Halaman

27 Juli 2010

Liputan Forum Pemimpin Muda Nasional, Cibinong 5-10Juli 2010


PELANGI 4 HARI, WARNA-WARNI SELAMANYA

Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang dapat beraksi?

Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang hanya boleh memperoleh pengetahuan tentang kepemimpinan?

Anak dan remaja juga bisa!

Mmmm… butuh bukti?

Tepat pada kegiatan Forum Pemimpin Muda Nasional yang diadakan oleh WVI, lagi-lagi KREATif mengeluarkan jurus andalannya. Eits, jangan salah sangka, bukan jurus kucing garong atau ulat meliuk yang diandalkan, tetapi kemampuan dan pengalamanlah yang diutamakan. Didampingi oleh si vegetarian alias Kak Ayu… Adit, Tari, Val, Nitya dan Nita pun mengisi empat hari ke depan (7-10 Juli 2010) dengan memperkaya wawasan. Sebenarnya acara yang bertempat di Wisma Kinasih, Cibinong ini sudah berlangsung dari tanggal 5. Namun sayang, kita baru bisa mengikuti alur acara dari tanggal 7 dikarenakan ada acara berkaitan creative writing workshop. Jadi begitu tiba di Jakarta, kita langsung beralih ke Cibinong. Tak tanggung, tanpa istirahat terlebih dahulu. Maka terpaksa waktu tidur jam normal yang seharusnya berkisar 7-8 jam tercukur, lantaran kita baru bisa beristirahat di Cibinong sekitar pukul 01.30 WIB.

Pagi tiba. Mentari sudah letih bermain petak umpet. Sementara rembulan yang asam urat lantaran begadang semalaman pun menenangkan dirinya. Nah, di saat inilah, bersama 200-an anak dari seluruh Indonesia, KREATif memulai aksinya.

Pater Agato menjadi saksi kedatangan kita di hari pertama (setiap anak bebas menentukan tempat dari lima pilihan tempat yang telah disediakan). Tempat itu sendiri diambil dari nama seorang tokoh, yakni Pater Agato yang merupakan perintis pertanian organik. Tak sekadar pertanian organik, di sana kita juga dapat melihat kreasi-kreasi Tuhan manakala ia memadukan warna-warninya menjadi sebuah lanskap pemandangan yang indah. Bahkan tak hanya itu saja, uniknya, kita juga jadi tahu perihal nama-nama sayuran dan manfaatnya. Semisal sayuran mirip mentimun yang bernama sarkini dan tanaman poh-pohan yang bermanfaat guna menambah nafsu makan. Namun sayang, Nitya tereliminasi. Sebab begitu malam tiba, ia malah mengakhiri serangkaian acara dengan pulang ke rumahnya terlebih dahulu.

Tanggal berganti. Kita pun dijadwalkan bertemu dengan berbagai macam pengelola bangsa. Adit mendapat tugas di Kementrian Negara Koordinator Kesejahteraan Rakyat didampingi Kak Ayu, Nita serta Tari berkunjung ke Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan aku sendiri ambil bagian di Kementrian Sosial. Di sana kita pun mendapat berbagai pengetahuan sesuai dengan tugas dan bidang yang telah ditetapkan. Barulah begitu waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kita membuat layang-layang yang berbentuk kupu-kupu.

Keesokkan harinya (9 Juli 2010) kita pergi Ancol. Di sana diadakan sebuah festival layang-layang. Dengan warna-warni yang indah nan unik khas anak, masing-masing peserta pun menaikkan layangannya masing-masing. Adit dan Nita sendiri menggoreskan hak-hak anak dalam kreasi mereka. Sementara Kak Ayu, aku dan Tari melukiskan sebuah bola dunia dengan tulisan KREATif dan YKAI-UNICEF sebagai penghiasnya. Seusai festival kita beralih ke Dufan. Di sana kita bermain sepuas-puasnya.

