Halaman

03 November 2008

Dunia bicara tentang pernikahan pengusaha-bocah yang sarat kontroversial

Sahabat KREATif di luar Indonesia juga ikut berkomentar tentang pernikahan Syekh Puji dengan Ulfa. Berikut sekelumit tanggapan mereka yang langsung diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Ai (Tokyo, Japan)

Pernikahan Syekh Puji dan Ulfa sah?

Pikirkan sekali lagi!!!

Syarat-syaratnya memang cukup untuk “dibilang sah” secara agama. Namun, ISLAM pun menilik lebih lanjut sesuai kondisi dan hukum yang berlaku di suatu tempat. Tekanan yang dirasakan Ulfa, jelas-jelas menunjukkan bahwa hak keremajaannya terjajah. Dia masih anak-anak dan masih butuh eksplorasi diri. Sekali lagi, dalam Islam pernikahan jauh dari sebutan sah jika salah satu pihak mendapat tekanan serta terjajah baik psikis maupun fisik.

Andrew (Glodcester, UK)

Meskipun saya muallaf yang masih perlu revolusi total untuk menjadi muslim yang sempurna dengan sikap hidup yang kuat, dalam hal ini saya tetap dapat melihat kepribadian Syekh Puji yang terbelah. Satu sisi mengakui kebenaran Allah, namun sisi lain justru melanggar kebenaranNya yang lain. Seharusnya pribadi yang stabil, pada jiwanya tidak terjadi konflik bathin antara keimanan dan syahwat. Kasian Ulfa! Dia terpaksa mengalami akselerasi kedewasaan.

Gie (Harvard Medical School, USA)

Salah satu penyakit yang hampir semua orang tahu adalah kebiasaan kita melakukan generalisasi dosa. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Satu berbuat, yang lain dicap ikut terlibat.

Melihat kelakuan “Syekh gadungan” yang mengutip sunnah Rasul untuk kepentingan pribadi, sesungguhnya membuat hati ingin menangis. Perbuatan tersebut jelas merusak citra dirinya, sekaligus menghancurkan wibawa ulama-ulama lain.

Muslim yang baik adalah mereka yang orang lain selamat dari malapetaka tangan dan lidahnya. Jika perbuatan dan kata-kata kita menimbulkan persepsi negatif pada sesama, maka itu termasuk sikap yang tidak terpuji.

Tidak ada komentar: