Halaman

29 November 2008

Happy Birthday KREATif

Stevy Liura_KREATif Bangka Belitung

27 November 2008

KREATif dihidangkan sebuah kue ulang tahun yang ditancapkan lilin berbentuk angka 1.

Api kecil pun ditiup,

berubah menjadi asap yang menyampaikan permohonan:

Semoga KREATif panjang umur, sukses selalu, & tetap jaya..

Selamat Ulang Tahun, KREATif ! !

Maaf yach telat !

Kemaren batere HPku abis pas rumahku dapet giliran pemadaman listrik.

Tapi..

Lebih baik terlambat,

daripada tidak sama sekali..hehe

Alfinda Agyputri_KREATif Jakarta

KREATif,

Met ultah yang pertama ya..

Moga bisa terus bertumbuh dan berkembang menjadi komunitas bagi penulis-penulis yang kreatif dan punya hati untuk bangsa ini.

Amen.

NB: maap bgt telat..

28 November 2008

puisi ini dibacakan didepan yusuf kalla dan para guru lainnya, saat peringatan HUT PGRI

"KAPAN SEKOLAH KAMI LEBIH BAIK DARI KANDANG AYAM"

oleh Prof. Winarno Surahman


"Tanpa sebuah kepalsuan,
guru artinya ibadah.
Tanpa sebuah kemunafikan,
Semua guru berikrar mengabdi kemanusiaan.
Tetapi dunianya ternyata tuli. Setuli batu.
Tidak berhati.

Otonominya, kompetensinya, profesinya
hanya sepuhan pembungkus rasa getir,"

"Bolehkan kami bertanya,
apakah artinya bertugas mulia
ketika kami hanya terpinggirkan
tanpa ditanya, tanpa disapa?
Kapan sekolah kami lebih baik dari kandang ayam?
Kapan pengetahuan kami bukan ilmu kadaluarsa?
Mungkinkah berharap yang terbaik dalam kondisi yang terburuk?"

"Ketika semua orang menangis,
kenapa kami harus tetap tertawa?
Kenapa ketika orang kekenyangan,
kami harus tetap kelaparan?
Bolehkah kami bermimpi di dengar
ketika berbicara?
Dihargai layaknya manusia?
Tidak dihalau ketika bertanya?
Tidak mungkin berharap
dalam kondisi terburuk,"

"Sejuta batu nisan guru tua yang terlupakan oleh sejarah.
Terbaca torehan darah kering:Di sini berbaring seorang guru
semampu membaca buku usang sambil belajar menahan lapar.
Hidup sebulan dengan gaji sehari.
Itulah nisan tua sejuta guru tua yang terlupakan oleh sejarah,"

27 November 2008: 1 tahun KREATif Indonesia


Adhiah Juliarti Harahap_KREATif Bengkulu

Selamat ulang tahun yang ke-1 untuk KREATif ! ! !

Tetep produktif menulis, berjaya, terus berkarya & semakin KREATIF..

Tetep semangat!

KREATif, maju terus pantang mundur ! ! !


Rilnia Metha Sofia_KREATif Mataram (NTB)

Met Ultah KREATif...

Be creatif always yeahh..!!

Yudistira Riyadi Timothius_KREATif Jogjakarta-Jateng

Dear KREATif,,

Happy bday..happy spesial day..

semoga dengan umur 1tahun ini KREATif semakin maju & semakin bisa menggemakan suara anak-anak Indonesia..

Sukses ya ! !

27 November 2008

Suhaili_KREATif Bandung: happy anniversary buat KREATif



Horeee.....KREATif......udah gede....

udah berumur 1 tahunnn....lho
kita buktikan bahwa melalui kreatif ini anak-anak di Indonesia mempunyai kebebasan berbicara tentang hak-hak kaumnya tentunya...
selain itu juga ini bukti bahwa walaupun masih anak-anak, kita bisa merubah dunia melalui tulisan ini.
selain itu juga kita mampu menyatakan sikap kita tentang suatu hal...
anak-anak bukan lagi kaum yang terjajahkan

sudah 1 tahun kreatif ini kita bangun...
sama-sama kita saling membangun dan memperjuangkan hak anak-anak Indonesia......
Karena kalau tidak kita, lalu siapa lagi yang selain meneruskan nasib negeri ini sekaligus meluruskan nasib negeri ini yang telah rusak oleh generasinya.....
terakhir.....saya ucapkan
HIDUP ANAK-ANAK INDONESIA!!!!!

Selamat Ulang Tahun KREATif

Astari Maghfira_KREATif Bandung

Met Ultah, yaa..KREATif yang masih bayi!

Semoga:

+ oke

+ beken

+ bagus

+ maju

+ luas!

Oke.. oke..

Ayu DRS_KREATif Jakarta

Aduh aduh..KREATif lagi lucu-lucunya nih..

Met Ultah yang pertama ya!

Semoga makin kreatif seperti namanya,

makin luas,

makin disayang oleh seluruh anak Indonesia (lho??)

Semangat terus yah untuk merdekakan hak anak Indonesia!!

Hidup KREATif, hidup anak Indonesia!!!

Vicko Gestantyo Anugraha_KREATif Palembang

Met Ultah ya KREATif yang ke1,

Moga makin panjang umur n tetep eksis sebagai wadah kreatifitas anak Indonesia..hidup hak anak Indonesia!!!

I Gusti Ayu Sri Gayatri Kancana Dewi_KREATif Mataram (NTB)

HAPPY BDAY BUAT KREATif!

Kalo tumpengan jangan lupa dipaket ke Lombok!

Semangat n maju terus KREATif!