Hukum alam berlaku. Rotasi waktu selalu berputar dan kini tiba saatnya acara yang dinanti-nanti. Ya, tak salah lagi, apalagi kalau bukan teater anak. Bertempat di Gedung Usmar Ismail dan dibimbing oleh Sutradara Jose Rizal Manua, semua peserta NYLF (National Youth Leader Forum) pun tampil dengan memukau. Mereka mencurahkan isi hati, mengekspresikan kegalauan hati terhadap pemimpin masa kini dan bahkan menggoreskan merah kuning hijaunya Indonesia dalam berbagai macam tarian. Di akhir acara, para penonton bertepuk tangan, pertanda kagum akan talenta yang dimiliki oleh anak bangsa. Dan…di tempat ini pula layangan yang kemarin kami buat, dipamerkan bersama dengan layangan anak-anak lain. Adit dan Nita boleh membawa pulang layangannya. Sedangkan aku, Tari, dan Kak Ayu terpaksa tidak membawa pulang layangan kami karena beberapa layangan terbaik akan dipajang di KNPPPA. Syukurlah…layangan kami terpilih. Itu tandanya, layangan kami bagus J

Tak terasa itulah hari terakhir sekaligus puncaknya acara NYLF 2010. Beragam pengalaman unik, mengesankan dan bahkan tak terlupakan terjadi di sana. Baik suka maupun duka. Mulai dari tidak kebagian kamar, layangan yang sempat hilang dan bahkan curahan hati seorang gadis saat di Mensos. Memang, NYLF yang kita jalani cukup singkat, 4 hari saja. Bahkan rasanya, aku sendiri pun tak bisa menyebutkan satu per satu pengalaman tersebut dalam halaman yang terbatas ini. Namun justru dari empat hari itulah pelangi menampakkan dirinya dengan catatan, warna-warni yang digoreskan untuk selamanya.


Noval Kurniadi_ KREATif Jakarta

26 Juli 2010


KREATif (Komunitas Remaja Pena Anak Kreatif) mengucapkan:

SELAMAT

kepada

Aditya Gilank Pratama
dan
Nita Oktaviya

sebagai

Peraih Penghargaan Presiden untuk Penulis Muda Indonesia 2010


KREATif (Komunitas Remaja Pena Anak Kreatif) mengucapkan:

SELAMAT

kepada


Aditya Gilank Pratama

telah terpilih sebagai 10 besar Pemimpin Muda Indonesia 2010

25 Juli 2010

Pemenang Lomba Menulis Tahun 2010


Dewan Juri Penerima Penghargaan Penulis Muda Indonesia 2010 yang bertemakan “Realita Budaya di Mata Anak“ menetapkan dua penulis muda Penerima Penghargaan Penulis Muda Indonesia Indonesia 2010. Untuk Kategori SMP, penerima penghargaan adalah Nita Oktaviya, siswi SMPN 1 Jakarta, dengan judul tulisan “Bendera itu tidak berkibar di sini”. Sedangkan kategori Kategori SMA, penerima penghargaan adalah Aditya Gilank Pratama, siswa SMAN 78 Jakarta Barat, dengan judul tulisan “Korup, sih !”.

Para Penerima Penghargaan akan menerima Penghargaan dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, UNICEF, dan YKAI untuk Penulis Muda Indonesia 2010.

Selain itu, Dewan Juri menetapkan sembilan finalis pada masing-masing kelompok.

Berikut nama-nama Penerima Penghargaan dan Finalis Penulis Muda Indonesia 2010 Kategori SMP dan SMA.

Penerima Penghargaan Penulis Muda Indonesia Tahun 2010 untuk Kategori SMP

Nama: Nita Oktaviya

Judul : Bendera itu tidak berkibar di sini

Sekolah : SMPN 1 Jakarta

Penerima Penghargaan Penulis Muda Indonesia Tahun 2010 untuk Kategori SMA

Nama : Aditya Gilank Pratama

Judul : Korup, sih !

Sekolah : SMAN 78 Jakarta Barat


Finalis Penulis Muda Indonesia 2010 untuk Katogeri SMP

Nama : Bunga Nieta Putri Vidanska

Judul : Tradisi Makan Pinang Masyarakat Papua

Sekolah : SMPN 3 Manokwari

Nama : Febianza Mawaddah Putri

Judul : Mau sampai kapan?

Sekolah : SMPIT Al-Ishmah

Nama : I Gusti Bagus Ngurah Satya Wibawa

Judul : Sebelum Kecak Setragis Reog dan Pendet

Sekolah : SMPN 1 Singaraja

Nama : Ingerawi Sekaring Bumi

Judul : Hilangnya Permainan Tradisional Pudarnya Kebersamaan Lahirnya Kerusuhan

Sekolah : SMPN 24 Semarang

Nama : Ignatia Japri

Judul : Masalah Indonesia, Masalahku Juga

Sekolah : Bina Bangsa School Kebun Jeruk

Nama : Kurnia Sandi Girsang

Judul : Gawat Trend Pakaian Modis, Overdosis

Sekolah : SMART Ekselensia Indonesia

Nama : Devi Yulia

Judul : Foreign vs Local (A story between America and Indonesia)

Sekolah : SMP 1 Belinyu

Nama : Yolanda Reptami Putri

Judul : Pengaruh Kata-Kata Gaul Terhadap Perkembangan Budaya di Indonesia

Sekolah : SMPN 4 Yogyakarta

Nama : I Gusti Ayu Sri Gayatri Kancana Dewi

Judul : Kenapa Saya Harus Belajar Bahasa Daerah?

