Halaman

18 Mei 2009

Sekolah Bikin Bosan..??

Oleh : Gayatri (KREATif, NTB)

Berikut ini hasil wawancara tim KREATif kepada seorang siswa SMP kelas 8. Sebut saja namanya Cacha (nama disamarkan).

Tanya: Pernah nggak kamu merasa stress atau bosan di sekolahmu?
Jawab: Wah, itu sih bukan pernah lagi. Tapi sering banget.

Tanya: Kapan kamu mulai merasa stress atau bosan?
Jawab: Saat SMP kelas satu. Rasanya hidupku ini Cuma bolak-balik denger guru ngoceh, kerjain tugas, PR, tugas kelompok, presentasi, ulangan, dipaksain guru ikut lomba ini-itu, pokoknya nggak ada asyiknya sama sekali!

Tanya: Lho, bukankah itu bagian dari kewajiban kamu sebagai siswa?
Jawab: Kewajiban sih kewajiban, aku tahu. Tapi terkadang guru-guruku kelewat batas. Mereka nggak mikir kita ada tugas lain juga, langsung kasih tugas aja. Mana maunya harus kayak lagunya Andra and The Backbone, sempurna….. gitu.

Tanya: Lalu apa lagi yang bikin kamu stress dan bosan?
Jawab: Tekanan. Guru-guruku selalu memberi tekanan kepada kami untuk harus mendapat nilai yang itu tadi… sempurna. Perlu dicatat bukan motivasi! mana bawa-bawa kakak kelaslah, nama sekolah yang sudah favorit, nama mereka sebagai pengajar seniorlah. Apalagi kalau nanti dekat ujian, dari sekarang kelas dua aja mereka sudah luar biasa nekennya. Bukan memotivasi, ini beda lho!

Tanya: Ada lagi?
Jawab: Wah, banyak. Oya, dari yang aku tahu, guru-guru di sekolahku lagi giat banget ngejer sertifikasi. Mereka kadang nggak ngajar buat ngurusin hal itu, ada juga tugas-tugas portofolio atau powerpoint kami yang diganti namanya dan diakui sebagai hasil kerja mereka. Bahkan ada temanku yang diminta bantuannya untuk membuat tugas sertifikasi lalu nilainya dinaikkan.

Tanya: Kalau masalah lomba bagaimana?
Jawab: Mereka anti banget sama kata tidak bersedia. Mereka selalu mengatasnamakan sekolah, tetapi nggak memperhatikan kondisi kami, terutama secara psikis. Banyak guru yang bahkan cenderung memaksa. Sekolahku juga masih kurang dalam soal apresiasi kepada murid berprestasi, malah mereka cenderung kurang peduli.

Tanya: Bagaimana soal biaya sekolah? Kamu kan sekolah negeri?
Jawab: Ya begitulah, biar katanya sekolah gratis, tapi guru-guru masih saja suka menarik pungutan lain. Ada uang komite, bangunan, seragam, buku, lembar kerja, pokoknya ada-ada saja. Dan jika dijumlah uang-uang tadi tidak sedikit.

Tanya: Kalau soal kualitas guru rata-rata di sekolahmu, berapa kamu beri mereka nilai?
Jawab: C. mereka memang punya gelar berderet, tapi mereka cuma pintar untuk diri sendiri, bukan untuk dibagi pada murid-murid dengan baik . Mereka cenderung tidak menghargai memperhatikan keputusan, pilihan, hak dan kondisi kami terutama psikis yang lelah.

Tanya: Pernahkah kamu dan teman-teman mengungkapkan hal ini pada mereka?
Jawab: Sering sekali.

Tanya: Apa komentar mereka?
Jawab: Begini, “Pindah saja ke sekolah lain kalu tidak mau ribet. Karena sekolah di sini memang harus ribet”.

