Halaman

14 Januari 2009

T A B O T

Tahun Baru Islam dengan “Tabuik”

(Adhiah Juliarti Harahap-Bengkulu)

Tanggal 1 Muharam tabot mengambik tanah.

Boneka dalam gerga tanah terletak.

Ratusan dol menggelegar, selamo 10 hari itu

Tamatam, suwena, suari, irama gendangnyo

Tari uli adatnyo diiringi tabuh suwena

Bunyi suling merayu-rayu.

Ligat nan menari.

Duduk penja teradat tanggal 5 Muharam

Malamnyo itu kelak tabot menjara.

Hari tabot tebuang, hari tanggal 10 Muharam

Diarak ke Padang Karbela, usailah cerito.

Tanggal 1 Muharam, setiap umat Islam merayakan Tahun Baru Islam (Tahun Baru Hijriah). Lain halnya di Provinsi Bengkulu, tepatnya di ibukota Provinsi Bengkulu, Kota Bengkulu yang sejak zaman dahulu kala mengadakan festival tabot setiap tahunnya.

Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang bernuansa religius untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad saw., Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib. Upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharam setiap tahun. Perayaan tabot dianggap sacral oleh masyarakat Bengkulu karena apabila perayaan ini tidak dilaksanakan niscaya akan mendapatkan malapetaka.

Perlu teman-teman ketahui bahwa Festival Tabot 1429 H menjadi agenda pertama Visit Indonesia Year 2008, lho!

Nah, lagu daerah Bengkulu ciptaan Bapak Halimi di atas menceritakan tentang upacara tabot. Lagu ini biasa dinyanyikan anak-anak sekolah di Bengkulu pada Pelajaran Kesenian Daerah. Bahkan anak-anak di Provinsi Bengkulu diajarkan musik-musik tabot. Irama musik yang dibuat baku turun-temurun ini dipelajari agar tidak punah di matta generasi muda. Misalnya not-not nyanyian tabot yang baku dimainkan dengan pianika atau recorder (re re sol fa mi mi, sol fi sol la sol fa mi………. Tabuhan dol, tamatam, suwena, suwari (=alat musik seperti gendang dari Bengkulu) pun memiliki ketukan, irama, dan cara tersendiri dalam memainkannya. Jadi, dari nenek moyang sampai sekarang, irama dari beberapa musik tabot yang dimainkan itu baku dan tidak pernah berubah.

Selain itu juga, terdapat tarian tabot yang mengunakan jari-jari (=sebuah benda yang dibuat dari rotan deperti tongkat yang memiliki jari 3 dengan bulat-bulat di setiap ujungnya dan dihias sedemikian rupa). Tarian ini adalah tarian tradisional tabot. Konon katanya Hasan dan Husein yang gugur dalam berperang membela Islam ini, jari-jarinya dipotong.

Festival tabot dari tanggal 1-10 Muharam ini diadakan di Lapangan Tugu. Selama 10 Muharam ini, keluarga Tabot (=keluarga turun-temurun yang melaksanakn upacara tabot), membuat tabot sedemikian rupa di lapangan tugu ini. Tabot bentuknya umumnya aga seperti Candi Prambanan. Bertingkat-tingkat, terbuat dari berbagai macam bahan-bahan prakarya seperti kardus, triplek, atau karton. Kemudian dihias dengan kertas minyak, kertas jagung, kain, dan bunga-bungaan sedemikian rupa sehingga tabot terlihat bagus dan mewah. Kalau dibayangin, ya seperti kue tart. Memang memerlukan waktu yang lama dalam membuat tabot ini, Karen ukurannya juga sangat besar. Tingginya kira-kira bisa mencapai 10-15 meter. Bahkan ada juga tabot yang dihias dengan patung kuda-kudaan atau burung rajawali.

Di Lapangan Tugu di mana seharian selama 10 hari itu orang-orang membuat tabot, ada juga berbagai pameran dari beberapa kabupaten yang membuat stan-stan. Di dalam stan tersebut terdapat berbagai kebudayaan atau makanan khas, kerajinan khas, batik khas (Batik Bengkulu=Batik Besurek), dsb dari masing-masing kabupaten. Jadi, tidak sedikit masyarakat Provinsi Bengkulu yang datang langsung ke ibukota hanya untuk menikmati megahnya Festival Tabot ini.

