Halaman

20 Februari 2012

SUSUNAN KEPENGURUSAN KREATif Pusat (DKI Jakarta) periode1 Januari 2011 – 27 November 2012

Pelindung Umum : Ibunda Winarti Sukaesih
Pembina : Ibunda Sondang K. Susanne Siregar

Keuangan: Ibunda Siti Rohaya

Penasihat : Kak Rara
& Kak Adit
Pendamping : Kak Ayu


Ketua : Noval Kurniadi

Wakil Ketua : Febianza Mawaddah Putri

Sekretaris : Ahmad Roziqi & Denik Laila Islami

Bendahara : Dita Aljelia & Nita Oktaviya

Penanggungjawab Website & Social Media :

-I Gusti Ayu Sri Gayatri Kancana Dewi

-Astari Maghfira

-Bunga Nieta Putri Vidanska

-Gabrielle Tatia

Nilai Sebuah Toleransi

Nilai Sebuah Toleransi

KREATif Bandung – Rahadian Muslim

gambar : internet

“When you find peace within yourself, you become the kind of person who can live at peace with others” –Peace Pilgrim

Toleransi. Hal yang membuat kita masih bisa hidup dengan nyaman hari ini. Bagaimana tidak, hanya dengan sebuah toleransi kita tidak perlu susah payah berkelahi setiap hari karena adanya perbedaan. Perbedaan selalu indah jika kita bisa memandangnya dengan kacamata berbeda. Beda bukan berarti salah, beda bukan berarti tidak. Bisa membayangkan bagimana jadinya kalau semua bunga berwarna merah atau semua hewan berwarna hitam? Mungkin akan terasa sangat membosankan, tidak ada keberagaman yang bisa membuat semuanya menjadi indah dilihat.

Tuhan menciptakan perbedaan bukan tanpa maksud. Jika semua makhluk sama, lalu darimana kita belajar? Belajar dari yang benar supaya tahu mana yang salah dan belajar dari yang salah supaya tahu mana yang benar. Akankah kita mengenal sebuah makna toleransi? Jika berbeda saja membuat kita tidak tahu makna toleransi bagaimana jika semua diciptakan sama,mungkin kita akan menjadi makhluk individualis yang sama sekali tidak peduli dengan orang lain.

Kita harus terbiasa dengan sebuah perbedaan. Masih ingat semboyan negara kita? Bhineka Tunggal Ika, yang berarti berbeda-beda tetapi akhirnya satu jua. Jika kita sebagai generasi mudanya saja sudah pandai bertikai, lalu bagaimana jadinya negara kita belasan tahun ke depan, padahal nanti kita akan mengisi kursi-kursi kosong dalam berbagai profesi yang ada. Mungkin setiap masalah yang ada diselesaikan dengan menggunakan otot, bukan otak. Belasan tahun sekolah terasa sia-sia bukan? Jangan sampai hal itu terjadi.*(RM)

13 Februari 2012

'Jujur' Sebuah Karakter

‘JUJUR’ SEBUAH KARAKTER

KREATif Semarang – Ingerawi Sekaring Bumi

sumber : internet

Jujur merupakan sutu karakter yang patut ditanamkan dalam jiwa setiap insan manusia. Pembentukan karekter ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dilakukan secara instan. Masa anak-anak merupakan masa yang paling tepat untuk pembangunan karater, karenanya sikap ini sudah dikenalkan sejak kanak-kanak. Tujuannya agar saat dewasa anak tersebut memiliki karakter jujur yang kuat dan yidak mudah goyah.

Proses pengenalan sikap ini diawali dari orang tua. Orang tua sebagai sarana utama dan pertama dapat memberi contoh perilaku-perilaku jujur kepada anak secara langsung maupun tidak. Misalnya dengan membacakan dongeng yang mengandung pesan tentang kejujuran.

Pihak lain yang membantu pembentukan nilai jujur adalah guru. Guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Selain bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan, guru juga berkewajiban mengajarkan tentang budi pekerti seperti sikap jujur. Guru juga dapat menambahkan tentang alasan-alasan seseorang harus berbuat jujur serta dampak jika seseorang tidak berbuat jujur.

Tahap selanjutnya adalah aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Berbekal arahan dan penjelasan dari orang tua dan guru, kini anak dihdapkan pada masyarakat. Anak diharapkan dapat menerapkannya dalam berhubungan dengan masyarakat.