Tanya: Apa harapan kamu ke depan?
Jawab: Guru diberikan workshop khusus tentang cara mengajar efektif untuk murid (bukan untuk guru karena efektifnya mereka maksudnya lain). Satu lagi, masih workshop tentang psikolog dan hak-hak anak. Satu lagi, kalau workshop pastikan mereka bisa mengaplikasikan ya, karena aku benar-benar berharap somga guru-guru di sekolahku bisa menjadi guru yang patut diteladani, baik, dan ramah anak.

16 Mei 2009

Pengenalanku Pada Dunia Puisi

Oleh : Aida Yuni (KREATif, Jakarta)

Guruku yang ingin kuceritakan di sini biasa dipanggil Bu Yuli. Beliau adalah salah satu guru di SMPN 4 Bekasi yang mengajarkan kesenian. Walaupun perannya sebagai guru, beliau mampu membaur dengan anak didiknya. Terutama anak-anak yang terdaftar sebagai pengurus OSIS, salah satunya adalah aku. Beliau mengenalku karena aku sering ditunjuk sebagai ketua koordinator dalam berbagai acara yang diselenggarakan OSIS dan sekolah.

Di saat aku duduk di kelas 3 ada perlombaan puisi dan perlombaan lainnya yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Bekasi dalam rangka Peringatan Hari Jadi Kota Bekasi. Awalnya aku tidak tahu-menahu tentang lomba itu. Sampai akhirnya aku secara tak sengaja bertemu dengan Bu Yuli di depan kantor Tata Usaha. Bu Yuli yang melihatku langsung memanggilku.

“Aida, ke sini sebentar, Ibu mau ngomong,”
“Ya, ada apa Bu?”
“Ini, ada lomba-lomba yang diadain buat Peringatan Hari Jadi Kota Bekasi hari Minggu besok. Salah satunya lomba puisi. Kamu ikut ya?”
“Lho Bu? Kok saya? Yang lain aja ya Bu, saya nggak berani,”
“Ya udah, kamu ajak juga yang lain, tapi kamu tetep ikut ya,”
“Yah Bu.. Ya udah, saya ikut Bu. Tapi boleh ajak yang lain kan?”
“Boleh. Ini syarat-syarat perlombaannya. Semoga sukses ya Nak,”
“Iya Bu, terima kasih.”

Karena aku tidak berani mengikuti lomba itu sendiri, aku bergegas ke kelas dan mengajak yang lain turut serta. Aku mengajak teman-temanku yang kutahu handal dalam menulis puisi.

Akhirnya, tibalah hari perlombaan itu. Bu Yuli dan guru-guru yang lain tak henti-hentinya menyemangati kami. Puisi yang kami tulis di selembar kertas yang diedarkan panitia telah terkumpul di depan dan sedang dinilai oleh para juri. Setelah beberapa waktu para juri menilai, tersaringlah 20 puisi yang layak untuk maju ke final. Dan benar-benar tidak kusangka puisiku termasuk dalam 20 besar itu. Betapa bahagia dan bangganya aku. Saat aku maju bersama 19 finalis lainnya mataku tak henti mencari sosok Bu Yuli. Ingin kuucapkan banyak terima kasih pada beliau yang memercayaiku dan terus menyemangatiku dalam lomba ini. Namun sayang, Bu Yuli sudah tidak ada. Mungkin beliau sedang menengok kabar teman-temanku yang juga membawa nama sekolah dalam lomba lainnya.

Sayangnya di babak final aku gagal meraih juara. Namun aku tidak kecewa. Karena melalui lomba ini kepercayaan diriku akan kemampuanku menulis puisi langsung timbul. Aku benar-benar berterima kasih pada Bu Yuli. Entah apa jadinya kalau Bu Yuli mengiyakan penolakanku saat itu. Mungkin aku tidak akan menjadi seperti sekarang.
Satu hal penting yang terus mengingatkanku akan jasa guruku tersebut adalah andai aku tidak ikut lomba itu dan mendapat kepercayaan diriku, mungkin sekarang aku bukanlah anggota dari KREATif. Karena aku pun menjadi anggota komunitas penulis muda ini berkat menulis puisi.
Terima kasih Bu Yuli, terima kasih.

