Halaman

29 Desember 2008

Aida Yuni K: I Love You, Mom

Aku telah dewasa, itu benar.
Namun apakah aku telah dewasa sepenuhnya, itu tidak benar.
Aku masih membutuhkan belaian kasih seorang ibu.
Aku masih membutuhkan kecupan sayang seorang ibu.
Aku masih membutuhkan kehangatan cinta seorang ibu.
Aku masih membutuhkan semua itu layaknya aku ketika berusia balita.
Terkadang aku begitu kejam hingga membiarkan ibuku berada dalam kesendiriannya.
Aku biarkan ibuku terus terkungkung di dalam dapur mininya.
Aku biarkan ibuku kelelahan mengurusi segala urusan rumah tangga.
Aku biarkan ibuku hanya menatapku dari jauh tanpa bisa memelukku.
Aku biarkan ibuku menangis menghadapi tingkah liarku.
Aku biarkan semua itu.

Namun di saat aku sendiri, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku terbelenggu oleh bermacam masalah, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku menderita kesakitan batin yang begitu hebat, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku menangisi penyesalanku, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar dan berlindung, ibu tidak pernah membiarkanku.
Sekalipun ibu tidak pernah membiarkanku lepas dari rengkuhannya.
Aku sadar, begitu banyak luka yang kutimbulkan di hidup ibuku.
Tapi tak satupun dari luka itu mampu menghapus cinta dan kasih sayang ibu padaku.
Aku sadar telah membuatnya berderai air mata hampir di setiap malam-malam panjangnya.
Tapi air mata itu tak mampu hilangkan senyumannya ataupun tawanya.

Ibu, andai engkau membaca tulisan ini, aku ingin mengucapkan segalanya.
Aku ingin engkau tahu, aku sangat menyesal atas semua perbuatanku yang menyakitimu.
Dan aku pun ingin engkau tahu, aku sangat mencintaimu. Seumur hidupku.


"...I LOVE YOU, MOM..."

Merry Christmas



BUNYI LONCENG
Cing kerincing kerincing
Bunyi lonceng kereta sinterklas beriring-iring Ingatkan malam akan hari ke-25 dalam bulan kelahiran putra Tuhan

Cing cing cing
Lonceng kecil di cemara kecil disentil angin membumbui pohon berpuncak bintang nan terang
mewarnai suasana dengan nada bahagia

Teng teng teng
Lonceng rumah Tuhan mengundang insan untuk hadir dalam acara perayaan datangnya sang juru selamat

Stevy Liura_KREATif Babel

Tahun Baru Hijriyah... Singkirkan Jahiliyah..!!

Oleh : Aida Yuni K.

Tanggal 29 Desember 2008 ditetapkan oleh pemerintah sebagai Tahun Baru Islam atau yang dikenal juga sebagai Tahun Baru Hijriyah. Walau baru menunjukkan bilangan tahun yang ke-1430 (lebih muda dibanding Tahun Masehi yang kita gunakan sebagai penanda waktu saat ini) namun telah banyak peristiwa besar yang menjadi sejarah, tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga umat manusia.

Adanya tahun baru Hijriyah ini bermula dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin (yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan kaum Muhajirin) dari Mekkah ke Yastrib (Madinah). Tindakan ini dilakukan demi menyelamatkan akidah kaum muslimin dari pengaruh kaum Quraisy. Selain itu agama Islam mendapat sambutan yang positif dari warga Madinah. Ini memungkinkan Islam berkembang lebih cepat tanpa persengketaan seperti yang terjadi di kota Mekkah.

Itu hanyalah sekelumit kisah dari lahirnya Tahun Baru Hijriyah. Inti dari kisah tersebut adalah dimulainya babak baru yang lebih baik bagi perkembangan Islam selanjutnya. Tahun Baru Hijriyah adalah awal menuju kejayaan Islam.
Tetapi amat disayangkan ketika kita melihat kondisi umat Islam saat ini. Tahun Baru Hijriyah terus bergulir namun perubahan yang diharapkan dapat memperkokoh ukhuwah Islamiyah semakin menuju titik nol. Banyaknya serangan bom bunuh diri yang mengatasnamakan jihad fi sabilillah tentu tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Atau seperti kasus Syeh Fuji yang tengah marak di penghujung tahun ini. perbuatannya yang menikahi perempuan di bawah umur mendapat kecaman dari berbagai pihak. Walaupun begitu Syeh satu ini tak bergeming dengan dalih mengikuti perilaku Rasulullah yang menikahi Aisyah yang saat itu baru berumur 9 tahun. Lalu semakin populernya kalangan selebriti yang sebagian besar beragama Islam, melakukan perceraian. Memang perceraian tidak dilarang dalam Islam, tetapi perbuatan itu jelas - jelas dibenci oleh Allah. Dan masih banyak lagi kasus yang tidak sesuai dengan makna Tahun Baru Hijriyah. Bukan ke arah perbaikan kita melaju, tetapi perlahan kembali ke zaman kebodohan di saat Islam belum ada.

Setahun telah kita lewati. Dan kini telah datang tahun yang baru. Semoga di Tahun 1430 Hijriyah ini kita mulai menyadari kalau pergerakan roda kita telah mundur cukup jauh. Semoga kita bisa menekan pedal gas perjalanan ini agar bisa maju kembali mengejar ketertinggalan yang lalu. Semoga.

22 Desember 2008

Tahukah Kamu??