Nuri Mandan Sari_KREATif Bali

HaPpy uLang tA0n to KREATif

smOGa makin Oke.,

maKin mAntAb,,

maKin hEboH,,

paStinya maKin kreatif kaya namanya,

n’ bisa jadi insPiRasi buat smUa orang,,amin ^_9

KREATif Bandung: untuk Syekh Puji

Debbora Margaretha

Memberi komentar tentang kasus pernikahan Syekh Puji (40-an tahun) dan seorang anak yang bernama Ulfa ini (12 tahun), saya akan sedikit mengutip pandapat seorang filsuf yang berbunyi ”sesuatu akan jadi baik jika dilakukan tepat pada waktunya”

Tentunya pasti kita setuju dengan pendapat ini dan tentunya juga kita sepakat pastinya bahwa masa anak-anak adalah masa terindah dalam hidup kita, masa dimana kita belajar banyak tentang kehidupan, berlomba-lomba mencari ilmu dan pengetahuan serta merasakan bagaimana indahnya dunia yang diciptakan oleh sang pencipta bagi kita. Dan masa seusia Ulfa inilah adalah kesempatan yang paling tepat untuk kita semua mencapainya. Apakah kita bisa yakin jika pada saat Ulfa ini telah berstatus “telah milik orang” ini masih bisa merasakan indahnya masa anak-anaknya???? Mungkin Ulfa sendiri terlalu sibuk nantinya dengan urusan keluarga dan rumah tangganya. Dan secara biologis, apakah tepat anak seumuran ini menjadi seorang ibu yang akan mendidik anak-anaknya??? Jika ini adalah prinsip hidup dari Syekh Puji, tentunya mungkin bapak temasuk orang teraneh didunia ini…….

Hendra Wangsa

Mengenai kasus Syekh Puji ini, kalo sedikit mengacu pada konteks agama, agama tidak mempermasalahkannya asal sesuai ketentuan saja, dan saya rasa mungkin Syekh Puji tentu lebih mengerti daripada saya. Tapi untuk kondisi sekarang ini, rasanya kurang lumrah untuk dilakukan. Masa’ anak usia 12 tahun menikah dengan kakek-kakek 40 tahunan, masa’ seorang anak yang seharusnya duduk manis dibangku sekolah harus menenteng suami dan anak-anaknya pada suatu waktu.

Pada dasarnya ini bukan masalah pantas atau tidaknya untuk dilakukan, tapi melihat hal ini, perilaku ini masih dianggap ketidakwajaran atau ketidak normalan dari ‘kakek” ini. Kalau saja alasan kakek ini menikah dengan Ulfa ini untuk mencari pengganti sekaligus penerus perusahaannya, kenapa tidak dijadikan saja “Ulfa” ini sebagai anak angkat. Jangan mengatasnamakan agama atau alasan sosial lainnya hanya untuk menutup ketidaknormalan ini.

Dhimas H

“Anak-anak tetaplah seorang anak-anak”

Walaupun perempuan yang telah baligh telah bisa dianggap dewasa, tapi pada konteks ini “Ulfa” masihlah tetap anak-anak, tidak mungkin secara cepat menjadi dewasa atau secara “karbitan” jadi orang dewasa, walaupun pada kasusnya phisicly dan pemikirannya telah dewasa. Secara psikologi, tahap perkembangan pada diri sesorang tidak dapat dipercepat atau diperlambat, atau mungkin untuk dikendalikan, dengan resiko tidak sesuai dengan yang diinginkan. Bayangkan saja seorang Ulfa anak yang berumur 12 tahun harus mengganti alat-alat tulis di tangannya dengan alat kontrasepsi!!!!

Bambang Purnama Hadi

Satu atau dua hari lagi……atau….

Dua atau tiga minggu…….lagi…..

Kita belum tahu efek negatif buat anak ini…

Tapi apa kita bisa jamin…….

Dua atau tiga tahun lagi….

Kondisi psikologi anak ini tetap seperti biasanya….

Wisnu

Menurut saya adalah hal yang tak bisa dibenarkan alasan Syekh ini berbuat seperti ini karena untuk mengikuti sunah dari nabi Muhammad, karena jika Syekh ini benar-benar ingin mendidikasikan pada agama, toh masih banyak lagi sunah-sunah nabi yang lebih diutamakan. Nabi Muhammad menikah dengan Aisyah yang ketika itu masih berumur 9 tahun dengan alasan-alasan khusus, apa Syekh bisa jamin alasan Syekh menikah dengan anak ini selain karena alasan paedophilianya????

Ratna Ayu Nariswari

Menurut saya, secara tegas saya katakan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Syekh ini diluar batas kewajaran dan diluar kemanusiaan. Harga diri saya sebagai seorang perempuan rasanya telah hina diinjak-injak atas perlakuan Syekh ini. Walau bagaimanapun usia Ulfa masih sangat belia sekali untuk menjadi seorang pendamping hidup bagi orang lain, sekalipun laki-laki terpandang didunia ini yang minta menikahkannya, jangan pernah menganggap bahwa derajat perempuan lebih rendah dari laki-laki, sehingga laki-laki (Syekh_red) semau hati mempermainkannya. Saya berpikir, seorang wanita dewasa saja masi tetap merasa kesusahan ketika mengandung seorang anak, apalagi seorang anak seumuran itu yang juga harus mengandung anak??? Masih banyak kok, wanita-wanita “berumur” yang pantas dan cocok jadi pendamping Syekh ini. Dan tentunya masa anak-anak adalah suatu masa yang paling berharga dalam hidup seseorang, tidak bisa terganti oleh apapun, sekalipun itu uang 3 milyar. Dan seharusnyalah anak-anak dapat diekplorasi bakatnya bukan malah diekploitasi…..