Tanggal 10 Muharam, hari-hari penutupan, tabot-tabot itu diarak ke Padang Karabela (=sebuah nama tempat di Kelurahan Kebun Tebeng). Di sana adalah tempat pembuangan tabot. Selanjutnya tabot-tabot tadi dibuang ke sana. Demikian pula untuk pameran yang pada hari itu mengadakan penutupan. Biasanya, didatangkan pawang hujan sebab hari tiu sangat sakral agar upacara pembuangan tabot bisa berlangsung dengan baik. Pembuangan tabot ini diiringi oleh Kaum Sipai, Keluarga Tabot, mengigat upacara ini sangat sakral dan religius.

Nah, teman-teman! Begitulah cerita Festival Tabot yang dapat saya sampaikan. Seorang teman kita dari SMA Negeri 2 Kota Bengkulu, Ramadita Fetrianggi memenangkan lomba kerajinan tangan tingkat Nasional dalam Olimpiade Seni Nasional 2008 (OSN 2008) yang diadakan di Bandung. Dita yang waktu itu membuat Replika Tabot, mendapat Juara III.

Yang membuat Dita menang dalam lomba ini, karena kekreatifannya dalam mengangkat seni budaya Bengkulu melalui limbah. Replika tabot ini dibuat dari voucher-voucher bekas isi ulang Handphone yang dipotong dengan cutter dan dibentuk sedemikian rupa menjadi miniature tabot. Dita menghabiskan 30 keping voucher bekas untuk membuat sebuah miniatur.

”Sebuah replika tabot tidaklah lengkap jika tidak dimasukkan ke dalam kotak kaca. Maka dari itu, saya membuat sebuah kotak kaca yang saya modifikasi dari limbah juga, yaitu kardus bekas, plastik transparan, dan kulit lantung,”, ujar Dita yang mampu menyingkirkan 30 provinsi lainnya ini.

Kulit lantung adalah kulit kayu yang berasal dari pohon lantung. Pohon lantung merupakan tanaman liar khas Bengkulu dan jarang terdapat di Provinsi lain, apalgi dimanfaatkan. Biasanya di Bengkulu, kulit lantung ini digunakan untuk membuat kerajinan tanga seperti gantungan kunci, bingkai foto, dll. Bahkan telah dimanfaatkan dalam industri rumah tangga yang membuat kulit lantung tersebut menjadi tas, kotak pensil, topi, atau yang lainnya yang tentunya sangat antik, berharga tinggi, dan hilang sifat limbahnya. Biasanya wisatawan sering membelinya untuk kenang-kenangan atau oleh-oleh.

Adapun tujuan pembuatan Replika Tabot ini, yaitu:

  1. Menghasilkan inovasi Replika Tabot Bengkulu yang terbuat dari limbah dan SDA Bengkulu.
  2. Menghasilkan sebuah suvenir yang bernuansakan nilai-nilai budaya/religius dan estetika.
  3. Mengangkat nilai-nilai budaya dan SDA Bengkulu ke dalam pentas nasional dan internasional.

Manfaat Replika Tabot ini, yaitu:

  1. Sebagai souvenir untuk hiasan di rumah yang bernilai estetis.
  2. Sebagai sarana mengenang nilai-nilai religius cucunda Rasulullah, Hasan dan Husein r.a.
  3. Memanfaatkan limbah dan SDA utamanya di Bengkulu.

Tentunya kita sebagai manusia yang berulang tahun setiap tahunnya memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai. Nah, di tahun baru Hijriah ini, apa harapan teman-teman? Mmmmm......, yang pasti kita menginginkan yang terbaik untuk diri kita. Menjadi lebih baik daripada tahun sebelumnya, dan mewujudkan impian yang belum terwujud sebelumnya. Semoga kita menjadi insani yang kreatif dan berpandangan ke depan. Amiiiin!

Sampai jumpa, Daaagggh.......! ^_^

Diary Anak Hujan

Diary Anak Hujan

Oleh: Gayatri_KREATif Mataram

Januari 2007,

Diary,

Hari ini kulihat lagi di televisi, peristiwa yang memilukan!