IDENTITAS TERSEMBUNYI HARI RAYA NATAL:

Tradisi yang Salah dalam Kekristenan

Apa yang terlintas di kepala Anda mengenai hari raya Natal? Hampir dapat dipastikan jawabannya tidak akan jauh dari hal-hal berikut: hari raya umat Kristiani, hari lahir Yesus Kristus, pohon natal, lagu-lagu natal, Sinterklas (Santa Claus), hadiah natal, kue-kue natal, perayaan meriah, makan-makan, hiasan-hiasan natal, dan masih banyak lagi hal-hal yang berbau natal. Namun, tahukah Anda bahwa ada satu fakta mengenai hari raya Natal yang sangat penting tetapi banyak orang tidak mengetahuinya, bahkan umat-umat Kristiani pun tidak? Fakta ini mungkin akan mengejutkan Anda: hari raya Natal sebenarnya bukan berasal dari Kekristenan, melainkan berasal dari tradisi paganisme (penyembahan berhala). Bagaimana mungkin? Apa buktinya? Bukankah hari raya Natal merupakan hari lahir Yesus Kristus? Pembuktian-pembuktian berikut mungkin dapat membantu menjelaskannya.

Yesus Kristus tidak lahir pada tanggal 25 Desember

Lalu pada tanggal berapa Ia lahir? Jawabannya, tidak ada seorang pun yang tahu. Alkitab tidak pernah mencatat tanggal berapa tepatnya Yesus lahir. Kelahiran Yesus tidak ada yang tahu kapan tepatnya karena Ia datang secara tiba-tiba dan tak terduga, layaknya seorang pencuri (lih. 1 Tesalonika 5: 2; Matius 24: 36, 44; Markus 13: 32). Mungkin Anda kemudian berkata, jika memang tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya Yesus Kristus lahir, berarti tidak ada yang berhak pula untuk mengatakan bahwa tanggal 25 Desember bukan tanggal Ia lahir. Ada kemungkinan itu memang tanggal Ia lahir, toh tidak ada yang mengatakan bahwa itu bukan tanggalnya. Saudara, mungkin tidak ada yang menyatakan secara langsung bahwa 25 Desember bukan merupakan tanggal yang tepat, tetapi ada beberapa pembuktian di dalam Alkitab yang dengan jelas menunjukkan bahwa tanggal itu pasti bukan tanggalnya. Pada waktu Yesus lahir, malaikat datang untuk memberitakan tentang kelahiran-Nya kepada para gembala. Pada waktu itu hari sudah malam, tetapi para gembala masih sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka (lih. Lukas 2: 8). Di Israel pada bulan Desember merupakan musim dingin, yang ditandai dengan hujan deras dan udara yang dingin (lih. Kidung Agung 2: 11). Jika dikatakan Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, yakni saat musim dingin yang basah, mungkinkah saat itu para gembala dan kawanan ternaknya berada di padang terbuka pada malam hari? Jawabannya dapat ditimbang dengan logika tentunya (dan bahkan ditegaskan dalam Ezra 10: 13). Jadi, mungkinkah Yesus lahir pada 25 Desember? Anda tahu jawabannya.

Sekarang pertanyaannya, dari manakah asal-muasal diperingatinya tanggal 25 Desember sebagai hari raya Natal? Dan mengapa Kekristenan mengakui tanggal tersebut sebagai hari lahir Yesus Kristus padahal sebenarnya tidak ada dasar Alkitab yang menyebutkan demikian? Tanggal 25 Desember sebenarnya merupakan hari raya para penyembah berhala (orang kafir), yakni peringatan kelahiran dewa matahari (atau bagi sebagian orang kafir, dipercaya sebagai kelahiran kembali matahari setelah “mati” selama beberapa saat) dan penutupan festival Saturnalia. Tradisi peringatan kelahiran dewa matahari atau kelahiran kembali matahari ditemukan pada masyarakat penyembah berhala di berbagai daerah di dunia, seperti Mesir, Roma, Iran, Yunani, Jerman, dan lain-lain; sementara festival Saturnalia sendiri berasal dari budaya Romawi. Festival Saturnalia yang berlangsung pada tanggal 17-24 Desember ini merupakan pesta pasca-panen yang merupakan ucapan syukur kepada dewa Saturn, sang dewa penanam (kesuburan). Tanggal 25 Desember merupakan puncak dari festival tersebut, sekaligus merupakan hari perayaan kelahiran sang dewa matahari, yang disebut dengan nama yang berbeda-beda di tiap daerah. Sebagian orang kafir meyakini bahwa tanggal 25 Desember merupakan hari kelahiran kembali matahari yang sempat “mati” (baca: menghilang) selama beberapa hari, yakni pada tanggal 22-24 Desember.

Pada waktu itu, tradisi orang-orang kafir ini dirangkul oleh Gereja Katolik Roma (saat itu belum terjadi perpecahan dalam gereja) untuk menarik lebih banyak orang masuk ke gereja. Tradisi tersebut kemudian “dikristenalisasi”. Tanggal 25 Desember yang sebenarnya merupakan peringatan akan kelahiran “Sun of Light” atau sang fajar terang, kemudian dikait-kaitkan dengan kelahiran “Son of Light” atau Sang Putra Terang. Jadilah tanggal 25 Desember diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, dirayakan dengan meriah oleh umat Kristiani mengikuti tradisi perayaan orang-orang kafir. Jadilah Natal hari raya umat Kristiani yang melekat dalam tradisi gereja, bahkan sampai setelah terjadi perpecahan dalam gereja dan sampai sekarang, tanpa ada yang mempertanyakan kebenaran tradisi tersebut.

#Satu fakta aneh: dalam bahasa Inggris, Natal disebut “Christmas” yang terdiri dari 2 kata, yakni “Christ” atau Kristus (Yesus) dan “Mass” yang berarti kematian, padahal “Christmas” dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus#

Pohon natal adalah bagian dari paganisme

Hari raya Natal belum lengkap tanpa pohon natal yang dihias semarak. Bahkan, bagi sebagian orang, pohon natal adalah inti dari seluruh perayaan. Sedikit yang mempertanyakan, apalagi mengetahui, asal-usul pohon natal dan apa pandangan Alkitab tentangnya. Pohon natal juga berasal dari tradisi paganisme (penyembahan berhala), yakni pohon evergreen, pohon yang selalu hijau dan tidak pernah mati, bahkan pada musim dingin sekalipun. Orang-orang kafir menyembah dan meyakini pohon itu sebagai pohon sumber kehidupan karena ia tetap hidup di saat pohon-pohon lain mati di musim-musin tertentu. Pohon ini kemudian juga dirangkul masuk ke gereja dan dikait-kaitkan dengan perayaan Natal karena dianggap melambangkan Yesus Kristus sebagai Sang Sumber Kehidupan. Meskipun sudah “dikristenalisasi”, pohon natal tetap bertentangan dengan Alkitab karena merupakan bentuk penyembahan terhadap berhala dan Tuhan tidak menghendaki hal tersebut (lih. Yeremia 10: 3-4).

Sinterklas (Santa Claus) bertentangan dengan Alkitab

Bagi anak-anak, sosok Sinterklas (Santa Claus) adalah sosok yang paling dinanti-nantikan pada hari Natal. Dia adalah sosok kakek baik hati yang menyayangi anak-anak manis, yang datang melalui cerobong asap dengan membawa hadiah yang telah diidam-idamkan sepanjang tahun. Sebagian orang mempercayai bahwa sosok kakek gendut berjanggut putih ini benar-benar ada, sebagiannya lagi (sebagian besar, lebih tepatnya) tahu persis bahwa sosoknya tidak pernah ada namun lebih memilih untuk tetap menenggelamkan diri dalam kebohongan. Berjuta-juta anak ditenggelamkan dalam kebohongan yang sama oleh orang tua mereka dan ketika mereka beranjak dewasa, kembali menenggelamkan anak-anak mereka dalam kebohongan yang sama. Lagi-lagi, tidak ada yang cukup peduli untuk mempertanyakan asal-usul sosok penerobos cerobong asap ini, apalagi berusaha mencari tahu apa pandangan Alkitab tentangnya.

Konon, Sinterklas atau Santa Claus bernama asli Nicholas atau Nikolaus. Orang-orang percaya bahwa ia dulu pernah hidup dan berkeliling mengantarkan kado bagi anak-anak manis setiap hari Natal. Sekilas, tampak tak ada yang salah dengannya. Ia hanya seorang pria yang menyayangi anak-anak dan berusaha membahagiakan mereka pada hari Natal. Selain itu, keberadaannya tidak menyalahi Kekristenan. Namun, Alkitab berkata lain. Alkitab mengungkapkan bahwa Nikolaus dan pengikut-pengikutnya adalah orang-orang yang dibenci Tuhan (lih. Wahyu 2: 6). Betapa pun baik dan benar perbuatannya terlihat di mata kita, Tuhan mengatakan Ia membenci sosok Nikolaus dan pengikut-pengikutnya. Kebencian tersebut pasti ada alasannya, yang tidak terungkap bagi kita (merupakan misteri Tuhan).

Pembuktian-pembuktian di atas hanya mampu menjelaskan sebagian kecil dari fakta besar yang baru saja Anda ketahui. Fakta besar tersebut mungkin mengejutkan Anda atau mengubah cara pandang Anda terhadap hari raya Natal. Setelah membaca tulisan ini, mengenai bagaimana Anda memandang hari raya Natal atau bagaimana cara Anda merayakannya, hanya Anda yang berhak menjawabnya. Apapun jawabannya tidak menjadi masalah karena Anda sudah mengetahui bagian yang terpenting: identitas tersembunyi hari raya Natal.

***Tulisan ini ditulis dengan sudut pandang Kristiani. Apabila ada perbedaan pandangan atau ajaran, harap disikapi dengan bijaksana. Semoga tulisan ini dapat memperluas wawasan pembaca*** (SAME)

Sumber: www.lasttrumpetministries.org; www.faithfreedom.org; www.thercg.org; www.origin-of-christmas.com

Alfinda Agyputri_KREATif Jakarta

How Deep Is Your Love?

Dalam rangka Hari Ibu yang akan jatuh 2 hari lagi, mungkin ada sebagian dari kiita yang bingung mau ngapain, betul?

Mungkin ada yang setuju bahwa kita perlu ‘merenung’ alias ‘flash back’ tentang hubungan kita dengan Ibu kita. Apa yang pernah kita lakukan untuk buat dia tersenyum?, apa ulah kita yang buat dia marah?, dll. Betul?

Namun mungkin ada sebagian dari kita yang berfikir “Wah, nggak asyik kalau kita doang yang flash back padahal ini kan harinya para Ibu”. Betul nggak?

Ok, daripada perhitungan, di bawah ini, ada beberapa pertanyaan yang asyik buat kamu dan Ibu kamu jawab bersama lalu lihat asilnya. Ajak saja Ibumu online atau print out halaman ini dan bekerjalah di rumah. Lihat hasilnya ya!
Ingat jawab yang JUJUR!

Buat kamu:

1.Seberapa sering kamu cium pipi Ibumu, bilang, “Aku sayang Ibu” dan “Terimakasih Ibu, Ibu baik sekali” ?

a.Jarang
b.Tidak pernah
c.Sering

2.Pernahkah kamu buat Ibumu tersenyum tulus dan tidak marah padamu?

a.Sehari saja
b.Tidak pernah
c.Setiap hari

3.Pernahkah kamu berkelahi dengan Ibumu, apa bentuknya?

a.Hanya adu mulut
b.Hingga dipukul atau memukul
c.Tidak tahu karena tidak pernah.

4.Jika Ibumu ngomel atau marah-marah, kamu akan….

a.Anggap angin lalu
b.Ikut ngomel
c.Laksanakan nasihatnya

5.Hari Ibu ini kamu ingin berbuat apa untuknya?

a.Biasa saja
b.Beli kado untuk hari ini saja
c.Bangun pagi lalu meringankan rutinitasnya.