Sari Devi Okzelia

Ini adalah bukti bahwa dunia anak yang ada sekarang belum terbebas dari belenggu penjajahan orang-orang dewasa yang lebih berkuasa dan dunia yang ada sekarang ini tak aman lagi bagi kita…….. anak-anak……

Fahmi Taufiqulhadi

Menurut saya, bagi masyarakat Indonesia, pernikahan ini bukan hal yang luar biasa lagi, karena sudah sejak zaman dulu kala, kakek-nenek kita atau para sesepuhnya juga menikah ketika rata-rata seumuran Ulfa ini. Tapi untuk zaman sekarang, hal ini telah menjadi mimpi masa lalu negeri ini, hal ini telah dianggap ketinggalan zaman. Masa anak-anak adalah masa paling indah dalam hidup kita, kita semua pasti menginginkannya dan tidak mau masa anak-anak kita dirusak oleh siapa pun, dan mungkin termasuk juga Syekh puji ketika kecil dulu???

Indah Riezky Pratiwi

Dasar orang gila….

Sudah gila harta….gila hormat….

Sekaligus gila nafsunya…..

Wong cilik kok diembat juga……

Irma Suryanti

Kok ada sih orang tua yang tega membiarkan hal ini terjadi????

Anak adalah harta dunia yang paling berharga yang harus dirawat dan dijaga….

26 November 2008

FUN dengan FAN

Beberapa waktu lalu, Deputi Perlindungan Anak beserta Kementrian Pemberdayaan Perempuan menyelenggarakan Forum Anak Nasional (FAN). Tepatnya dilaksanakan di Hotel Safari Garden-Cisarua, Bogor, 24-27 Juli 2008. Sungguh merupakan sebuah kehormatan bagi KREATif karena diperkenankan untuk mengirimkan perwakilan untuk turut serta dalam Forum tersebut. Perwakilan itu adalah Gayatri(NTB), Raisa(Bekasi), saya sendiri Aditya(Jakarta), dan didampingi oleh Mas Tarto (YKAI).
Forum ini diikuti oleh 72 orang yang terdiri dari 37 anak dan 33 peserta dewasa/pendamping mewakili : kab. Boyolali, kota Surakarta, kab. Sleman, kota Yogyakarta, propinsi DI Yogyakarta, kab. Tulungagung, kab. Sidoarjo, kab. Pacitan, kab. Ponorogo, kota Surabaya, propinsi Jawa Barat, kab. Tanggamus, propinsi Sumatera Barat, propinsi Sumatera Utara, kota Batam, propinsi Maluku, kab. Gianyar, prop. Bali, kab. Sumba Timur, kab. Maumere, kab. Sumba Barat Daya, kab. Sumbawa, propinsi Nangroe Aceh Darussalam, propinsi Sulawesi Selatan, propinsi Jambi, propinsi Riau, propinsi Kalimantan Tengah, DKI Jakarta, dan pusat.


Hari Pertama, 24 Juli 08

Acara dimulai pada sore harinya yaitu setelah hampir semua peserta berkumpul. Acara awal yang difasilitasi oleh Bpk.Suma Mihardja (Konsorsium Capil), Bpk.Setiadi Agus (YKAI) dan Bpk.Hendra Jamal (KPP) ini diisi dengan perkenalan peserta dan juga kesepakatan kontrak belajar selama forum dilaksanakan.

Acara pembukaan dilaksanakan pada malam harinya yang diisi dengan sambutan dari Staff Ahli Bidang Agama Menteri Pemberdayaan Perempuan, laporan panitia, beserta doa. Acara dilanjutkan dengan pembagian kelompok dan tugas untuk mendiskusikan permasalahan anak didaerah.

Hari Kedua, 25 Juli 08

Materi pertama di hari kedua ialah materi Pengenalan Diri yang difasilitasi oleh Kak Susan dari YKAI. Selanjutnya ialah acara berbagi pengalaman menghadapi Bencana Alam Gempa oleh Crisna(DIY) dan Joko(JaTeng). Dalam sharing kali ini, kak Crisna dan kak Joko berbagi pengalaman mereka mengenai Gempa. Baik itu persiapan menghadapi gempa, cara berlindung, dsb. Acara menjadi semakin meriah karena kak Crisna mengadakan kompetisi kecil dadakan untuk memperebutkan salah satu wayang golek miliknya. Bagi yang menginginkannya diharuskan untuk menjadi yang paling seru dalam menyanyikan dan menarikan lagu Tarik Tambang ala kak Joko.

Kemudian acara dilanjutkan dengan materi Komunikasi dan Kepemimpinan oleh Kak Irma (Save the Children UK).
Sore harinya menjelang Magrib, acara dilanjutkan dengan pemaparan berupa diskusi mengenai peta kegiatan partisipasi anak dan lembaga layanan terpadu peduli anak.

Malam harinya, Raisa KREATif sebagai salah satu anak peserta Lokakarya Penyusunan Buku Saku UU PTPPO berbagi pengalaman tentang proses penyusunan buku saku sosialisasi UU PTPPO untuk anak. Setelah itu, ada pula sedikit pengenalan tentang apa itu KREATif oleh Raisa, Aditya, dan Gayatri KREATif.