Saudara-saudaraku di Ibukota kembali terkena musibah banjir. Kembali, bukan pertama kali saat musim hujan di Januari.

Rumah mereka terendam, harta benda mereka lenyap, keluarga mereka hilang terseret arus.

Mereka terjebak genangan air, bantuan tidak kunjung datang! Mereka lapar, mereka kedinginan!

Januari 2008,

Diary,

Mengapa lagi harus kuulang tulisan tahun lalu. Ibukota Negaraku kembali dirundung duka.

Banjir dan Banjir lagi di musim hujan ini.

Semestinya semua orang malu, seperti diriku!

Jakarta, Ibukota Negara, tak seharusnya ia berubah menjadi ‘kubangan’ lagi tahun ini!

Apalagi Ia turut mengajak Pasuruan di akhir bulan ini!

Ya, Pasuruan banjir juga!

Mengapa Jawa harus jadi langganan banjir? Siap yang salah? Hutan yang lenyap, pemerintah yang tak tanggap atau masyarakat kita yang tidak peduli lingkungan?

Mei 2008,

Diary,

Banjir bergeser ke barat. Kali ini Sumatera Utara!

Mengapa dalam hal ini harus disusulnya Ibukota? Mengapa?

Jawa khususnya Jakarta memang pusatnya Negara ini. Kejadian di sana pasti berdampak pada daerah.

Tapi haruskah sampai bencana di-share nya pada daerah lain?

November 2008,

Diary,

Banjir bergeser ke timur!

Samarinda dan Kalimatan Selatan juga terserang ‘penyakit musiman’ ini!

Rasanya pengalaman daerah lain tak cukup memberi pelajaran bagi kita dan mereka yang belum terkene!

Ini kah tanda banjir akan mampir ke daerahku juga?

10 Januari 2009,

Tidak Diary!

Mengapa banjir harus hadir di daerahku. Setelah Denpasar diterjang pula di awal musim penghujan ini, Mataram mengekor!

Sentra penjualan mutiara kami di Sekarbela, Mataram, terendam banjir setinggi dada orang dewasa! Banyak temnn-temanku ikut mengungsi juga…..

Diary,

salahkah topografi pulau Lombok yang menempatkan daerah selatan pada titik yang rendah?

Atau salah kami yang tak sadar arti kebersihan lingkungan

12 januari 2009,

Ahhh Diary,

Kutemukan jawabannya!

Aku harus berbuat! Cukup Jakarta yang jadi langganan banjir, tak usah daerahku ikut-ikutan!

Aku dan teman-temanku membersihkan selokan depan rumah dari sampah agar aliran air lancer. Kami gali sedikit agar lebih dalam.

Ahhh….

Di langit sana,

Awan kelabu masih menggantung, siap membombardir kami dengan hujan lebat tampaknya!

Semoga tidak banjir nanti malam ya, diary!

07 Januari 2009

BOLEHKAH AKU MARAH???

Bolehkah aku marah? Ketika kini yang kulihat hanyalah peperangan dan pertikaian. Ketika kusaksikan banyak bocah menjadi korban. Ketika orang - orang tidak lagi peduli pada indahnya perdamaian.

Bolehkah aku marah? Memang, aku hanyalah seorang anak dari Indonesia. Aku hanyalah seorang pelajar SMA. Tapi aku juga manusia. Aku adalah manusia yang menginginkan kedamaian.

Bolehkah aku marah? Walau aku hanya mampu melihat tanpa bisa bertindak. Tapi aku tidak mati rasa. Sungguh, hatiku sakit mendengar banyaknya media yang memberitakan tentang korban akibat adanya perang. Hatiku menjerit saat mengetahui banyak anak - anak sepertiku yang meregang nyawa. Hatiku pedih membaca selarik berita tentang bertambahnya jumlah korban, terutama dari kalangan anak - anak.