Sekolah : SMPN 2 Mataram


Finalis Penulis Muda Indonesia 2010 untuk Katogeri SMA

Nama : Suryo Hapsoro

Judul : Kalau Saja Kebenaran Disuarakan

Sekolah : SMA Kolese De Britto

Nama : Robby Adwa Fahlepi

Judul : "Belian" Suku Dayak Kaharingan

Sekolah : SMAN 1 Banjarmasin

Nama : Nadia Ilmi

Judul : Kencana Wingka: Falsafah Orang Tua Jawa Untuk Kompromi Dengan Kekurangan Anak

Sekolah : SMAN 17 Surabaya

Nama : Eva Mawinda Widiyastantia

Judul : Potret Kekerasan Anak di Pulau Lombok (Indikasi terhadap Feodalisme Perempuan Sasak yang Tertinggal)

Sekolah : SMK Negeri 1 Selong

Nama : Mukhyar

Judul : Waktupun Bisa Terlupa

Sekolah : SMAN Modal Bangsa

Nama : Sarah Elyzabeth Gultom

Judul : Abang dan Koko

Sekolah : Global Jaya Internasional School

Nama : Dita Aljelia

Judul : Angka 10

Sekolah : SMAN 4 Jakarta

Nama : Rahadian Wahyuaji

Judul : Budaya Itu Bernama …Malas

Sekolah : SMAN 91 Jakarta

Nama : Ratri Ika Pratiwi

Judul : Indonesia dan Homoudikus Erectus

Sekolah : SMAN 1 Salatiga

23 Juli 2010

TIM KREATiF-YKAI-UNICEF

mengucapkan


SELAMAT HARI ANAK NASIONAL 2010


Teruslah berkarya demi Indonesia, kawan-kawan!
Anak-anak Indonesia, harapan bangsa....


Seperti Sinar, Tanpa Redup, Tanpa Padam

Seorang gadis cilik bernama Sinar tidak bisa merasakan keceriaan anak sebayanya. Dia harus banting tulang memenuhi kebutuhan sehari-hari sekaligus mengurusi ibunya yang terbaring lumpuh di rumahnya. Meski begitu, Sinar tetap berusaha bisa bersekolah.
Warga Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, berusia enam tahun itu setiap hari menjalani rutinitas layaknya orang dewasa demi ibunya, Murni, yang sudah dua tahun terbaring lumpuh. Ayahnya, Anwar, yang sudah tiga tahun merantau ke Malaysia hingga kini tidak jelas kabarnya. Sedangkan tiga kakak dan dua adik Sinar tinggal di rumah nenek dan kerabatnya.
Setiap hari, Sinar harus bangun pagi membereskan kebutuhan ibunya sebelum berangkat ke sekolah. Untuk memandikan ibunya, Sinar harus mengangkat air dari sumur ke atas rumah. Demikian untuk membersihan kotoran. Murni sama sekali tidak bisa menggerakan kedua kakinya.
(www.langitperempuan.com)