Hari Ketiga, 26 Juli 08

Hari ketiga diawali oleh sharing pengalaman menjadi Pemimpin Muda Indonesia (PMI) oleh Kadek Doi (Bali), Asep Ramdhani (Jawa Barat) dan Joko Sukamto (Jawa Tengah), dilanjutkan dengan diskusi mengenai pemilihan PMI difasilitasi oleh Budi R (Impact Indonesia). Setelah itu acara dilanjutkan dengan pemutaran film mengenai partisipasi anak dan dipandu mengenai pembahasannya oleh Nanang AR (Plan Indonesia).
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok mengenai Tindak Lanjut Forum Anak Nasional setelah itu perwakilan tiga orang dari tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi untuk kemudian didiskusikan kembali bersama-sama.

Malam harinya menjadi malam penutupan dan juga malam yang ditunggu-tunggu. Setelah berakhirnya acara penutupan oleh Deputi Perlindungan Anak, Panitia mempesiapkan refreshing yang sangat menyenangkan yaitu dengan adanya Safari Night di Taman Safari.

Hari Keempat, 27 Juli 08

S a y o n a r a

FAN merupakan pengalaman yang berharga bagi saya. Dalam waktu 4 hari 3 malam, saya belajar banyak akan banyak hal pula terutama segala sesuatunya mengenai Anak. Materi, Sharing, teman-teman baru, cerita baru, canda dan tawa menjadi komposisi utama dalam FAN. Sungguh FAN merupakan pengalaman yang berharga bagi saya dan KREATif tentunya. Sangat FUN dalam FAN


Aditya Gilank Pratama_KREATif Jakarta

Teganya... Teganyaa..

Bicara mengenai kasus yang menimpa pada Ulfa, seorang anak usia 12 tahun yang menikah dengan seorang kakek berumur 40-an, saya cuma bisa berkomentar sedikit...

Kalau dipandang dari segi agama....pastilah ilmu agama bapak lebih baik dari saya

Kalau dilihat suksesnya kehidupan bapak sekarang.....saya cuma bisa salut atas kehebatan bapak...

tapi kalau dinilai dari segi kemanusiaannya......maaf pak, InsyaAllah saya bisa lebih baik dari bapak...

Saya tak akan tega menikah dengan anak yang seumuran Ulfa ini....

Karena anak seumur itu belum cocok untuk memegang alat kontrasepsi dan popok bayi....

Alangkah teganya bapak menghancurkan masa depan anak sekecil itu....

perlu bapak ketahui bahwa masa anak-anak adalah masa yang terindah bagi setiap orang, dan pastinya kita tak rela jika masa itu dirusak oleh siapa saja....

Apakah bapak pernah berpikir bahwa bagaimana ketika kecil dulu Anda mau dinikahkan dengan nenek-nenek tua yang kaya raya??? apa bapak mau....

Dan untuk orang tua Ulfa.....saya katakan bahwa Anda adalah orang yang gagal dalam hal mendidik anak Anda....Anda sungguh keterlaluan

Buat negaraku....ini bukti bahwa anak-anakmu masih terjajah kedudukannya di muka bumi ini....

Suhaili, KREATif Bandung

13 November 2008

Pahlawan na Pah Lawan???

Sajak Bingung

Ayu DRS_KREATif Jakarta

Kumbang dan kembang

butuh kimbang

dalam kambang

agar tak kombang

Kambing saja kembing

jika kombing

saat tak kumbing

minum kimbang sampai kembung

lalu hangurlah kambungnya

tergerus kombung

dan…

ah! kumbungnya pun kimbung

Itu dia!!!

Kimbeng datang

bawa kembeng

yang kombeng

berkambeng kumbeng di atasnya

Aih..aih..kembong nian si kimbong!

Kombongnya padan

di kumbong sandang

pincut kombong

Tolong, Tuhan!

Tohan nangannya!

Kami tak tahan

main tehan

dalam tihan

Sajak ini

sejak tadi

sujak kami

sojak kali

sijak naluri

Bingunglah tak bangung

putar bengung

jalan bongung

bungung pasrah

Pihlawan catok pohlawan

Sak puhlawan

a………

maki ni pehlawan

Pahlawan na Pah Lawan?

?????

Mari gali gila tak gula

Lha?

Na lah gola si gela?

12 November 2008

There Must Be More To Life Than This

Ya... sepertinya menikah muda bukan pilihan hidup saya...

Tak pernah terpikirkan... karena di keluarga saya sendiri, pernikahan bukan kewajiban, melainkan pilihan hidup.


Ada lagu dari Freddie Mercury judulnya "There Must Be More To Life Than This"
Rasanya bagus untuk kita renungkan isi liriknya! Apa arti hidup ini...


There must be more to life than this
There must be more to life than this
How do we cope in a world without love
Mending all those broken hearts
And tending to those crying faces

There must be more to life than living
There must be more than meets the eye
Why should it be just a case of black or white
There must be more to life than this

Why is this world so full of hate
People dying everywhere
And we destroy what we create
People fighting for their human rights
But we just go on saying c'est la vie
So this is life

There must be more to life than killing
A better way for us to survive
What good is life, in the end we all must die
There must be more to life than this

There must be more to life than this
There must be more to life than this
I live and hope for a world filled with love
Then we can all just live in peace
There must be more to life, much more to life
There must be more to life, more to life than this

10 November 2008

Pendapat Gladistria di Jogja Tentang Pernikahan Syekh Puji dan Ulfa

Aneh-aneh aja ya jaman sekarang, adaa aja kejadian-kejadian enggak normal kayak pernikahan Syekh Puji sama Ulfa itu. Rasanya kayak kembali ke jaman Siti Nurbaya gitu... Di usia yang masih sedikit itu harusnya kan belajar dan menikmati masa muda dengan berprestasi juga berkreasi. Masa ya nikah? kalo aku jadi Ulfa, waduuh mending minggat deh... hidup kan cuma sekali, masa cuma abis di pernikahan doank. Aku heran deh, kalo emang motivasinya untuk membiayai pendidikan, mengapa harus dinikahi? dijadikan anak asuh kan juga bisa to? Dan kalo emang yang dijadikan panutan itu Rasulullah, mengapa cuma diambil enaknya saja? Istri banyak waktu itu kan bukan karena Rasulullah seorang playboy, melainkan karena ada beberapa kasus. Misalnya para janda korban perang, dinikahkan tujuannya agar mereka terurus, juga biar anaknya tidak jadi yatim...