Bolehkah aku marah? Aku tidak ingin berpihak pada pemerintah manapun. Aku hanya ingin berpihak pada anak - anak. Anak - anak di seluruh penjuru dunia. Anak - anak korban perang ataupun anak - anak yang hidup damai d wilayahnya. Anak - anak yang ingin sekali kutemui dan ingin kukatakan pada mereka kalau aku peduli. Tidak hanya aku, tetapi semua anak lainnya juga turut peduli. Bagaimanapun dan apapun kondisi mereka. Tertawa atau menangis. Berlarian riang di taman atau bersembunyi di barak pengungsian.

Bolehkah aku marah? Ketika dulu orang - orang dewasa bersidang untuk membela anak - anak. Ketika banyak pihak melindungi hak anak - anak. Ketika sejumlah undang - undang diberlakukan demi kepentingan anak - anak. Masih adakah arti dari itu semua? Masih tersisakah kepedulian itu? Masih berlakukah semua yang telah diputuskan dan disetujui bersama? Karena kini bagiku semua peraturan itu tidak berarti lagi. Itu semua hanyalah serangkaian kata rumit yang tertulis di atas kertas putih tanpa kekuatan hukum apapun. Bagiku aturan itu tercipta hanya untuk memenuhi buku perundang - undangan.

Bolehkah aku marah? Para orang dewasa yang budiman, haruskah perang ini terus berlanjut? Berapa ribu lagi korban anak - anak yang engkau minta? Berapa ribu lagi saudara kami di sana harus melepas mimpi dan harapan? Berapa banyak lagi dari kami harus memohon seperti ini? Berapa lagi?

Wahai dunia, bolehkah aku marah? Bolehkah?

KREATif Jakarta_Aida Yuni K

06 Januari 2009

Liputan dari Mataram (NTB) oleh Gayatri

Liputan Khusus tahun Baru 2009 dari Mataram, Nusa Tenggara Barat

Oleh: Gayatri_KREATif NTB

Mataram, 31 Desember 2008 pukul 23:59:50 WITA,

“Sepuluh, Sembilan, Delapan, Tujuh, Enam, Lima, Empat, Tiga, Dua, Satu, Selamat Tahun Baru 2009!!!!! Teetttt… Teeettttt…. Teetttt”

Suara-suara semacam itu terdengar di sudut-sudut Kota Mataram, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat pada malam itu. Tampaknya sudah menjadi “ritual” bagi para remaja di daerah ini untuk keliling kota atau berkumpul di pusat-pusat keramaian yang biasanya menyajikan berbagai hiburan New year’s Eve seperti Band (Lokal pastinya), Tari-tarian dari Tradisional sampai Modern, atau Pesta Kembang Api. Tampaknya, hujan sejak pukul 6.30 pagi hingga malam hari dengan berbagai intensitas (dari gerimis sampai hujan angin dan petir), tidak menyurutkan semangat orang-orang ini untuk berkeliaran di malam yang dingin. Tentu saja banyak hal unik yang bisa ditemui dan dibahas dari ‘Ritual’ remaja yang sepertinya mulai “terpengaruh” Jakarta ini. Simak Liputannya!!!

Tempat

Ya, dibawah ini adalah beberapa tempat yang wajib menjadi “lautan manusia” di malam tahun baru dengan segala macam acara yang dibuat, malah terkadang tanpa acara khusus, tapi tetap ramai. Apa saja itu?

Taman Udayana

Entah apa hubungannya dengan Universitas Udayana di Denpasar, tapi yang jelas namanya Udayana karena letaknya di Jalan Udayana. Jika kita keluar dari Bandara Selaparang menuju arah kota, yang pertama terlihat adalah Taman Udayana yang sangat luas dengan dua tugu dan air mancur di dua sisi jalannya. Taman ini berumput hijau dengan beberapa bangku di pinggirnya. Sangat luas. Dari Gapura Selamat datang hingga ke Gedung DPRD Provinsi NTB, berapa hektar ya?

Pada malam hari, khususnya malam minggu dan malam tahun baru, disini ramai sekali. Tempat ini dianggap sebagai tempat ‘nongkrong’nya para remaja. Dengan apa? Bukan hanya acara-acara pertunjukan seperti yang disebutkan di atas, namun ada satu lagi. Ya, pedagang kaki lima! Dari mulai makanan khas daerah yaitu sate ampet (sate usus, babat dan daging) dan belayak (sejenis lontong dan ketupat, bentuknya panjang dibungkus daun kelapa) hingga burger! Minuman dan jajanan banyak sekali di sini.

