Halaman

11 Januari 2010

Ku Menyadari, Memang Kebanyakan. Tetapi tidak semuanya!!!

Oleh : Elinah, XII AP-SMKN 1 Cikedung-Indramayu

Hidup kami, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Hidup di sebuah pedesaan yang terletak di bagian selatan kota ku tercinta Indramayu. Desa kecil ini lumayan cukup luas menurutku di bandingkan luas desa-desa tetangga. Jika di lihat di waktu pagi di saat biasa kami joging-jogging ria bersama teman-teman, desaku ini sungguh indah karena terlihat di sisi kanan kirinya gunung yang mengapit. Aku bersama yang lain suka sekali termenung menyaksikan keelokan alam yang sungguh menakjubkan. Namun sayang, di desaku ini kadang sering terjadi kekeringan apabila musim panas berkepanjangan. Tapi, mau bagaimana lagi itu sudah menjadi hukum alam.

Tapi, seperti yang kebanyakan orang tahu tentang Indramayu. Seperti mereka yang memandang Indramayu sebelah mata. Indramayu sebagai penyedia PSK-lah, terkenal dengan cewe-cewe Panturanya-lah yang bekerja di warung remang-remang. pokoknya semua itu telah membuatku merasa minder tinggal dan hidup di daerahku sendiri. Aku merasa malu kadang, apabila aku menjumpai anak yang berdomisili di luar Indramayu dan melepas tanya asalku dari mana. Indramayu???? Oh,, Indramayuku, Kota Manggaku.

Aku tak mengerti dengan presepsi mereka yang men-judge kotaku dengan semua anggapan-anggapan negatif seperti itu. Tapi, aku juga menyadari memang presepsi mereka itu selebihnya benar, karena aku melihat kehidupan komunitas di daerahku dan lebih-lebih di desa ku sendiri. Tapi kalian harus tahu, “ITU” memang kebanyakan tapi, tidak SEMUANYA.....buktinya AKU!!!!!

Aku adalah gadis remaja berusia 17 tahun, hidup dengan orangtua dan lima saudaraku meski sekarang salah satu kakakku yang perempuan telah menikah dua tahun yang lalu di usianya yang baru menginjak 18 tahun. Saudaraku cukup banyak menurutku, ma’lum hidup di pedesaan jauh akan memperoleh informasi tentang program pemerintah mengenai program Keluarga Berencana (KB) dan sekalipun informasi itu masuk mereka (warga kampung) tidak terlalu paham akan penyampaian informasi tersebut, wajar kebanyakan SDM di desa kan rendah. Lagian menurut mereka, anak itu sudah ada rezekinya masing-masing kok. Aku adalah seorang siswi SMK yang sekarang sedang memfokuskan belajar untuk menyiapkan Uji Kompetensi dan Ujian Nasional. Wajar saja, sudah kelas XII mengambil Jurusan Perhotelan. Aku merasa beruntung sekali akan kesempatan yang telah Tuhan berikan kepadaku, karena aku mampu mengenyam pendidikan hingga tingkat SLTA dan berpresespsi bahwa pendidikan itu penting adanya sehingga aku ingin sekali bisa melanjutkan pendidikanku ke jenjang selanjutnya, beda halnya mengingat diriku enam tahun yang lalu di saat aku baru lulus pendidikan sekolah dasar yang aku pikir sekolah itu tidak penting sama sekali. Sampai pada akhirnya aku sempat merasakan putus sekolah selama satu tahun sebelum akhirnya aku masuk ke SMP Terbuka di desaku di bawah naungan Sanggar Teratai yenag kini telah membuat diriku berubah 180º ke arah yang lebih baik dan ini sangat menarik dan pasti akan ku ceritakan di session yang sesuai.

Di desa yang merupakan batas antara kawasan Indramayu dan Majalengka ini, aku sering mendengar bahkan melihat sendiri, tetangga-tetanggaku, teman-temanku, banyak yang bekerja sebagai “PSK” dan usianya masih di bilang anak. Tapi, menurutku sebenarnya ini sama sekali bukan keinginan mereka bekerja dan di sebut PSK. Aku yakin, mereka hanyalah korban dari apa yang namanya “Child Trafficking” atau korban perdagangan anak untuk tujuan eksploitasi pekerja anak dan seksual anak. Mengerikan memang kedengarannya, anak kok di perdagangkan!!! Memangnya barang dagangan, yang bisa di jajakan di toko-toko dan pasar-pasar. Aku, dan mereka adalah anak yang memiliki hak-hak yang mutlak seharusnya kami peroleh seperti yang pernah aku baca dalam Undang-undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak di dalam BAB 3 pasal 4, ”bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Wahai teman-temanku, apa pernah kalian berpikir dan tahu tentang hak-hak kalian? sebagai anak, apakah kalian sudah memperoleh itu? Tidak, kalian masih belum mendapatkan itu. Tapi, kenapa kalian hanya diam saja hak-hak kalian di injak-injak oleh orang-orang yang hanya ingin memperoleh keuntungan dan tidak pernah mau memikirkan hak-hak kita? Aku tahu, kita bisa berbuat apa! Kita hanyalah anak, yang masih butuh didikan, bimbingan serta nasehat-nasehat dari para orangtua. Lantas bagaimana, apabila orangtua kita sendiri yang memiliki tujuan eksploitasi atas diri kita? Dari pihak mana kita harus berlindung? Dimana kita memperoleh tempat yang kita pikir aman dan nyaman selain rumah yang di huni oleh orangtua kita juga. Wahai Pemerintah, kami adalah anak-anak bangsamu. Kami adalah generasi penerus yang harus di lindungi dari tindakan-tindakan kekerasan ataupun diskriminasi serta perampasan kesempatan untuk kami berkembang.