Moga-moga aja Ulfa nikah ama Syekh Puji bukan karena paksaan dan harta ya... harta, kekayaan segede apapun kan cuma sarana buat hidup dan semua itu bisa dicari... yang paling penting tu bahagianya dulu....

Eh, tapi kayaknya nikah dini tu next project remaja masa kini ya, terbukti di usia yang masih amat sangat muda mereka sudah sibuk cari jodoh. Coba sana, coba sini. Ya kan ? hehe..

07 November 2008

SMA Negeri 2 Bengkulu: untuk Syekh Puji


AIB: CUKUP SITI NURBAYA
Oleh: Adhiah Juliarti Harahap
( KREATif Bengkulu)

Begitulah suasana AIB (=Anak IPA B) yang heboh, kocak, gokil, dan suka gila-gilaan. Setiap hari memang selalu begitu. Sabtu, 1 Oktober 2008, pelajaran pertama “Pendidikan Agama Islam”, masuk ke Bab Munakahat yang isinya tentang pernikahan. Eh, Si Ucok langsung nanya ke Pak Guru,

“Pak, Gimana tentang bapak-bapak yang nikahin bocah di bawah umur itu? Pantaskah? Kasihan nian! Hehehe…..”

Suasana langsung ricuh.

Pak Guru menjawab,

“Kalau anak itu sudah akil baligh, ya sah-sah saja! Tapi, Eittsss………… (panjang banget dah penjelasannya!)”

Sebenarnya gimana sih teman-teman? Yuk, kita tanya pendapat mereka sehabis pelajaran!


Adhiah Juliarti Harahap

Menjadi Ibu adalah hal yang sangat membanggakan bagi setiap perempuan. Saya, perempuan sederhana, pengharu, susah ditebak, sangat sensitif, penyayang binatang dan anak-anak, pencinta lagu-lagu mallow, pencinta puisi-puisi romantis, pencinta film-film drama yang menguras air mata, dan……….naif! Tapi, apakah saya akan bangga bila memiliki anak dari laki-laki yang istilahnya tidak ada “chemistry” dengan saya? Sekali lagi, SAYA NAIF!

Berita pernikahan seorang lelaki paruh baya berusia 44 tahun, Syekh Pujiono dengan Lutviana Ulfah, bocah berumur 11 tahun 8 bulan, sangat menghentak perasaan saya. Apalagi, kabarnya bapak berjenggot ini akan menikahi pula dua bocah lainnya yang berusia 7 tahun dan 9 tahun. Pemilihan istri yang berusia kanak-kanak ini bertujuan untuk meneruskan usahanya (katanya).

Mengapa Ulfah tidak diadopsi saja jadi anak kesayangan, anak angkat, atau anak asuh? Apa tidak ada jalan lain dengan dalih meneruskan usaha yang menurut saya tidak masuk akal ini. Ulfah anak pintar. Sekolahkan dia setinggi-tingginya untuk meneruskan usaha “Anda”, dan tentunya akan lebih manis jika, “Papa! Aku sayang sama Papa! Papa baik banget!” So sweet…….

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana biduk rumah tangga antara Nyonya Lutviana Ulfah dengan Tuan Syekh Pujiono, “Mas, sudah makan belum? Mas, saya sudah siapkan air hangat untuk Mas mandi. Mas, nanti pulang jam berapa? Mas, nanti mau pake kalung tasbih yang warna apa? Hitam, putih, biru, pink, atau oranye?”

Mengapa pernikahan itu terjadi? Apa mungkin Ulfah mau menikah dan bersedia ikut seleksi ”istri-istri” ini tertarik dengan harta yang melimpah ruah? Apa mungkin Ulfah rela menawarkan harga dirinya, “Bapak, Ibu, saya mau menikah dengan Syekh Puji. Yang punya yayasan itu loh! Yang ngasih zakat 1,3 milyar itu, yang punya usaha kaligrafi yang gede banget itu. Yang punya ini-yang punya itu, ini-itu. Saya mau mondok ke sana.”

Teman-teman yang saya cintai, saya yakin Ulfah tidak begitu. Kalau memang iya, mengapa ia harus menangis di depan teman-temannya, bersedih hati dan merasa berat meninggalkan SMP yang telah ditekuninya selama satu bulan? Hanya untuk dipindahkan ke pesantren yang tak tahunya adalah seleksi ”istri-istrian”. Siapa di balik semua ini? Saya yakin pernikahan ini karena oknum-oknum tertentu. Buktinya orang tuanya membiarkan anak di bawah umur menikah begitu saja tanpa mengerti perasaannya.

Yang lebih mengejutkan lagi, Kamis, 6 November 2008 di Seputar Indonesia, Ulfah berbicara di depan media, ”Saya mencintainya. Saya tak ingin dipisahkan dengannya. Sudahlah, kalian tidak usah memikirkan saya lagi. Saya baik-baik saja. Mohon doanya.”