Pada malam tahun baru, di sini akan menjadi ‘lautan manusia’ yang sebagian besar adalah remaja. Sesak, padat, dan macet!

Taman Sangkareang

Taman sangkareang atau yang lebih popular dengan nama lapangan Mataram ini selalu ramai dikunjungi setiap malam tahun baru. Berbagai acara sering digelar di sini, tapi malam tahun baru kemarin, pemerintah Kota mengatakan tidak membuat acara khusus tahun baru seperti Pesta Rakyat, Pesta Kembang Api, atau panggung hiburan dikarenakan banyaknya pribadi yang sudah membuat acara sendiri-sendiri.

Pantai Senggigi

Secara administrative, pantai yang menjadi salah satu kawasan wisata andalan ini termasuk Kabupaten Lombok Barat, tetapi banyak sekali warga Mataram yang menikmati semaraknya malam tahun baru di sana. Di sepanjang pantai yang landai ini, terdapat hotel-hotel yang sudah menyediakan berbagai acara dan menawarkan sejumlah promosi harga paket wisata kepada para wisatawan. Mereka yang ber- New Year’s Eve di hotel biasanya adalah wisatawan luar daerah dan luar negeri. Acara yang disuguhkan tentunya dinner, kesenian daerah, juga kembang api. Tapi di luar hotel seperti kawasan Pantai Mangsit, Pantai pelabuhan Ampenan dan Pasar Seni Senggigi juga ramai dikunjungi. Berdasarkan pengalaman, jika kita ingin keluar dari kawasan ini pada malam tahun baru (lewat pukul 00:00), kemacetan berkilo-kilometer telah menanti. Jadi paling cepat sampai ke Kota lagi sekitar pukul 3 atau 4 dinihari! Wow!

Cakranegara

Di daerah yang jadi pusat perdagangan ini sebenarnya tidak ada acara sepert 3 tempat di atas. Yang banyak adalah pedagang pernakpernik tahun baru seperti terompet, topi dan kembang api. Warga biasanya konvoi di sepanjang jalan ini sambil meniupkan terompet.

Pernak-Pernik

Kurang seru rasanya berkeliling kota tanpa kehadiran aksesoris pendukung. Berikut ini adalah beberapa yang digunakan warga kota Mataram pada malam tahun baru lalu.

Terompet

Setiap menjelang tahun baru, jalan-jalan di kota Mataram dari Jalan Pejanggik hingga Sandubaya dipagari oleh para pedagang terompet musiman. Bentuknya bermacam-macam tergantung kreasi dari si penjual. Ada yang sebatas berbentuk corong, dan ada pula yang bentuknya meliuk mirip naga, semua bisa kita dapatkan dengan harga Rp.5.000,00 hingga Rp 20.000,00 perbijinya. Ada satu yang menarik, jenis terompet ini mirip tabung karena dibuat dari karton bekas yang dibentuk corong lalu disambungi botol air mineral bekas dujungnya untuk memperkeras suara, pembungkusnya? Dari bungkus makanan ringan. Ramah lingkungan ya?

Kembang Api

Seperti halnya penjual terompet, penjual kembang api-pun ikut bersaing memagari jalan-jalan kota. Ada kembang api yang dapat digantung, berbentuk tongkat, air mancur, roket ,dll. Harganya juga terjangkau tergantung jenisnya, mulai dari 5-50 ribu rupiah!

Yang Penting…….

Eits,,,, tunggu dulu teman-teman ada yang tahu apa sih tujuannya segala bentuk’pesta’ yang kita bahas tadi? Merayakan Tahun Baru! Benar tapi ada satu hal penting yang tidak boleh terlupa dari Euphoria malam tahun baru. Kita harus merayakan sesuatu yang baru dari diri kita sendiri. Sesuatu yang positif yang belum kita lakukan dan miliki di tahun yang lalu. Benar bukan? Jadi sekarang, sebentar saja ingat, apa yang menjadi kekurangan kalian di tahun lalu? Apa yang belum kita kerjakan dan dapatkan di tahun yang lalu? Ingat! Catat dalam kertas atau di otak! Pikirkan cara meraihnya! Lakukan dan dapatkan! Karena tahun baru semestinya hadir bukan semata untuk dipestakan, tetapi hadir untuk memberikan warna baru dalam hidup dan diri kita. Tentu yang lebih positif!