Untuk Ibu:

1.Seberapa sering anda membelai rambut anak anda, mengucapkan selamat atas keberhasilannya dan mengatasi kesedihannya?

a.Tidak pernah
b.Sering
c.Jarang

2.Pernahkah anak anda menjadi anak yang baik sesuai kriteria anda selama ini?

a.Tidak pernah
b.Setiap hari
c.Sehari saja

3.Pernahkah anda berkelahi dengan anak anda, seperti apa?

a.Hanya adu mulut
b.Hingga dipukul atau memukul
c.Tidak tahu karena tidak pernah

4.Kapan biasanya anda marah?

a.Saat anak tidak patuh
b.Saat anak keterlaluan
c.Saat dia salah sediit saja

5.Hari ibu ini, anda ingin anak anda bagaimana terhadap anda?

a.Biasa saja
b.Beli kado untuk hari ini saja
c.Bangun pagi lalu meringankan rutinitas anda .


Oleh : Gayatri, NTB

19 Desember 2008

A – Z tentang seorang IBU

Amanat
Seorang ibu pada hakekatnya adalah seorang pemegang Amanat. Amanat yang dimaksud adalah berupa Anak. Seperti yang kita tahu bahwa yang namanya Amanat itu tidak boleh diabaikan dan harus dijaga. Jadi, seorang ibu pun bertanggung jawab atas anak yang telah keluar dari rahimnya.

Bayi
Hal pasti seorang perempuan dikatakan sebagai seorang ibu ialah lahirnya seorang Bayi. Oleh karena itu, Bayi adalah hal yang sangat berharga bagi seorang ibu.

Cinta
Cinta seorang ibu terhadap anak adalah cinta paling mahal yang pernah ada. Cinta sepasang kekasih dapat hilang pada saat mereka putus. Cinta sepasang suami isteri dapat hilang pada saat mereka bercerai. Tetapi cinta seorang ibu terhadap anaknya? Tidak akan pernah hilang.

Derajat.
Semua pasti tahu bahwa para Insinyur, Dokter, hingga Presiden adalah para sosok yang memiliki Derajat yang tinggi. Tetapi apakah mereka muncul begitu saja di muka bumi ini dan langsung memiliki Derajat setinggi itu? Tidak, bukan? Mereka-mereka lahir dari seorang Ibu dan mengalami bimbingan seorang Ibu. Jadi, seorang Ibu sangat bisa dikatakan sebagai sosok yang memiliki Derajat tertinggi di muka bumi ini.

Emban.
Salah satu yang membuat seorang Ibu menjadi sosok yang berarti ialah Embanan beban yang harus dipikulnya. Hal dasar yang menjadi tugas seorang Ibu ialah membimbing anaknya menjadi anak yang baik(positif). Itu bukan tugas yang mudah dan mutlak harus di Emban seorang Ibu.

Fantasi.
Fantasi diartikan sebagai sebuah angan-angan. Setiap orang pasti memiliki angan-angan termasuk seorang Ibu. Fantasi milik seorang ibu bisa dikatakan sangat mulia dan penuh makna, salah satunya yaitu berharap agar anaknya dapat menjadi berguna kelak.

Gigih.
Sikap Gigih sangat identik dengan sikap seorang Ibu. Contoh awal ialah pada saat proses melahirkan anak(Normal). Seorang bayi tidak akan bisa keluar apabila Ibu tidak Gigih berupaya mengeluarkan bayi tersebut. Contoh selanjutnya ialah pada proses mendidik/mengasuh anak. Tidak semua anak didunia ini yang bisa patuh begitu saja terhadap Ibu mereka. Bila sudah begini, seorang Ibu akan tetap Gigih mendidik/mengasuh anak mereka.

Hati.
Hati seorang Ibu sangatlah mulia. Pembuktian sangatlah mudah diuraikan. Salah satu contohnya ialah kerelaan seorang Ibu untuk melahirkan kita sebagai anaknya.

Insting.
Percaya tidak percaya, seorang Ibu terhadap anaknya(terutama yang melahirkan secara normal) memiliki Insting yang kuat akan apa yang terjadi terhadap anaknya. Ini biasa disebut kontak batin. Sebagai contoh, seorang Ibu dapat menduga-duga perasaan anaknya. Entah sedang sedih-kah, berbahagia-kah, dsb.

Janin.
Janin bisa dibilang merupakan hal yang paling dijaga oleh setiap calon/ibu. Dengan telaten seorang Ibu menjaga Janinnya selama 9 bulan agar dapat mendengar tangis bayi yang diharapkan. Jelas, merupakan tugas yang tidak mudah.

Kasih sayang.
Seorang Ibu tentunya memiliki Kasih sayang yang melimpah ruah terhadap anaknya. Namun tidak bisa dipungkiri, jarang yang berlaku sebaliknya. Hingga ada kalimat seperti ini, kasih anak sepanjang Jala, kasih Ibu sepanjang Masa. Benarkah? Hanya kita yang dapat menjawabnya.

Lembut.
Ibu adalah perempuan. Dan perempuan identik dengan keLembutannya. Sehingga setiap Ibu pasti memiliki sisi Lembut yang ditunjukkan dengan cara yang beragam terutama terhadap anaknya.

Maut.
Untuk seorang Ibu yang melahirkan secara Nomal, Maut adalah sesuatu yang siap menyambut pada saat proses kelahiran. Karena proses kelahiran adalah memang sebuah proses yang sulit bahkan bisa mendatangkan yang namanya Maut.

Nyawa.
Lagi-lagi untuk seorang Ibu yang melahirkan secara Normal, pada saat melahirkan, Nyawa ibu dipertaruhkan. Dan tidak jarang fenomena pada saat melahirkan dimana seorang Ibu harus memilih Nyawanya atau Nyawa anaknya. Dan yang dipilih ialah Nyawa anaknya.