Bayangkan, anak yang belum genap berusia 12 tahun, apakah sudah terbesit olehnya untuk menikah cepat dan segera berumah tangga. Anak 12 tahun sudah bisa mengucapkan terang-terangan ”Ich Liebe Dich?” (baca: aku cinta kamu). Saya tidak tahu pasti. Tapi, apakah Ulfah diajarkan berbicara dulu oleh oknum-oknum itu sebelum berbicara di depan media? Di usia segitu, saya masih suka membaca komik, nonton film kartun sambil makan cemilan, merengek-rengek minta dibelikan es krim dan coklat kalau di supermarket, berteriak memanggil Ayah dari kejauhan, dan koleksi jepit rambut warna-warni. Tepatnya, si usia 11 tahun 8 bulan saya belum SMP, saya sedang sibuk bimbel untuk mempersiapkan UAN SD, sementara Ulfah menikah di usia itu.

Masa remaja adalah masa yang paling indah dan penuh kenangan. Di mana saat kamu menemukan cinta pertama kamu, first date kamu, dll. Tapi, Ulfah malah menikah siri dan belum sempat menginjak yang namanya usia remaja. Ulfah masih bocah!

Bayangkan, sewaktu kamu membongkar seluruh baju di lemari untuk dicoba di depan kaca, mencoba sepatu yang sesuai, berlatih berbicara dan tersenyum di depan kaca, dan mencatok rambutmu dengan penuh hati-hati, hanya untuk tampil cantik di first date kamu. Sementara Si Ulfah sibuk meladeni ”Mas Puji”nya.

Saya khawatir, pandangan orang-orang tentang Islam bisa menjadi buruk. Islam bisa dianggap sebagai agama yang memaksa dan penuh dengan aturan aneh. Padahal, kita tidak bisa hanya bergantung di satu ayat. Seluruh isi Al Quran mencakup seluruh tatanan kehidupan manusia, sehingga terkait satu sama lainnya. Hanya saja, ini disalah artikan oleh orang-orang yang mengatasnamakan agama. Pernikahan ini seharusnya dilihat dari berbagai aspek, yang tentunya dijelaskan dalam Al Quran. Islam sangat menjunjung tinggi HAM. Islam juga memuliakan derajat wanita. Islam sangat menghargai wanita.

Wanita dijajah pria sejak dulu.

Dijadikan perhiasan sangkar madu.

- Sabda Alam, Rafika Duri-

Saya juga tidak mau jika suatu hari saya mengalami nasib seperti Ulfah. Ini masalah perasaan, dan pernikahan itu untuk selama-lamanya. Menikah mendadak dengan orang yang sangat jauh beda selisih umurnya. Oh, tidak! Meskipun di daerah Ayah saya-Medan, banyak pernikahan antar sepupu. Keluarga mereka merasa bangga jika adanya pernikahan sepupu itu. Saya tidak akan menikah dengan Pariban saya. Saya tidak mau dijodoh-jodohkan, atau dipaksa menikah . Tidak akan ada keputusan menikah di mata saya jika hanya bergantung di satu pihak. Saya hanya akan menikah dengan orang yang sangat saya cintai, orang yang sangat mencintai saya apa adanya, berani memegang komitmen, melewati tawa dan sedih bersama-sama, dan berbagai kenangan terindah dengannya, terutama di saat ia akan meminang saya kelak. Ini bukan zaman Siti Nurbaya!

Katakan pada Mama.

Cinta bukan hanya harta dan tahta.

Pastikan pada semua.

Hanya cinta yang sejukkan dunia.

- Cukup Siti Nurbaya, Dewa 19 –

”Ibu, Ayah, harta bisa dicari. Tapi, cinta dan perasaan tidak ada jualannya di pasar.”

Solusi buat adikku Ulfah:

Apa yang terjadi-terjadilah. Que sera-sera, whatever will be-will be. Que sera-sera. Namun, terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali. Saya punya solusi untuk mengembalikan hak-hak Ulfah sebagai anak Indonesia. KomNas HAM, KomNas Anak, YKAI, UNICEF, Kak Seto, dengerin ya!

Untuk sementara waktu, Ulfah diasingkan dahulu selama beberapa hari oleh Komnas Anak. Pengasingan ini bertujuan untuk menginterogasi Ulfah, apakah dia memang benar-benar ingin menikah atau karena terpaksa. Tentunya hal ini dilakukan dengan pancingan seorang psikolog handal yang bisa menguak rahasia Ulfah. Lalu, tanyakan keinginannya. Apabila Ulfah menikah karena terpaksa, maka Syekh Puji wajib mengembalikan Ulfah kepada orang tuanya. Tapi, jika dirasa orang tua tidak aman bagi Ulfah, maka lembaga anak-anak berkewajiban melindunginya dan menampungnya untuk menjalani hidup normal, bersekolah, guna menghindari intimidasi dari pihak keluarga.

Tapi, jika suatu hari Ulfah dinyatakan positif hamil, maka Ulfah berhak dan berkewajiban merawat dan melahirkan anaknya sampai tiba ia sudah sehat, baru ia boleh melanjutkan sekolahnya.

Jika pada kenyataanya Ulfah memang benar-benar cepat menikah sama orang yang katanya kaya raya itu, ya........apa boleh buat. Kita terima saja apa adanya.

Nah, teman-teman sekalian. Tulisan ini semata-mata saya buat agar tidak akan ada Ulfah-Ulfah lainnya atau Pujiono-Pujiono lainnya. Dan juga agar Pak Puji mengurungkan niatnya untuk menikahi bocah lainnya. Buka mata Anda lebar-lebar. Tataplah dunia ini. Anak butuh perlindungan, bukan kecaman!