Masih ingatkah kita dengan kisah di atas? Kisah tentang Sinar, gadis dibawah umur yang mampu menjadi tulang punggung sekaligus ibu bagi ibunya yang lumpuh dengan segala kegigihan dan perjuangannya?
Ya, sesuai namanya, Sinar, maka selayaknya seperti itulah karakteristik anak bumi pertiwi. Mereka sepatutnya menjadi secercah sinar, dimana ia mampu menunjukkan setapak jalan bagi para pengembara oase kebahagiaan. Selain itu mereka juga harus menginspirasi banyak orang, pantang menyerah dan tentunya memiliki harapan tinggi demi meraih bintang.
Sekadar berbagi pengalaman, pada tanggal 7-10 Juli aku bersama rekan-rekan yang tergabung dalam KREATif diundang dalam acara forum pemimpin muda nasional 2010 (National Young Leader) yang diadakan oleh World Vision Indonesia (WVI). Sebenarnya acara sudah berlangsung sejak tanggal 5 Juli. Namun kita baru bisa datang pada tanggal 7.
Ini kali pertama aku mengikuti forum pemimpin semacam ini. Jujur, semula aku agak kurang bisa beradaptasi, apalagi ada sekitar 200-an anak yang turut berpartisipasi. Namun lambat laun hambatan itu sirna dan menjadi sebuah pengalaman yang cukup berkesan.
Pada tanggal 8 Juli, kita, para peserta NYL (National Young Leader) berbagi tugas. Ada yang pergi ke KPAI, ada yang pergi ke Menkokesra bahkan ada pula yang pergi ke Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Aku sendiri kebetulan mendapat bagian untuk berpartisipasi di Mensos. Di sana kita akan mendapat pengetahuan dan wawasan seputar pemerintahan sesuai dengan bagiannya masing-masing.
Sifat keindonesiaan seakan tak hilang. Perjalanan yang seharusnya berlangsung pada pukul 07.00 baru benar-benar terealisasikan sekitar jam tujuh lewat. Bahkan bisa dibilang hampir jam setengah delapan. Kendati demikian itu tidak bermasalah sebab kita tiba di tempat tujuan lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Semula agak membosankan juga menunggu sekian menit. Namun beruntung, rasa kebosanan itu hanya berlangsung sebentar. Selang berapa lama kemudian kita dipersilakan masuk. Namun sayang, ada satu hal yang membuatku kecewa. Ternyata tokoh yang bersangkutan tidak bisa hadir dan terpaksa diwakilkan dengan tokoh yang berkaitan lainnya karena ada acara lain.
Seusai memasuki ruangan, kita menempati tempat duduk-tempat duduk yang membentuk lingkaran yang telah disediakan. Suatu kebanggaan aku dapat berteman dengan mereka. Betapa tidak, para peserta dari berbagai macam ras dan budaya yang membaur menjadi satu seolah menjelma menjadi sebuah warna-warni Indonesia. Sebelum acara dimulai, aku pun memanfaatkan waktu. Diam-diam aku menjadi wartawan kecil-kecilan dengan mencoba berkenalan dengan dua bocah gadis yang ada di sebelah kananku. Gadis pertama bernama Herlin dari NTT dan gadis kedua bernama Kristin dari Papua. Mereka berdua masih duduk di bangku kelas 2 SMP.
Itu saja perkenalannya? Oh, tentu saja tidak. Aku pun berusaha mengenal mereka lebih dalam. Kutanya kepada mereka kira-kira akan menjadi seperti apakah saat dewasa nanti dan mengapa mereka memilih itu. Dengan polos Herlin menjawab ia ingin menjadi bidan karena tenaga keperawatan masih minim di NTT sedangkan Kristin menjawab ia ingin menjadi dokter dengan alasan yang serupa. Oh, betapa menakjubkannya jawaban mereka. Usia memang masih dini, namun cita-cita yang mereka tanamkan begitu tingginya. Dan itulah selayaknya sifat anak Indonesia, harus mempunyai mimpi di samping berusaha untuk mewujudkannya. Ah, aku tak tahu bagaimana perjalanan dua bocah itu sepuluh tahun ke depan. Namun aku berdoa semoga kelak mereka dapat mencapai apa yang mereka impikan. Amin...
Tak lama kemudian acara yang dinanti-nanti pun dimulai. Setelah perkenalan dan pembukaan oleh tokoh yang bersangkutan, maka kini tiba saatnya forum tanya jawab berlangsung. Uniknya, tak hanya satu atau dua orang saja yang mengacungkan jari, namun berkisar lima hingga sepuluh orang. Sungguh, ini sinyal yang baik!
Beragam uneg-uneg dan bahkan curahan hati pun dilontarkan. Ada yang bertanya tentang cara mengatasi anak jalanan, ada yang bertanya seputar pentingnya akte kelahiran, ada yang bercerita tentang pengangguran, bahkan yang uniknya, ada pula yang bercerita tentang sulitnya akses pergi ke sekolah bahkan guna mencapainya ke sana butuh perjuangan dengan berjalan kaki. Namun naas, begitu tiba di sana, gurunya malah tidak hadir. Lho? Bagaimana bisa? Bukankah guru seharusnya menjadi pendidik yang baik dan bertanggungjawab? Tampaknya sekelumit pertanyaan ini mampu menjadi wakil atas harapan seluruh anak bumi pertiwi terhadap hak-hak mereka.
Masih seputar forum tanya jawab, dari sekian pertanyaan yang dikemukakan, entah mengapa ada satu hal -atau lebih tepat dibilang curahan hati- yang menarik perhatian dan simpatiku. Apakah itu? Seorang gadis kecil berusia sekitar 12 tahun bernama Rina dari NTT menangis. Tetesan-tetesan air matanya yang mengucur turun perlahan-lahan membasahi pipinya. Dan dengan nadanya yang lugu dan polos serta bahasanya yang menyayat hati, ia bercerita kalau ia tidak bisa masuk sekolah favorit hanya lantaran terkurung faktor biaya.
Bukan lantaran pertanyaannya aku merasa terenyuh. Melainkan sorot matanya yang seolah menyiratkan bahwa betapa lelahnya ia terus-terusan berharap dari pemerintah namun di sisi lain menyiratkan betapa pantang menyerahnya ia dalam menyongsong hari esok. Entahlah. Ada orang yang mengatakan kalau mata tidak bisa berbohong. Nah, begitu tiba giliranku untuk bertanya, aku meminta para peserta untuk bertepuk tangan. Setidaknya Rina mengajarkan kepada kita bahwa hidup itu memang tidak mudah. Namun butuh perjuangan demi mencapai himalaya kebahagiaan.
Sinar, Herlin, Rina, Kristin, atau siapa pun namanya, tampaknya patut dijadikan contoh dan pelajaran oleh pemerintah dan kita semua bahwa masih banyak jutaan anak alias calon pemimpin masa depan yang memiliki angan-angan tinggi namun tidak seberuntung kita. Kawan, buka mata, buka telinga, dan ingatlah, waktu tak pernah berhenti berputar. Mungkin artikel yang saya tulis ini hanya dapat kawan baca hari ini. Namun esok, lusa, tahun depan, atau bahkan puluhan tahun kemudian, bukan mustahil kawan tidak hanya dapat membaca, tetapi menyaksikan tokoh-tokoh yang saya tulis menjadi 'sinar-sinar' yang mengagumkan, tanpa redup, tanpa padam.