Oceh.
Dalam mendidik anak, para Ibu memiliki metode-metode yang beragam. Salah satunya ialah dengan melontarkan setiap Ocehan-ocehan yang ditujukan kepada anak dengan maksud sebagai sebuah nasihat. Namun banyak anak yang mengartikan bahwa seorang Ibu yang banyak mengeluarkan Ocehan adalah Ibu yang cerewet dan mengganggu. Padahal, tujuan utama dari terlontarnya Ocehan itu dari mulut Ibu tidak lain adalah untuk membangun anaknya.

Peran.
Ibu sebagai seorang wanita memiliki peran lebih dari satu dan beragam. Antara lain ialah menjadi isteri bagi suami, pembuat kopi bagi suami, guru bagi anak, tempat curhat bagi anak, dsb.

Quran.
Di dalam Al-Qur’an, terdapat potongan ayat mengenai sosok Ibu. Yaitu pada surat Luqman(surat ke-31) ayat 14. Yang berartikan: “Dan kami perintahkan manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun...”

Resik.
Resik yang dimaksud disini ialah seorang Ibu biasanya selalu rajin memastikan segala sesuatunya (terutama soal anak) bersih dari masalah.

Sabar.
Ibu sebagai seorang perempuan memang identik dengan sesuatu yang bernama Sabar. Dan kesabaran dari seorang ibu bisa terlihat jelas pada saat dia dengan ikhlasnya menegandung seorang anak didalam perutnya. Berbadan dua seperti itu sungguh merupakan hal yang menyusahkan. Namun lagi-lagi dikatakan, Sabar-lah yang menjadi kunci seorang Ibu menghadapi hal menyusahkan itu.

Telapak kaki.
Telinga kita tentu tidak asing mendengar kalimat ini: Surga ada di Telapak kaki Ibu. Dari segi bahasa memang tergolong Hiperbola. Namun, dengan segala keistimewaan dan arti penting seorang Ibu, kalimat ini menjadi sangat wajar untuk diterima.

Utuh.
Utuh yang dimaksud disini ialah hubungan Ibu-Anak. Tidak ada yang namanya mantan Ibu atau mantan Anak. Sehingga, Ibu adalah utuh milik anak yang dilahirkannya, dan sebaliknya.

Vital.
Dengan berbagai keutamaan yang dimiliki, kehadiran seorang Ibu sangat bisa dikatakan sebagai sesuatu Vital-Penting/sangat berarti banyak.

Wanti-wanti.
Salah satu dari bukti kepedulian Ibu terhadap anaknya ialah berupa Wanti-wanti ini-itu yang diberikan kepada anak.

Xtra tenaga.
Xtra tenaga selalu dimiliki oleh kebanyakan para Ibu. Xtra tenaga yang dikeluarkan seorang Ibu adalah beragam. Meliputi Xtra tenaga untuk melahirkan, menyusui, mengasuh anak, dsb.

Yad.
Yad berarti tangan. Tangan seorang Ibu bernilai lebih tinggi dari tangan siapapun. Dengan tangan Ibu, kita pernah dirangkul dengan hangat, kita pernah digendong, kita pernah dimandikan, kita pernah digantikan popok, dsb.

Zuriah.
Zuriah berarti keturunan. Manusia pada dasarnya membutuhkan keturunan sebagai calon generasi berikutnya. Dan peran ibu dalam melestarikan Zuriah sangatlah nyata dan tidak terbantahkan. Karena seorang Ibu, melahirkan.



oleh :
Aditya Gilank Pratama ­_ KREATif

14 Desember 2008

Peringatan Hari AIDS Internasional


Tanggal 1 Desember kemarin menjadi satu lagi hari yang diperingati secara global yaitu Hari AIDS Sedunia. Sebagai aktifitas nyata di lapangan dalam memperingati hari tersebut, KREATif bekerja sama dengan YPI ( Yayasan Pelita Ilmu ) menjual barang-barang atau makanan yang diproduksi oleh YPI itu sendiri. Barang-barang atau makanan yang diperdagangkan itu adalah hasil produksi para ODHA(Orang Dengan HIV AIDS) yang ada di YPI.
Barang yang diperdagangkan beragam. Ada gantungan kunci, dompet, sarung HP, hingga tempat tisu. Selain berupa barang, ada juga yang berupa cemilan yaitu Cokelat. Beberapa SMA para anggota KREATif menjadi sasaran dari kegiatan ini. Antara lain, SMA 49 Jakarta(Dian), SMA 100 Jakarta(Nora), SMA 5 Bekasi(Raisa, Nicky, Aida , Biben, Stella) dan SMA saya sendiri (Aditya) yaitu SMA 78 Jakarta.


Saya akan bercerita sedikit mengenai kegiatan ini di sekolah saya...
Mengetahui tentang rencana kegiatan ini, saya langsung teringat dengan teman satu organisasi saya disekolah (OSIS-PK 78) yaitu Adam. Teman saya itu kebetulan sedang gencar pada saat itu mempersiapkan program kerjanya yaitu Seminar dalam Peringatan Hari AIDS yang dilaksanakan tanggal 13 Desember 2008(kemarin). Saya memintanya untuk menjadikan kegiatan KREATif di 78 tersebut menjadi pemeriah Program Kerjanya itu. Kegiatan menjual barang-barang dan makanan produksi ODHA-YPI pun menjadi acara pra Seminar dalam Peringatan Hari Aids di SMA 78.