Selamat Tahun BaRu 2009 !!!!!!

04 Januari 2009

Jika Suara Anak-Anak Itu Lebih Keras Dari Bom

Oleh : Raisa Aurora

Apa yang kita bayangkan mengenai hari esok? Mungkin kegiatan yang sama di pagi hari: mandi, sarapan, bersepeda, menyapa tetangga sebelah, menyapu halaman. Mungkin besok matahari bersinar cerah, atau awan mendung menumpahkan titik airnya. Segala kemungkinan bisa terjadi. Tetapi pernahkah terlintas satu kemungkinan di benak kita bahwa besok hari saat tengah berjalan di trotoar, “BHAAAMM!!!”, terdengar bunyi yang begitu memekakkan telinga dan menjadi suara terakhir dalam hidup kita. Serangan bom entah darimana menewaskan ribuan orang di detik itu. Ini bukan sekedar kemungkinan, peristiwa mengerikan ini benar terjadi di belahan dunia lain, hampir setiap minggunya.

Berita yang tengah memanas di televisi hingga hari ini, tentunya turut memanaskan hati kita. Peristiwa serangan militer Israel ke Gaza, Palestina, selain “menuai” ratusan korban jiwa, juga menuai kecaman dari berbagai negara di penjuru dunia. Namun kecaman dan protes tidak cukup untuk menghentikan kedua negara tersebut saling berseteru. Bukan tanggal 27 Desember 2008 saja Israel melancarkan serangan bom ke Palestina. Sudah belasan tahun Israel-Palestina berperang memperebutkan wilayah kekuasaan. Padahal berbagai perjanjian dan gencatan senjata sudah dilakukan untuk mencapai perdamaian. Sayangnya, ego manusia tidak dapat ditekan jika menyangkut kekuasaan. Perjanjian damai dan gencatan senjata itu dilanggar dengan berbagai alasan. Meski nyawa-nyawa yang dikorbankan jauh lebih besar daripada luas wilayah yang diperebutkan.

Kedua negara tersebut, Israel dan Palestina, terus saling menyalahkan atas korban jiwa yang ditimbulkan. Ibarat lingkaran setan, akhirnya mereka terus melakukan serangan militer untuk saling membalas. Apa yang didapat dari balas dendam itu, selain korban yang lebih banyak lagi. Korban yang paling menderita adalah anak-anak. Kondisi perang membuat anak-anak itu jauh dari rasa aman. Secara fisik mereka lemah sehingga mudah menjadi sasaran senjata. Apalagi kondisi kejiwaan mereka yang polos dan rapuh. Seolah tangisan mereka tidak cukup untuk menyadarkan akal sehat orang-orang dewasa yang berperang, anak-anak itu turut diajarkan untuk saling benci.

Dari lahir anak-anak Israel sudah disuapi kebencian pada Palestina, begitu pun sebaliknya. Banyak tentara-tentara dan pasukan berani mati dari kedua belah pihak adalah anak-anak. Salah satu dari kita tentu pernah melihat anak-anak Israel atau Palestina memegang senjata lengkap dengan amunisi dililit ke tubuhnya berbaris dengan bangga. Bahkan pemandangan anak-anak turut melempar granat ke arah musuh dalam peperangan tidak asing lagi bagi kedua negara. Kemurnian hati anak-anak dalam memahami dunia dirusak oleh keganasan perang.

Seharusnya anak-anak itu bermain dengan teman-teman mereka di lapangan terbuka, belajar di sekolah, bahagia bersama keluarganya. Lazimnya anak-anak di sekitar kita yang tumbuh untuk tidak saling memukul, tidak bermain-main dengan benda tajam dan segala sesuatu yang berbahaya. Anak-anak yang tumbuh di daerah konflik belajar sebaliknya. Dari kecil mereka paham ketakutan dan ancaman, belajar untuk membela diri dengan senjata, menanam kebencian untuk melawan. Apalagi yang bisa diharapkan jika generasi penerus negaranya juga meneruskan peperangan. Hanya omong kosong bicara perjanjian damai jika para orang tua bicara kedengkian pada anak-anaknya terhadap negara lawan.

