia berikan. Akupun memberanikan bertanya, “ibu, kalau boleh aku tahu, aku akan bekerja apa ya bu besok?” mami pun bilang, “tenang saja, kamu tidak usah takut. Kamu kerjanya asyik koq. Sekarang, kamu tidak usah banyak bertanya, lebih baik kamu istirahat saja” “ya mami” jawabku.

Keesokan harinya, sekitar habis ashar waktu itu. Aku dibawa oleh salah seorang kakak yang menemaniku semalam ke sebuah tempat untuk biasa orang-orang di situ merias wajahnya. Dia bilang, “kamu nurut saja ya” dengan langsung mendudukanku di depan sebuah meja rias. Total, aku berubah drastis. Sampai-sampai aku tidak mengenali wajahku sendiri. Aku di sulap layaknya bintang sinetron yang sangat cantik. Setelah selesai berdandan, akupun di suruh memakai pakaian yang sudah disediakan oleh kakak yang tadi mendandaniku itu. Astghfirullah, siapa aku ini? Apa aku ini? Jadi apa aku sekarang? Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu sempat terjawab oleh hati kecilku, kakak itu cepat-cepat membawaku ke sebuah tempat pemotretan. Aku di suruh bergaya yang di contohkan oleh seseorang yang ada di tempat itu. Aku semakin bingung, aku semakin tak mengerti. Tujuan dari semua ini itu apa sebenarnya? Aku harus kayak gini itu untuk apa?

Malam menjelang, ketika itu aku yang sedang beristirahat di kamar mami memanggil dan langsung membawaku keluar tanpa mengizinkan aku untuk bertanya aku mau dibawa kemana. Di sebuah tempat, yang sebelumnya aku tidak pernah tahu tempat itu. Di sana, banyak sekali orang-orang yang menari-nari, minum-minuman.

Oh, aku tahu ini adalah sebuah Bar. Aku teringat ketika tetangga di kampungku bercerita tentang tempat ia bekerja di Jakarta. Tapi, dia adalah seorang...... ah, tak sempat aku mengingat profesi temanku itu mami mengagetkanku. “Eh Dewi, ada yang mau ketemu kamu sekarang, cepat masuk kesini” langsung mami menarik tanganku ke sebuah ruangan yang tidak ramai seperti tadi.

Di situ, sudah menanti seorang lelaki bertubuh seperti tetanggaku namun tidak terlalu tinggi duduk di atas sofa sepertinya sedang menunggu seseorang. Umurnya sekitar usia ayahku. Ah ternyata, dia memang sedang menunggu. Ya, menunggu kami. Ketika kami mendekat, dia langsung berdiri dan tersenyum lebar melihatku. Mami berbicara sesuatu sambil dengan cara berbisik-bisik. Aku semakin aneh di sini, seolah-olah semuanya dirahasiakan oleh mereka.

Aku hanya harus nurut saja apa yang mereka perintahkan. Aku masih teringat akan teman sekampungku, yang waktu di kampung dia menceritakan tentang pekerjaannya. Oh, aku mengingatnya dia bekerja sebagai... “Dewi”, sahut mami. Mami telah memotong diamku yang tengah memikirkan temanku itu. “Dewi, tolong temani om ini ngobrol. Kamu nurut saja dan jangan banyak tanya. Ingat, mami udah bayar gajimu yang mami titipin buat ibumu lewat bang Warno kemarin. Paham kamu!!!” dengan nada yang cukup menekan. Aku jadi takut, tidak biasanya mami berkata keras itu terhadapku. Aku sebenarnya takut sekali waktu itu, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mami akhirnya meninggalkan kami berdua didalam sebuah ruangan sepi.

Sebentar mami pergi, bapak itu perlahan mendekati tempat dudukku. Aku semakin takut. Mau apa dia? “manis, kamu jangan takut ya. Tenang saja, sini dekat-dekat sama om” dia merayu dengan senyuman yang sangat manis. Tapi, aku bukannya mendekat tapi malah semakin menjauh. Tiba-tiba, dia merampas tanganku dan memintaku untuk ikut dia ke dalam sebuah kamar. Tenagaku tak kuat untuk menolak, dia begitu kuat dan keras menarikku ke dalam kamar. Aku semakin takut, aku yakin hal buruk akan menimpa diriku. Aku tersu meronta-ronta ingin terlepas dari genggaman iya. Namun, semakin aku berusaha untuk melepaskan diri, semakin kencang saja bapak itu menarikku dan kini malah melemparku ke atas ranjang. Aku benar-benar takut sekali, akupun mulai menangis. Aku terus berusaha untuk melarikan diri dan lepas dari cengkraman bapak itu. Diapun semakin kuat memegangi tanganku dan mulai marah hingga menamparku. Oh, sakit rasanya dan selalu nyeri terasa apabila aku mengingat kejadian itu. Aku mulai terkulai layu dan mulai tak berdaya, akupun menyerah. Ternyata, maksud dari lelaki setengah baya itu ialah menyetubuhi diriku. Musnah sudah semuanya, keperawananku telah terenggut dan tidak mungkin kembali lagi. Mataku terus beruraikan air mata hingga perbuatan bejat itu berlalu. Setelah puas dia menggauliku, dia lalu memberiku lumayan banyak uang dan kemudian pergi meninggalkan begitu saja. Pedih rasanya hati ini, derita batin kini ku alami.

Aku baru menyadari, ternyata tetanggaku yang membawaku ke Jakarta adalah penyalur Pekerja Seks Komersial (PSK), pantas saja teman-temanku atau tetangga-tetanggaku yang lain yang bekerja di Jakarta dan disalurkan oleh tetanggaku itu tidak jarang yang membawa uang sedikit. Sehingga, ibu telah menyuruhku untuk ikut disalurkan oleh dia ke Jakarta. Oh ternyata, uang yang telah waktu itu dibawa oleh tetanggaku yang hendak diberikan kepada ibu di rumah yaitu hasil dari penjualan keperawananku.

Ternyata, foto-foto diriku itu yaitu sebagai bahan tawar-menawar diriku kepada om-om itu. Tidak...... aku tidak bisa menerima kenyataan ini. Aku, telah di perjual belikan!!! Dan yang masih aku bingung dan bertanya-tanya, apakah ibu tidak mengetahui kalau ternyata aku dipekerjakan seperti ini di Jakarta? Apa, malah ibu sudah mengetahui sebelumnya dan memang sengaja telah membiarkan diriku terjual seperti ini? Oh, kenapa ibu kandungku sendiri telah tega melakukan hal serendah itu terhadap anak kandungnya sendiri? Karena kepolosan dan kebodohanku serta aku yang memang tidak mengetahui apa-apa, segitu mudahnya aku diperdaya, di tipu, dibohongi, sampai diperjualkan seperti ini. Kini, semuanya telah terjadi, bayi yang sudah terlahir tidak mungkin bisa kembali lagi ke rahim ibunya. Bunga mekar itu sekarang telah kuncup, Mentari akan selamanya tertutup oleh awan dan Bulan akan tetap tertutup pekatnya mendung. Selamanya, diriku hina dan semua akan memanggilku PSK!!!