Kegiatan berjualan ini berlangsung lancar. Hari pertama penjualan saja, barang dan cokelat dagangan terjual sampai setengahnya. Kegiatan berjualan di SMA 78 sampai memakan waktu sepekan lamanya. Hingga perhitungan akhir yaitu barang sisa 5 buah dan cokelat terjual habis. Hasil yang memuaskan untuk waktu yang sesingkat itu.
“Benar-benar kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat untuk saya. Karena selagi berjual, saya sembari mempromosikan Program Kerja saya yaitu seminar Hari AIDS itu ke teman-teman lainnya. Terima kasih untuk KREAtif atas kerjasamanya”, jelas Adam.
Begitulah kira-kira keadaan mengenai kegiatan KREATif ini di SMA 78. Dan bukan hanya di SMA 78 saja kegiatan ini berhasil melainkan di SMA-SMA lain tersebut juga lancar dan memuaskan. Sungguh, kegiatan ini benar-benar satu lagi kegiatan KREATif yang akan selalu teringat. Karena selain kesuksesannya, ini merupakan kali pertama KREATif mengadakan kegiatan dengan bekerja sama dengan pihak sekolah(OSIS) anggota KREATif itu sendiri.
Semoga lancarnya kegiatan KREATif ini, dapat dijadikan stimulan bagi KREATif untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi dalam melaksanakan kegiatan apapun. Amin.


Aditya Gilank KREATif

13 Desember 2008

I Love You Mom...

Waktu kamu berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu...
sebagai balasannya, kamu menangis sepanjang malam.

Waktu kamu berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan...
sebagai balasannya, kamu kabur saat dia memanggilmu.

Waktu kamu berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang...
sebagai balasannya, kamu buang pring berisi makananmu ke lantai.

Waktu kamu berumur 4 tahun, dia memberimu pensil warna...
sebagai balasannya, kamu corat-coret tembok rumah dan meja.

Waktu kamu berumur 5 tahun, dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah...
sebagai balasannya, kamu memakainya bermain di kubangan lumpur.

Waktu kamu berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah...
sebagai balasannya, kamu berteriak, "NGGAK MAU....!!!"

Waktu kamu berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola...
sebagai balasannya, kamu melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu kamu berumur 8 tahun, dia membelikanmu es krim...
sebagai balasannya, kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu.

Waktu kamu berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu...
sebagai balasannya, kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar.

Waktu kamu berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun...
sebagai balasannya, kamu melompat keluar mobil tanpa memberi salam.

Waktu kamu berumur 11 tahun, dia mengantar kamu dan teman-teman kamu ke bioskop, sebagai balasannya, kamu minta dia duduk di barisan lain.

Waktu kamu berumur 12 tahun, dia melarangmu melihat acara TV khusus untuk orang dewasa...
sebagai balasannya, kamu tunggu dia sampai keluar rumah.

Waktu kamu berumur 13 tahun, dia menyarankanmu memotong rambut karena sudah waktunya...
sebagai balasannya, kamu bilang dia tidak tahu mode.

Waktu kamu berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan...
sebagai balasannya, kamu nggak pernah menelponnya.

Waktu kamu berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu...
sebagai balasannya, kamu kunci pintu kamarmu.

Waktu kamu berumur 16 tahun, dia mengajari kamu mengemudi mobil....
sebagai balasannya, kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya.

Waktu kamu berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telpon yang penting...
sebagai balasannya, kamu pakai telpon nonstop semalaman.

Waktu kamu berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA...
sebagai balasannya, kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi.

Waktu kamu berumur 19 tahun, dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama...
sebagai balasannya, kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama teman-teman.

Waktu kamu berumur 20 tahun, dia bertanya, "Darimana seharian ini?"
sebagai balasannya, kamu menjawab, "Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang."

Waktu kamu berumur 21 tahun, dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu...
sebagai balasannya, kamu bilang, "Aku nggak mau seperti kamu."

Waktu kamu berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus perguruan tinggi...
sebagai balasannya, kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri.

Waktu kamu berumur 23 tahun, dia membelikanmu satu set furniture untuk rumah barumu...
sebagai balasannya, kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Waktu kamu berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana di masa depan...
sebagai balasannya, kamu mengeluh "Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu."

Waktu kamu berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu...
sebagai balasannya, kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Waktu kamu berumur 30 tahun, dia memberimu nasehat bagaimana merawat bayimu...
sebagai balasannya, kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda."

Waktu kamu berumur 40 tahun, dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah satu saudara dekatmu...
sebagai balasannya, kamu jawab "Aku sibuk sekali, nggak ada waktu."

Waktu kamu berumur 50 tahun
, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu...
sebagai balasannya, kamu baca tentang pengaruh negatif orangtua yang numpang tinggal di rumah anaknya.

dan SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang...
dan tiba-tiba kamu teringat semua yang belum pernah kamu lakukan...
dan dia menghantam HATIMU bagaikan pukulan godam.

Tabrakan Gelombang Bunyi "Antara Ibu dan Aku"

Oleh: Rilnia Metha Sofia

Ibu. Berbagai Kata-kata pernah saya dengar dan baca tentang rajutan tiga huruf itu-ibu, antara lain :
“Seorang ibu bisa memelihara dan merawat 10 orang anak, tapi 10 orang anak, belum tentu bisa merawat dan memelihara seorang ibu.”
“Ibuku cerewet banget. Sering marah-marah. Kalo udah ngomel, nggak putus-putus, bikin pusing!”

Saya setuju dengan kedua pernyataan itu. Saya sendiri pastinya punya ibu. Dulu saya tak jarang bertengkar dengan ibu. Ibu saya sosok yang telaten sekaligus cerewetnya minta ampun. Semua itu membuat saya malas pulang ke rumah. Akhirnya, saya putuskan untuk mengikuti banyak ekskul sekolah sehingga saya selalu pulang maghrib tiap hari. Yah, cukup melelahkan. Tapi, tetap saja, sesampai di rumah, ibu menghujani saya dengan omelan-omelan panjang plus pedas. Bahan omelannya cukup banyak: meja belajar yang berantakan, buku-buku yang berserakan di tempat tidur, sampai pakaian kotor yang belum sempat saya cuci. Tapi, semua itu hanya singgah beberapa saat di hati.