Amelia Monika

Saya tidak tahu persis detail perkaranya. Secara pribadi, saya merinding disko mendengar berita ini. Dua makhluk yang menikah itu super aneh. Wah, bisa-bisa dibilang sok top, mau nikahin bocah di bawah umur, ada dua calon lagi yang berumur 7 tahun dan 9 tahun yang katanya mau dinikahin juga. Nah, pengantin wanitanya masih kecil. Kayak Kakek dan cucu. Kalau ke kondangan, terus ada yang nanya, “Kakek!!! Kakek so sweet…ngajakin cucunya ke kondangan. Sayang cucu banget, ya! Sayang cucu….. Sayang cucu….”

Ya, kan? Terus, kalau si suami ini cerita sama istrinya, dia ceritain zaman perang, orde lama, Irian Barat, nah yang istrinya mau nyeritain Sponge Bob. Kan gak nyambung!!!

Terus, buat Ulfah, perempuan teraneh 2008. Kenapa juga mau kawin sama kakek-kakek jenggotan, udah tua pula. Memang sih kaya, tapi kan Ulfah mesti meladenin + ngurusin itu kakek seumur hidup di saat para remaja lain menikmati masa mudanya. It’s a big deal, right?! Bayangkan kalau ada temannya yang sebaya lagi asyik ngeliat cowok cakep di pantai. Nah!!! Apa yang dia lakukan, saudara-saudara? Ngeberesin rumah dan meladeni kakek Puji. Duh, ngebayanginnya aja males banget. Pokoknya salah kalau Ulfah mengorbankan masa remajanya cuma untuk pernikahan dini.

Tambahan buat Emak dan Bapaknya Ulfah: Masa di saat orang tua di seluruh dunia menginginkan anaknya jadi sarjana, dokter, insinyur, dan lain-lain. Ini orang tuanya malah rela anaknya cepat-cepat kawin sama Kakek Puji. Udah capek-capek ngebesarin anak tujuannya cuma buat dikawinin.

Pokoknya, saya sangat-sangat menentang pernikahan “sarap” ini. Untuk penjelasan lebih detail secara Biologi, Hukum, dan agamanya sudah dibikin sangat rinci sekali banget oleh saudari Dea Rizqi Rohmah “Nevada”.


Dea Rizqi Rohmah

Saya tidak setuju dengan pernikahan kiyai aneh itu dengan anak berumur 11 tahun 8 bulan itu. Karena ditinjau dari segi manapun, pernikahan tersebut menyalahi kaidah-kaidah yang berlaku.

Ditinjau dari segi Biologi:

Perkembangan organ seksual anak umur ±12 tahun belumlah matang. Walaupun dia sudah mengalami menstruasi atau artinya ovum sudah mulai diproduksi dari tubuh dan siap dibuahi, tetapi organ rahimnya belum terbentuk sempurna. Organ seksual seperti rahim seorang wanita baru terbentuk sempurna ketika berumur ±17 tahun. Terbentuknya kesempurnaan rahim ini membantu jika sang wanita mengalami masa kehamilan dan juga membantu pada saat melahirkan. Jika organ tersebut belum terbentuk sempurna, ditakutkan ada kelainan pada calon bayi. Selain itu, tidak hanya organ seksual yang belum matang, pada umur ±12 tahun dikategorikan masih anak-anak sehingga jiwanya masih berkembang dan belum dewasa. Ditakutkan, jika anak ±12 tahun ini stress karena menikah kemudian mempengaruhi produksi ovumnya sehingga menghasilkan:

22A + XX

22A + O

Yang kemudian kita sebut dengan sindrom turner (kemungkinan calon bayi: wanita perkasa, atau laki-laki kemayu). Akibatnya, calon bayi tersebut terlahir abnormal. Anak berumur 12 tahun belum lah dapat berpikir dewasa mengenai merawat anaknya, apalagi jika anaknya tersebut terlahir abnormal.

Jadi, kesimpulan dari segi Biologi:

  1. Organ seksual belum matang,
  2. Mental belum siap,
  3. Kemungkinan lahir anak cacat.

Dari segi hukum:

Menurut UU yang berlaku, minimal umur seseorang menikah, wanita min. 19 tahun, laki-laki min. 21 tahun. Karena umumnya umur segitu sudah siap menikah secara biologis maupun psikologis.

Dari segi Hak Anak:

Anak umur 12 tahun, berhak untuk mengenyam bangku sekolah. Karena diharapkan dapat menjadi penerus bangsa. Dan untuk wanita, ilmu yang didapat di sekolah itu sangat berguna untuk diajarkan kepada anaknya kelak. “Ibuku, perpustakaan pertamaku”

Tapi, di Indonesia sudah banyak kasus seperti ini, terutama di desa-desa. Mereka lebih memilih menikah daripada sekolah, karena tidak memiliki biaya. Sehingga orang-orang di pedesaan pada umur praremaja sudah mempunyai anak, dan anaknya pun tidak sedikit, karena pada usia pra remaja dapat dikatakan “usia subur”, sehingga jika kita ambil contoh:

6 wanita yang berumur 12 tahun ke atas menikah, kemudian punya anak yang tiap tahun bertambah. Jika di antara tahun 2000-2008 dihasilkan 8 orang anak, maka total keseluruhan anak yang lahir adalah 48 orang. Hal inilah yang menjadi permasalahan utama kepadatan penduduk di Indonesia. Angka kelahiran sangat tinggi karena menikah di usia muda akibat faktor ekonomi.

Kurangnya perhatian pemerintah terhadap anak yang berdampak pada besarnya angka eksploitasi terhadap anak di Indonesia. Contohnya anak umur <15 style=""> TKI, PSK, kuli, dll.