03 Mei 2009

Penghapusan Buruh Anak di Jermal


Pemerintah Daerah Sumatera Utara menetapkan tahun 2004 sebagai target penghapusan buruh anak di jermal.

Sejauh ini jumlah buruh anak menurun, dari sekitar 400 buruh anak pada tahun 1998 hingga 30-an pada akhir Maret 2003. Bahkan Gubernur Sumatera Utara, T. Rizal Nurdin, berharap akhir tahun 2003 tidak ada lagi buruh anak di jermal.
Liston Siregar berkunjung ke beberapa jermal di kawasan Deli Serdang, Sumatera Utara, dan bermalam di salah satu jermal yang masih mempekerjakan buruh anak.

Para buruh anak itu diharuskan bekerja tengah malam untuk mengangkat jaring sedang pagi harinya mereka beristirahat.

Sementara di darat ILO-IPEC melancarkan program bantuan ekonomi kepada keluarga mantan buruh anak jermal dengan bantuan ternak.

Namun tak ada jaminan jermal akan bebas total dari buruh anak pengangguran dan juga belum adanya kesadaran tentang resiko bekerja di jermal selama tiga bulan penuh, seperti terluka kena pemutar jaring dan kehilangan kesempatan untuk mendapat pendidikan.

Sri Eni Purnamawati, Koordinator ILO-IPEC untuk buruh anak jermal di Medan mengatakan ada juga kemungkinan anak dikucilkan dari keluarga dan lari bekerja ke jermal.

(http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/030618_buruh.shtml)

Buruh, Riwayatmu...

Aksi Keprihatinan Warnai Peringatan Hari Buruh
Jum'at, 01 Mei 2009 , 13:58:00
PURWOKERTO, (PRLM).- Peringatan hari buruh sedunia di Purwokerto Jawa Tengah (Jateng) diwarnai aksi keprihatinan. Sebab tenaga buruh masih dihargai dengan upah murah, Massa yang menamakan diri Aliansi Rakyat Banyumas Bersatu menuntut pemerintah untuk mensejahterakan buruh dengan upah yang wajar.

"Realitasnya buruh di Purwokerto mendapat upah dibawah UMK," kata Koordinator Aliansi, Handika Febrian, dalam aksinya Jumat (1/5).

Hasil survei yang dilakukan aliansi terhadap upah buruh pada buruh toko dan buruh tani di Kabupaten Banyumas. Untuk buruh toko, dalam sebulannya mereka hanya mendapat Rp 350-612 ribu. Sedangkan buruh jasa upahnya Rp 350-450 ribu per bulan.

"Lebih memprihatinkan lagi upah buruh tani, tenaga mereka hanya dihargai Rp 250-350 ribu. Upah tersebut tidak sesuai dengan SK Gubernur yang menyebutkan UMK Banyumas sebesar Rp 612.500. Ini jelas memprihatinkan," katanya.

Dengan upah yang diterima buruh saat ini, kata Handika, jelas tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Padahal, kebutuhan hidup minimal di Banyumas mencapai Rp 440 ribu.

Menurutnya, sudah seharusnya Pemkab Banyumas mendorong pengusaha untuk menaikan upah buruh. Mereka berharap agar kesejahteraan buruh menjadi prioritas program pemerintah.

(http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=72916)

02 Mei 2009

Catatan dari Bulan April: Kisruh terus!