Omelan-omelan ibu tentang kerapian memang sudah lumrah. Saya memang sok sibuk dan tidak memedulikan kerapian kamar saya sendiri. Saya tahu, saya salah. Tapi, bukan itu yang membuat saya selalu menangis sendiri tiap malam.Membaca Alquran merupakan rutinitas saya setelah shalat magribh. Sedangkan, menonton TV dengan volume keras merupakan rutinitas ibu saya setelah shalat magribh. Karena itulah, tak jarang juga saya mengeraskan suara membaca Alquran dan tak jarang juga ibu marah karena itu. Tiap malam, seolah ada tabrakan gelombang bunyi di rumah, antara gelombang bunyi TV dengan bacaan Alquran. Tiap kali hal itu terjadi, saya selalu menangis lalu memeluk erat Alquran, sangat erat. Kemudian, membacanya lagi dengan suara berat, setengah berbisik.

Suatu sore, saya lupa hari itu hari libur atau tidak, saat itu saya sedang membaca Alquran di rumah sendirian, ibu dan ayah sedang pergi belanja. Tiba-tiba, ibu pulang membawa oleh-oleh,”omelan-omelan yang amat pedas.” Parahnya, semua itu untuk saya karena saya sibuk membaca Alquran sementara ayah telah mengalami kecelakaan kecil. Padahal waktu kecil, ibu sering mengajar saya membaca Alquran. Saya heran, sejak kapan ibu seperti itu. Hati saya terasa pedih. Sejak saat itu, saya tidak mau lagi membaca Alquran di rumah.

Bulan demi bulan terlewati tanpa ada tabrakan bunyi lagi di rumah. Ayah sempat bertanya tentang rutinitas yang hilang itu. Tapi, saya hanya diam. Saat itu, frekuensi omelan ibu berkurang. Saya pun menjadi pendiam. Saya sering menyendiri di kamar. Sejak saat itu, hidup saya hampa. Waktu berputar terasa begitu cepat. Kebagiaan kesedihan tak bisa saya rasakan lagi. Tiap saya bangun tidur, saya membuka jendela lalu melihat langit dan bergumam,”Untuk apa saya hidup? Semua ini, untuk apa ada?”

“Ibu”, saya sering mendengar kata-kata sayang teman-teman di sekolah untuk ibu mereka. Saya menganggap semua itu hanya omong kosong. Entah apa itu ibu di mata mereka. Tapi, saya menginginkan sosok ibu seperti ibu-ibu mereka. Ibu tempat berkeluh-kesah, ibu yang tiap hari menyambut mereka dengan kata-kata hangat saat pulang sekolah, ibu yang membelai haru mereka saat mereka meraih prestasi, ibu...ibu...ibu...ibu....

Seiring perjalanan waktu, ibu saya sakit. Penyakitnya aneh. Penyakit yang membuatnya tidak mengenal saya, tidak mengenal ayah, tidak mengenal siapapun. Penyakit itu sangat menakutkan. Ayah membawa ibu berobat kemana-mana, tapi belum kunjung sembuh. Hal itu menjadi pukulan terberat dalam hidup saya. Detik-detik yang saya lewati terasa perih. Melihat ibu yang sakit dan Ayah yang begitu terpukul dengan keadaan ibu membuat saya begitu pedih. Saya rindu semuanya: rindu keluarga saya yang dulu, rindu omelan-omelan ibu, dan rindu Alquran. Saat itu, saya mulai membaca Alquran lagi di rumah. Tiap hari, saya membaca Alquran di dekat ibu.
Bumi memang terus berputar sebagai sunatullah yang akan terus berlaku. Perlahan, ibu mulai sembuh, lalu mengingat semuanya. Kini, omelan ibu menjadi bagian hidup saya lagi. Saya tak iri lagi dengan ibu teman-teman, karena saya juga punya ibu yang penuh kasih sayang. Yahh, meski sayang itu ia ekspresikan dengan omelan-omelan panjang lebar. Bagaimana pun, ibu adalah ibu. Oh, iya, sekarang tak ada lagi pertengkaran gelombang bunyi di rumah, karena setelah shalat maghrib, saya dan ibu membaca Alquran bersama dan setelah shalat Isya, saya dan ibu nonton TV bersama juga, “Ha..ha...ha...!”

Selamat Hari Ibu Untuk Semua Ibu
For my Mom, Keep Ngomel Yeahhh!!!
I Love You Ibu...

10 Desember 2008

Distribusi Barang ODHA

Teman-teman…
Alhamdulillah pada tanggal 17 November – 30 November 2008 yang lalu KREATif Jakarta berhasil mendistribusikan barang-barang buatan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dari Yayasan Pelita Ilmu.
Kebetulan di hari pertama penjualan di sekolah Rara barang-barangnya sudah terjual habis!! Barang-barang yang dijual meliputi lollipop coklat, pouch HP buatan tangan, gantungan kunci.

Apa yang teman-teman lakukan untuk memperingati Hari AIDS yang jatuh tanggal 1 Desember kemarin??

Oya mengenai tema Blogspot bulan ini dalam rangka memperingati Hari Ibu 22 Desember yang akan datang, ceritakan ya mengenai pengalaman-pengalaman tidak terlupakan yang pernah teman-teman lakukan bersama ibu kalian!!


Oleh: Raisa Aurora

01 Desember 2008

1 Desember: Hari AIDS sedunia


Terima Mereka Apa Adanya

Siapa yang mau tertimpa musibah, apalagi penyakit yang mematikan? Tentunya semua ingin menghindar , dan kalau bisa lari sekencangnya dari musibah itu. Tapi kalau dia sudah hadir di dalam diri kita dan ikut hidup bersama dalam darah, siapa yang bisa menjauhinya? Satu-satunya jalan adalah mengganggap dia sebagai teman dan menerima takdir. Itulah ungkapan derita salah seorang ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) yang kini mengidap penyakit mematikan HIV/AIDS.