Berikut adalah sepenggal kisah nyata mengenai tentara clik di Palestina.
Tiga bocah itu mengemas tas mereka sepulang sekolah Selasa sore itu di distrik Sheikh Rudwan, di kota Gaza. Mereka beritahu orang tua kalau mereka akan pergi ke rumah teman, dan mereka merancang sebuah serangan ke satu pemukiman ilegal Yahudi di dekat Gaza.

Senjata mereka hanyalah empat pisau, sebuah kampak dan bahan peledak rakitan yang masih kasar. Bahkan, mereka belum tahu jarak serangan bom itu, dan tentara Israel keburu menghajar bocah-bocah itu hingga tewas di tengah malam yang sepi. Tiga sekawan muda itu terkapar bersimbah darah sewaktu merangkak masuk menuju pemukiman. Too young too die?

Ketiga anak itu ingin menyusup masuk pemukiman ilegal Netzarim yang dihuni warga Yahudi Israel. Ketiga bocah, Youssef Zaqout, Anwar Hamdouna dan Ismail Abu Nadi berjalan enam kilometer menuju pemukiman berpenduduk 6.000 Yahudi, tapi dijaga 10.000 tentara Israel.

Dalam pesan perpisahan, Zaqout menulis kepada ibunya: “Oh Ummi, berbahagialah bersamaku. Aku minta anda berdoa kepada Allah semoga operasi syuhadaku sukses. Aku persembahkan jiwaku karena Allah dan tanah air.”

Siapa yang menangis, siapa yang tertawa? Para orang tua sedih, sebelia itu mereka sudah berjihad karena tak lagi tahan dengan apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan: penindasan brutal Israel di bumi Palestina merdeka.

(diambil dari Kisah Bocah-Bocah Martir di eBook, dengan ringkasan seperlunya)

Ada ratusan bocah-bocah martir (juga disebut tentara cilik) di Palestina dan Israel. Mereka berkorban nyawa sia-sia tanpa pernah ada hasil untuk kedua belah negara. Penulis bahkan membaca di salah satu situs internet bahwa ada 3000 tentara cilik Palestina yang diculik tentara Israel. Sebenarnya tentara-tentara cilik ini dapat ditemui di setiap daerah yang berkonflik, seperti Negara-negara di Afrika.

Sesungguhnya siapa yang patut dipersalahkan atas peristiwa ini?? Kita tidak perlu berpihak pada salah satu negara, baik Israel atau Palestina. Kita harus bepihak pada orang-orang tidak bersalah, terutama anak-anak, karena peperangan ini tidak lebih dari sekedar perang ego orang-orang yang menyebut dirinya “Pembela Tanah Air”. Siapa yang sesungguhnya mereka bela? Bukankah mereka justru mengorbankan tanah air mereka sendiri?

Andai orang-orang dewasa yang berperang itu tidak melihat tentara-tentara cilik dengan rasa bangga, melainkan sebagai ‘tamparan’ yang menyadarkan mereka untuk berdamai, mungkin seteru Palestina-Israel sudah berakhir! Anak-anak sebelia itu telah memiliki semangat besar untuk merelakan nyawanya membela tanah air. Seharusnya semangat mereka dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan bagi negaranya, bukan meneruskan kerusakan bagi negaranya. Seharusnya mereka berlatih di sekolah bukan medan perang, belajar menyelesaikan dengan damai bukan kekerasan.

Perang Israel-Palestina HARUS DIHENTIKAN!!! Ajak, bukan… tapi paksa orang-orang yang berperang itu melihat ke mata anak-anak di negara mereka. Dari mata itulah akan terbaca pikiran yang masih jernih untuk mengakhiri perseteruan ini. Seringkali anak-anak punya pandangan dan cara yang indah mengatasi masalah. Dengarkanlah anak-anak itu sebelum jiwa mereka dirusak, maka pesan perdamaian yang kekal akan sampai di telinga kita.