Masyarakat sebagai objek akan menilai tingkat kejujuran anak tersebut. Hasil dari penilaian ini dapat berbentuk respon negatif dan respon positif. Respon negatif diberikan masyarakat apabila seseorang dianggap tidak jujur atau tidak dapat dipercaya. Sedangkan respon positif diberikan jika seseorang dinggap bersikap jujur dan dapat dipercaya.

***

Pendidikan karakter jujur yang dilakukan sejak dini ternyata belum membuahkan hasil yang memuaskan. Masih banyak orang yang melakukan penipuan. Pelakunyapun berasal dari beragam usia, mulai dari orang tua hingga anak-anak. Lalu bagaimanakah pemahaman anak mengenai sikap jujur ?

Menurut http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ atau Kamus Besar Bahas Indonesia Online jujur memiliki 3 pengertian yaitu lurus hati atau tidak berbohong. Misalnya dengan berkata apa adanya atau tidak merekayasa. Pengertian yag kedua yaitu tidak curang. Contoh yang paling mudah yaitu bermain sesuai aturan yang sudah ditentukan. Arti jujur yang ketiga yaitu tulus dan ikhlas. Misalnya tidak membohongi diri sendiri atau melakukan sesuatu yang tidak bertentangan antara hati dan tindakan.

Motif seseorang bersikap tidak jujur

Sikap jujur merupakan sikap yang sangat dianjurkan oleh agama. Hal ini dinyatakan dalam berbagai kitab-kitab agama. Bahkan agama berjanji akan memberi ganjaran berupa pahala bagi yang melakukan dan dosa bagi yang mengingkarinya.

Pemerintah Indonesia juga sangat mendukung pembentukan karakter jujur. Bukti keseriusannya adalah dengan memasukkan nilai jujur sebagi salah satu dari 18 nilai pendidikan nasional. Delapan belas nilai ini merupakan misi Dinas Pendidikan dan Budaya tahun 2011/2012 yang tengah digencar-gencarkan di seluruh Indonesia. Nilai-nilai ini bersumber dari agama, Pancasila, dan budaya.

Melalui pendidikan karakter, pemerintah berharap dapat meningkatkan nilai-nilai agama, Pancasila, dan budaya yang kini mulai ditibnggalkan. Upaya-upaya tesebut diterapakan guna menggantikan ketetapan-ketepan lama yang dirasa kurang berhasil karena masih maraknya bentuk-bnetuk ketidakjujuran yang terjadi di masyarakat. Ketidak jujuran tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :

1. Kondisi ekonomi

Kondisi keuangan yang serba kekurangan, penghasilan yang minim, membuat masyarakat menjadi frustasi. Berbagai alternatif pemecahanpun terfikirkan. Salah satu alternatif tersebut adalah melakukan suatu ketidakjujuran. Sehingga tindakan yang terjadi umumnya bertujuan untuk mencari uang. Bentuk dari ketidakjujuran ini condong ke arah kriminalitas seperti penipuan, pencurian, hipnotis, dan lain-lain.

2. 1. Lingkungan

Orang yang tidak memiliki karakter jujur yang kuat akan lebih mudah terpengaruh. Seseorang yang hidup di tengah-tengah orang yang terbiasa besikap tidak jujur, berpeluang besar untuk menjadi berilaku tidak jujur pula. Cepat atau lambat, seseorang dapat mengikuti perilaku orang-orang disekitarnya. Awalnya mungkin hanya penipuan-penipuan kecil. Terpeliharanya sikap ini akan mengembangkan bentuk-bentuk ketidak jujuran yang lain hingga akhirnya terjadi penipuan besar.

3. 2. Cari Aman

Seseorang terkadang takut apabila ketahuan melakukan sesuatu yang salah. Rasa takut itu semakin bertambah jika ada sanksi bagi mereka yang salah. Begitu takutnya sehingga ia berusaha menutupi kesalahannya untuk menghindari sanksi yang ada. Alternatif rekayasa dapat menjadi pilihan. Pelaku akan mengarang atau mengubah suatu kejadian yang sebenarnya. Dengan dibubuhi sedikit ketidakjujuran, kejadian tersebut akan terdengar baik. Si pelakupun akan terbebas dari sanki.

