Halaman

20 Mei 2010

Membaca? Memangnya Penting?

Pernahkah terpikirkan oleh teman-teman bahwa hanya dengan membaca, seseorang dapat menjajah dunia? Jika belum, akan saya beritahu, bahwa hal ini memang benar terjadi. Tidak jauh-jauh, hal ini bahkan terjadi kepada negara kita. Teman-teman pikir kekuatan apa yang mampu membuat Belanda mempertahankan pemerintahan kolonialnya di Nusantara selama 3.5 abad? Ternyata bukan hanya kekuatan militer dan politik saja. Di balik semua itu, kekuatan di bidang kepustakaan juga menyokongnya. Kaget ‘kan? Namun, memang demikian adanya. Entah berapa banyak pustaka-pustaka tua kita diangkut ke negeri Belanda untuk dibaca, diteliti dan pada akhirnya disimpan di sana hingga kini. Lewat membaca pustaka inilah Belanda mempelajari asal-usul, sejarah dan karakteristik Nusantara sehingga mereka dapat menggunakan strategi yang tepat untuk menjajah. Wow!

Pentingnya Membaca

Dengan ilustrasi di atas, percaya kan kalau slogan : “Buku adalah Jendela Dunia” dan “Membaca Menambah Wawasan” memang masih relevan dan bukan cuma isapan jempol? Dengan membaca (apa saja, tidak harus buku) kita akan membuka ruang terhadap segala jenis informasi di luar diri kita. Tulisan-tulisan baik fiksi maupun nonfiksi dapat memberikan kita begitu banyak pengetahuan dan pelajaran. Pengetahuan atau pelajaran di sini terlalu sempit untuk sekadar diartikan sebagai pelajaran-pelajaran di sekolah yang lebih ke arah eksakta. Siapa bilang informasi kurs dolar, resep makanan dan harga sembako tidak penting untuk anak SMP? Siapa bilang informasi tentang perkembangan suatu kasus pidana, skandal, proyek pembangunan, dan opini-opini pembaca tidak penting untuk anak SMA? Siapa bilang pelajaran kehidupan dari novel-novel teenlit, komik-komik, film-film dan lagu-lagu tidak penting untuk disimak? Mungkin saat ini memang belum diperlukan. Namun, perlu teman-teman ingat, bahwa informasi itu mahal harganya. Suatu saat, informasi yang teman-teman baca di koran bekas pembungkus makanan, atau buku terbitan tahun 1970 di perpustakaan dapat menjadi sangat berguna dan berharga, lho!


Lalu, apa yang harus dibaca?


Pada dasarnya, orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi. Di era globalisasi seperti ini, bahan bacaan memang tidak hanya terbatas pada buku-buku perpustakaan atau koran saja. Internet yang sekarang sedang populer juga dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan. Namun demikian, perlu diingat tidak semua informasi dapat kita akses di internet secara detail. Karena, tidak semua penulis mau sharing data mereka di internet kepada masyarakat luas. Contohnya saja, adakah situs yang menyediakan isi lengkap dari Kitab Sutasoma beserta artinya? Adakah situs yang dapat menjelaskan tentang Pantai Kuta secara lengkap dan mendetail? Adakah situs yang dapat menjelaskan tips manjur mengobati patah hati setelah putus cinta? Dalam hal inilah, buku-buku ‘kolot’ di perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, brosur-brosur pariwisata dari perusahaan travel, novel-novel remaja, artikel di koran, majalah, dan bahan bacaan lain yang berbentuk hard copy masih memegang peranan. Sekali lagi, di era globalisasi dan kebebasan pers ini, informasi dapat diakses dengan mudah dimana saja, kapan saja dan dari mana saja. Oleh karena itu, galilah informasi sebanyak-banyaknya dari media apapun yang ada di sekitar teman-teman. Jangan hanya puas dengan informasi-informasi yang disajikan di text books sekolah! Informasi yang kita dapatkan lewat buku-buku sekolah hanya sebagian kecil dari jumlah informasi yang dapat kita akses di luar sana.

Nah, bagaimana teman-teman? Sudah tergugahkah untuk mulai membaca? Semoga dengan adanya peringatan Hari Buku Nasional setiap 21 Mei, teman-teman lebih tergugah untuk membaca, menggali informasi dan menemukan kedahsyatan dari membaca buku. Mungkin bukan untuk menjajah negara lain, tapi menjajah kebodohan dan menunjang pendidikan teman-teman.

Gayatri Kancana (KREATif_NTB)

1 komentar:

Mas Adit mengatakan...

benar, informasi tdk harus membaca membaca buku sklh, tp hrus membaca sgala media yg ada.