Solusinya:

  1. Kuatkan UU tentang anak:
    1. mengenai hak-hak anak yang lebih jelas
    2. batasan-batasannya, dll
  2. Tanggulangi masalah angka mortalitas yang tinggi teruatama di desa-desa dengan cara memberi lapangan pekerjaan dan pendidikan yang layak.

Jadi, walaupun saya tidak setuju dengan pernikahan itu tetapi bisa dikatakan tidak salah juga Pak Puji menikahinya. Kasus ini hanya satu dari beribu-ribu kasus yang terjadi di Indonesia. Hanya saja Pak Puji terlalu mengekspos pernikahannya sehingga banyak orang yang pro dan kontra. Jika Pak Puji harus diadili secara hukum, sungguh tidak adil dengan orang yang sudah melakukannya terlebih dahulu. Pasti Pak Puji berdalih bahwa wanita yang dinikahinya juga suka dengan dia. Kedua, bukan hanya dia saja yang menikah dengan anak di bawah umur, selain itu pernikahan ini juga sah secara agama.

Jika ingin mengadili Pak Puji, adili juga orang-orang lain yang sudah menikah dengan anak umur <15>


Fadeli Muhammad Habibie

Menurut pendapat saya,

Sebenarnya kejadian tersebut tidak terlalu meyalahi aturan, karena dari segi hukum Islam, wanita yang sudah baligh sudah boleh menikah. Meskipun umur Ulfah belum genap 12 tahun, jika ia telah mengalami menstruasi maka pernikahan itu boleh dilakukan. Selain itu juga sudah mendapat persetujuan dari wali atau orang tua.

Namun, apabila dikaji lagi, sebenarnya pada umur tersebut sedang mengalami masa-masa kedewasaan. Baik pria maupun wanita sedang mengalami proses yang labil. Di mana fisik dan metal berkembang dengan pesat sehingga masa-masa ini disebut masa perubahan dari anak-anak menjadi dewasa.

Segi psikologis:

Dilihat dari segi ini, umur di bawah 19 tahun sebenarnya merupakan masa perubahan wanita dan pria. Di mana mereka sedang mencari jati diri mereka masing-masing. Kondisi seperti ini yang sangat rentan terhadap penyimpangan-penyimpangan seksual. Hal ini dikarenakan mereka belum siap untuk melaksanakan sunnah Rasul, yaitu menikah. Apabila pria dan wanita di bawah umur melakukan hubungan seks, maka sangat mempengaruhi kejiwaan mereka karena mereka belum siap menghadapi kemungkinan terburuk usai melakukan hubungan seks. Misalnya, perasaan takut yang berlebihan, timbulnya penyakit kelamin, terutama HIV/AIDS, dan animo masyarakat terhadap mereka.

Mengenai yang terjadi di Pesantren Miftakhul Jannah, saya merasa bahwa Ulfah (pengantin wanita) belum siap untuk menjadi seorang istri karena masih di bawah umur. Bisa dikatakan, dia belum terlalu mengerti tentang perkawinan. Bagi masyarakat, pernikahan antara Syekh Pujiono dan Lutviana Ulfah lebih mirip dengan seorang kakek yang menikahi cucunya sendiri karena selisihnya yang sangat jauh, 32 tahun. Masya Allah, ternyata masih ada di dunia ini orang yang terlalu seperti itu. Bukan saya menampik, tetapi tidak sepatutnya seorang anak yang baru duduk di kelas I SMP menikah. Karena mereka masih mencari jati diri mereka. Hal ini juga sering terjadi di pedesaan, di mana mereka lebih baik menikah di bawah umur daripada sekolah. Mungkin karena di sana sudah terbiasa hal seperti itu sehingga di sana banyak gadis di bawah umur sudah memiliki anak.

Segi Hukum

Dilihat dari segi ini, hal tersebut melanggar UU tentang Perlindungan Anak. Hal ini mengacu pada kondisi psikologi anak yang masih labil dan belum tahu seluk beluk pernikahan. Hal ini juga melanggar Hak Asasi Manusia tentang kebebasan karena apabila seorang anak perempuan sudah menikah, maka tanggung jawab bukanlah lagi pada orang tua, melainkan pada suami. Dan ini berarti ruang geraknya dibatasi/sesuai dengan izin suami.

Sebenarnya, orang tua Lutviana Ulfah bisa dituntut karena mereka telah melalaikan kewajiban sebagai orang tua dengan mengizinkan anaknya yang masih di bawah umur untuk menikah. Saya yakin sebenarnya Ulfah tidak mau menikah. Hal ini terbukti ketika dia menangis di depan teman-temannya. Di lain pihak, Syekh Puji juga bisa dituntut karena telah melakukan hal yang tidak pantas pada anak di bawah umur. Walaupun dia melihat dari segi agama diperbolehkan, tetapi dari aspek yang lain, hal itu sangat merugikan Ulfah. Dia akan kehilangan kebahagiaannya sebagai remaja, kehilangan teman-teman sepermainan, dsb.

Sejujurnya, saya tidak setuju dengan pernikahan tersebut walaupun dari segi agama diperbolehkan, tetapi tetap sangat merugikan Ulfah, karena dia tidak siap untuk menjadi seorang istri kakek tua.


Nah, sekian argumen dari teman-teman kita yang ada di Bengkulu, Bumi Rafflesia. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan, saya mohon maaf. Semoga dengan adanya blog Penulis Muda ini, anak-anak Indonesia lebih dilindungi haknya untuk mengutarakan pendapat sebebas-bebasnya.

Sampai jumpa di lain kesempatan!!!