Persoalan AIDS memang sangat kompleks. Isu seputar HIV/AIDS terus berkembang, dari isu yang sifatnya ilmiah dan rasional, sampai yang pada irasional dan mistis. Isu-isu ini kemudian memunculkan berbagai stigma serta moral judgement bagi orang-orang yang terinveksi HIV/AIDS. Yang lebih memprihatinkan lagi, perempuan selalu menjadi objek wacana AIDS, padahal virus ini pertama kali ditemukan justru pada pasangan homoseksual ( laki-laki).

Di Indonesia misalnya, meskipun 79,1% penderita HIV/AIDS adalah laki-laki, justru perempuan cenderung menjadi objek utama kampanye, sosialisasi, stigma serta vonis moral masyarakat. Mengherankan memang , meski mereka yang hanya 20,9% justru harus menanggung sanksi sosial yang maha berat itu.

Pada sebuah majalah terbitan Ibukota pernah diangkat kisah aktual Ani, seorang ODHA yang meninggal di Surabaya. Akibat informasi yang sangat minim, masyarakat (termasuk ketua RW dan staff) disekitarnya, menolak keberadaan Ani dilingkungan mereka. Jangankan mengunjungi tetangga yang sakit, mereka bahkan tidak mau memandikan dan menguburkan jenazah Ani, hanya dengan alasan tidak ingin tertular HIV/AIDS. Lebih dari itu, mereka juga tidak datang ketika diundang tahlilan oleh keluarga almarhumah. Untung saja ada yayasan yang concern dengan isu HIV/AIDS yang memperkuat almarhumah sejak sakitnya menjadi lebih parah hingga meninggal.

Kasus ini menjadi simbol betapa masyarakat memberi sanksi, bahkan vonis negatif kepada orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Memang perlu menjadi pertanyaan besar bagi kita semua. Sekalipun masyarakat melek HIV/AIDS, vonis yang dikhususkan bagi perempuan itu nampaknya tidak akan hilang. Alih-alih mempertanyakan mengapa vonis moral ini tidak ditunjukan pada laki-laki, menuntut treatment yang adil bagi ODHA laki-laki dan perempuan pun, sulit dilakukan.

Memang, ada dua perspektif yang digunakan dalam melihat masalah ini. Di Barat misalnya, memandang masalah ini sebagai persoalan duniawi dan alamiah, yang kemudian misalnya menawarkan kondom sebagai jalan yang rasional dan manusiawi tanpa perlu menitipkan pesan moral dibalik kampanyenya kondom. Bagi mereka sangat sederhana, dengan kondom semua aman.

Di masyarakat Indonesia lain lagi, khususnya kalangan agamawan. Masalah moral selalu diikutkan, sehingga yang terjadi adalah vonis benar salah atau baik buruk. Yang baik dan benar diterima, yang buruk dan salah ditolak. Bagi mereka, HIV/AIDS merupakan penyakit kutukan Tuhan. Siksa kiriman bagi masyarakat yang menghalalkan saja seks, serta bagi bangsa lainnya. Oleh karena itu, semua orang yang terinveksi HIV/AIDS dipukul rata, yaitu dengan menyematkam segala atribut asusila bagi mereka.

Secara medis misalnya, dikatakan bahwa HIV/AIDS hanya bisa tersebar dengan hubungan seksual \, transfusi darah dan jarum suntik, atau melalui ibu ODHA dan janinnya. Lalu apa hubungannya dengan mengunjungi tetangga yang terinveksi HIV/AIDS , memandikan dan menguburkan jenazah mereka, serta doa dan tahlilan bagi merka?. Dampak sosial ini bahkan telah memunculkan hysteria massal. Menyengsarakan banyak orang, melanggar HAM serta mencabik-cabik dua dimensi kemanusiaan sekaligus: jiwa dan jasad. Hampir tidak ada kalangan agamawan yang memberi penghargaan bagi mereka sebagai manusia yang memiliki martabat dan hak asasi. Pendekatan yang lebih manusiawi, justru terkadang datang dari kalangan lain. Mereka misalnya risih dan tidak tega menyebut orang yang terinveksi HIV/AIDS dengan panggilan penderita/Korban HIV/AIDS. Mereka aslinya lebih senang dengan sebutan ODHA. Sementara itu, para keluarga dan relawan yang mau merawat ODHA disebut OHIDHA (orang yang hidup bersama ODHA).

Namum akhirnya, sebutan ini pun memunculkan dikotomi yang tetap menyakitkan. Dengan mengunakan istilah “ODHA” berarti ada yang tidak/bukan ODHA. Bahkan istilah ini kemudian menjadi objek pelecehan. Seorang ODHA perempuan yang baru bicara di depan publik di Sulewesi Selatan, akhirnya harus gigit jari menahan pedih, karena kemudian lebih dikenal dan dipanggil dengan panggilan “Ibu ODHA” daripada namanya sendiri. Sungguh memilukan. Mereka yang tertimpa musibah, bukannya dihibur malah harus menerima perlakuan yang tidak manusiawi. Seorang ODHA mungkin akan lebih cepat meninggal, bukan karena HIV/AIDSnya, tetapi justru oleh sikap masyarakat yang memojokkan mereka. Mungkin benar kata Jonathan Mann (aktivis HIV/AIDS dan mantan pembesar WHO) bahwa cara pandang kita mendefinisikan HIV/AIDS akan menentukan sikap dan cara kita menanggulangi HIV/AIDS. Jadi mulai sekarang mari kita buka mata hati untuk menerima mereka apa adanya. Jangan menghakimi atau mendiskriminasikan ODHA, karena bagaimanapun ODHA juga manusia. Setuju?!

Febri yadi_KREATif Jakarta