KREATif NTB: Gayatri



Di bulan April 2009 yang baru saja kita lalui ini, banyak sekali terlaksana event nasional yang berkaitan juga dengan kehidupan anak. Berikut catatan saya berdasarkan apa yang memasuki panca indra saya…



Event 1: Pemilu Legislatif, Kamis, 9 April 2009


Event nasional yang super duper penting ini telah dihelat. Langsung untuk kedua kalinya dan di-declair sebagai “Pesta Demokrasi Rakyat” dan beberapa teman-teman KREATif ada juga yang telah berhak memilih, meskipun saya tidak. Tapi ternyata, menurut berita di sejumlah media terdapat sekitar 40% pemilih dinyatakan GOLPUT alias tidak menyumbangkan suara pada pemilu kali ini. Ada yang memang tidak bersedia, namun ada yang tragis bahwa mereka tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap meskipun sudah punya KTP! Salah seorang teman saya yang berusia 14 tahun bahkan mendapat undangan memilih meski orang tuanya tidak. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah pun hampir tidak jadi ikut pemilu lantaran tak tercantum di DPT. Ajaib!

Belum lagi soal logistik! Banyaknya surat suara yang tertukar di sejumlah daerah pemilihan, penyembunyian surat suara, kurangnya bolpoin atau spidol pencontrengan dan masih banyak lagi. Di beberapa TPS, sampai diadakan pemilu ulang.

Lain lagi kecurangan, di sebuah TPS, seorang Ibu mengaku ketika masuk TPS sudah diburu juru kampanye caleg yang “mengingatkan” untuk memilih caleg yang dikampanyeinya.. Gila, masa kampanye sudah selesai waktu itu, bukan?!?

Lagi. Banyaknya orang yang frustasi akibat hasil pemilu. Malang nian nasib bangsa ini kalau sampai orang seperti itu benar-benar jadi anggota dewan yang terhormat! Yang gila bahkan sampai rela mengambili semua sumbangannya saat kampanye door to door! Dengan kilah “saya nggak balik modal gara-gara kalah jadi caleg!” Balik modal? Memang jadi caleg itu buat nyari untung duit ya? Segala cara dilakukan deh buat jadi anggota legislatif!

Belum lagi partai-partai di pusat sana, lobi sana sini, atur strategi sana sini nggak inget sama penentu nasib mereka, rakyat!



2. Event 2: Ujian Nasional

Ini dia event yang selalu jadi topic of the year dari tahun 1960an saat pertama dicoba. Tapi sekarang masalah tambah, biasa! Mulai dari bocornya soal ujian, jawaban yang beredar via sms ke hape siswa (benar tidaknya belum tentu), jurus jitu nyontek dari para siswa sampai bandelnya pengawas. Dari yang garang sampai tidur di ruangan. Bahkan di sebuah SMP di kota blablabla sekitar 10 orang siswa-siswi kelas 8 diminta ‘membantu’ proses pengawasan Ujian kakak kelasnya dengan bayaran sekotak kue!

Ada juga peserta yang tidak ikut UN lantaran hal-hal yang cukup mengagetkan. Ada yang sudah menikah dengan teman satu sekolahnya dan malu ikut UN, sampai membantu orang tua ngerampek (:panen, bahasa sasak). Wah wah wah! Tinggal tunggu satu kisruh lagi, hasilnya. Pasti banyak yang stress karena tidak lulus! Banyak siswa yang saya tanyai dan merasa stress berat sebelum ujian lantaran pola belajar di sekolah yang sangat memforsir mereka selama setahun ini. Belum lagi tuntutan para guru, harus nilai rata-rata 8 lah, malu guru itu kalau mereka nggak lulus dan lain lain. Dan ini biasanya terjadi di sekolah favorit! Lantaran mereka sangat menjaga image dan gengsinya tanpa mau mengakui bahwa guru dan sistem sekolah itu dalam mengajarlah penyebab utama kegagalan bila terjadi nanti. Untuk apa ada sekolah kalau orang-orang sudah sangat pintar sampai tak perlu diajari lagi?



Jadi, teman-teman semoga saja kisruh-kisruh itu tak lagi terjadi di bulan ini ya. Semoga orang dewasa dan anak dapat menjaga kondisi dunia ini dengan baik! Semoga!