4. 3. Jabatan

Jabatan yang tinggi bukan berarti bebas dari ketidakjujaran. Sifat dasar manusia yang tidak pernah puas memunculkan hasrat-hasrat baru guna mendapatkan sesuatu yang lebih. Godaanpun muncul menggoyahkan iman para pejabat.

Mestinya jabatan dan penghasilan yang tinggi membuat mereka memperoleh kepuasan tersendiri. Namun tidak pada manusia. Mereka tak puas dengan yang mereka miliki. Mereka mencari kepuasan-kepuasan lain demi memenuhi hasrat hidupnya, sehingga menyebabkan maraknya KKN di kalangan pejabat.

***

Abad 21 merupakan abad modern. Hampir semua aspek mengalami modernisasi, begitupun dengan modernisasi ketidakjujuran. Ketidakjujuran yang dulu hanya berupa penipuan-penipuan lisan, kini menjalar ke bentuk tulisan. Media penulisanpun bermacam-macam seperti kertas bematerai, SMS, kupon berhadiah dan banyak lagi.

Tanpa disadari, penipuan telah ikut berevolusi bersamaan dengan IPTEK. Bentuk ketidak jujuran kini telah menjangkau hasil dari perkembangan IPTEK, seperti internet, HP, jejaring sosil, dan lain-lain. Ini menunjukan bahwa antara IPTEK dan ketidakjujuran telah terjadi asimilasi.

Ketidakjujuran semakin banyak terjadi masyarakat. Kita membutuhkan suatu upaya untuk menguranginya. Sanksi yang diberikan pemerintahnampaknya tak menjamin menurunnya ketidak jujuran masyarakat. Penjara sebagai akhir dari segala bentuk kriminalitas kini bukanlah sesuatu yang dianggap menakutkan. Ketidakjujuran yang terjadi di penjara membuat para tersangka bebas keluar masuk penjara.

Pembentukan karakter kini menjadi satu-satunya cara yang paling ampuh. Tapi bagaimana cara membentuk karakter tersebut? Pembentukan karakter tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya melalui ibadah puasa. Ketika orang berpuasa, maka kebenaran bahwa dirinya benar-benar berpuasa hanya diketahui oleh dirinya sendiri saja dan oleh Allah SWT. Nampak rahasia. Sehingga dengan puasa, pribadi individu yang bersangkutan merasa ada yang selalu memonitor dan menyadari bahwa Allah lah yang mengawasi gerak geriknya. Inilah yang membantu proses terbentuk kejujuran dalam diri.

Cara lainnya adalah dengan self monitoring (monitoring diri). Diharapkan dengan self monitoring yang tinggi maka yang bersangkutan juga mengalami peningkatan self control, pengendalian diri dan self regulation, pengaturan diri. Pribadi yang bisa mengendalikan diri dan bisa mengatur dirinya, sejatinya akan mampu mengarahkan dirinya pada perbuatan dan perkataan yang jujur.

Komunikasi yang terjaga antara anak dan orang tua juga sangat membantu. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan sederhana seputar aktivitas anak-anak mereka hari tersebut. Dari situ dapat terlihat, adakah kebohongan yang dikatakan. Namun, jika anak-anak sudah bicara jujur, janganlah orangtua mengungkit kebohongan yang pernah dilakukan.

Cara lain yang memungkinkan adalah dengan mengajak anak menonton film yang memiliki pesan tentang kejujuran seperti film Pinocchio. Film tersebut punya pesan agar tidak berbohong karena dampaknya berbahaya. Saat menonton film tersebut, sebaiknya orangtua mendampingi anak-anak agar mereka dapat penjelasan tentang pesan film tersebut.

Semua usaha ini akan sia-sia jika seseorang salah memilih idola. Setiap orang yang memiliki idola akan berusaha menjadi seidentik mungkin dengan idolanya, temasuk perilakunya. Jika sang idola merupakan orang yang tidak jujur bisa jadi sang penggemar juga akan bersikap demikian. Kesalahan dalam memilih idola dapat berakibat fatal, karenanya perlu ada arahan dari orang lain agar tidak salah memilih idola.

Agar proses pembentukan karakter jujur pada anak tidak terganggu perlu ada dukungan dari masyarakat. Seseorang yang sedang belajar bersikap jujur sebaiknya diberi dukungan. Jangan mencibir atau mengolok-oloknya karena hal ini dapat menyebabkan orang tersebut malu dan berhenti berbuat jujur.*(ISB)