Noval Kurniadi_KREATif Jawa Barat

07 Juli 2010

Buletin KREATif Agustus 2010

Hai Sobat KREATif Nusantara dan Mancanegara…

Dimohon kontribusi karyanya untuk BULETIN KREATif edisi Agustus 2010 yang bertema:

“Aku Anak Indonesia”

Menyambut Hari Anak Nasional (23 Juli) dan HUT RI ke 65 (17 Agustus)

Redaksi membutuhkan karya teman-teman dalam bentuk sebagai berikut:

A. 2 Artikel bertema “Aku Anak Indonesia”

Sepanjang 2-3 halaman A4.

B. 2 Puisi bertema “Aku Anak Indonesia”

Sepanjang 1-2 halaman A4.

C. Opini tentang Pemenuhan Hak Anak di Sekitar Kita.

Berisi opini minimal 5 orang remaja seusia kita, nama, sekolah, asal daerah, usia dan foto mereka.

D. Resensi Buku dan Film @1 buah

Resensi mengenai buku dan film tentang Anak Indonesia. Sepanjang 1 halaman A4.

E. Tips

Berisi tips pembuatan prakarya. Sepanjang 1-2 halaman A4.

F. Cerpen tentang Remaja dan Nasionalisme.

Sepanjang 5-6 halaman A4.

G. Kegiatan

Informasi kegiatan KREATif (Creative Writing Workshop Yogyakarta dan Stand KREATif NTB)

H. TTS

Teka-teki silang.

I. Inspirational Youth

Profil 1 orang remaja Indonesia yang patut dijadikan inspirasi. Sepanjang 1-2 halaman A4.

J. Galeri

Foto, Karikatur atau karya lain dalam bentuk gambar yang melukiskan tema “Aku Anak Indonesia”

K. Status dan Twit KREATif

Status Facebook atau Twit teman-teman yang unik dan lucu. Sebanyak 10 buah.


Semua karya diketik rapi dalam format Arial hitam 12pt, spasi 1.5 , justified, kertas A4.

Soft copy tulisan harap dikirimkan selambat-lambatnya 30 Juli 2010 pukul 24.00 via email ke : penulismuda.ina@gmail.com dengan subyek: BULETIN AGUSTUS.

Mohon tidak menggunakan subyek lain untuk memudahkan pengelompokkan files.


Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Tari : 08568326344

Gya: 085739028199


Setiap orang hanya diperbolehkan mengirim 1 karya.


Mohon bantuannya dan terimakasih….:)


Astari Maghfira (KREATif Jakarta) dan Gayatri Kancana (KREATif Lombok)

Seksi Buletin, Blog dan Facebook.