Child Traficking, sudah sering kudengar dan menumbuh di jiwaku sehingga memberiku motivasi yang berarti untuk setidaknya mensosialisasikan hak-hak yang di miliki oleh anak. Hidup di desa, jauh dari perolehan informasi, keadaan pemahaman nenek moyang yang masih sangat melekat, serta kehidupan yang tidak menganggap arti pendidikan itu penting. Yang sering terlintas di pikiran orangtua-orangtua di desa yang lemah akan tingkat pengetahuan dan pendidikannya, hanya berpikir dan berkeinginan untuk memiliki uang yang banyak dan kaya dengan menempuh berbagai cara. Dan tidak jarang mereka melakukan yang sebenarnya tanpa mereka sadari itulah Eksploitasi. Melalui proses menyuruh, mempengaruhi, sampai dengan menipu. Usia anak yang masih labil dalam berpikir akan sangat dengan mudah untuk mengikuti proses-proses itu dan tujuan Eksploitasi pun tercapai. Dengan cara dan kemauan langsung dan tidak langsung dari para orangtua atau pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab akhirnya anak-anakpun di perdagangkan. Sahabat, aku bukannya mempengaruhi kalian atau berlaku layaknya seorang provokator berbicara, untuk menyuruh kalian membenci orangtua kalian. Aku hanya ingin kalian bisa belajar bersikap kritis, peka terhadap apa yang tengah terjadi di lingkungan sekitar kita. Aku mungkin hanyalah satu dari beberapa anak di komunitas kita, yang sedang belajar untuk menyikapi masalah yang menurutku sangat memberikan effect yang negatif untuk kehidupan kita. Kalian juga harus tahu, menurutku meski hanya sebagian kecil orangtua di desaku terlebih orangtuaku sekarang telah memandang bahwa aku (Anak) memiliki hak untuk bersekolah dan memberiku kesempatan-kesempatan untuk berkembang. Aku dapat mengeksplorasi semua apa yang ada dalam diriku serta potensi yang aku miliki untuk memperoleh pendidikan, ilmu pengetahuan, bergaul serta memperoleh pengalaman. Dan pengalaman yang tidak mungkin pernah aku lupakan dalam hidupku ialah, hinggapnya aku ke sebuah Negara penghasil Ginseng dan stay di sana selama sepuluh hari dan di usiaku yang masih enambelas tahun. Itu semua, tidak lepas atas dukungan dan kesempatan-kesempatan yang telah orangtuaku berikan untuk diriku menjadi anak yang lebih baik serta eksistensinya aku mengikuti kegiatan-kegiatan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di desa tempat lahirku ini.

Sekedar sedikit mencoba menyatakan, menurutku jumlah PSK di Desaku yang pelakunya ialah Anak lumayan berkurang. Dan bertanyakah kalian sebuah karunia apa yang telah menurunkan angka itu? Tiada akibat tanpa sebab. Ya, memang benar. Sebuah LSM yang menamai dirinya SANGGAR TERATAI (Tempat Kreativitas Anak Indramayu) sebuah lembaga yang berpusat di Jakarta di daerah bagian Jak-Bar telah bertengger dan memberikan banyak program serta penyuluhan tentang Eksploitasi dan lebih menuju ke arah yang di sebut Child Traficking. Program yang berslogan STOP CHILD TRAFICKING!!!! Ini, merupakan hasil kerja sama antara Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dengan ILO_IPEC.

Berbagai macam kegiatan telah di programkan dan di laksanakan demi proses pembinaan dan bimbingan sosialisasi mengenai Eksploitasi di Sanggar Teratai. Aku turut aktif dan mengenyam massa SLTP ku di sebuah Smp Terbuka berikut teman-teman sesama Smp di bawah naungan Ykai Cabang Indramayu. Banyak sekali kegiatannya di situ, mulai dari siaran sebuah Radio Komunitas, Pelatihan bermain Drama dan sempat kami mementaskannya di Taman Ismail Marjuki (TIM) ketika memperingati Hari Anak Nasional (HAN) di tahaun 2005 dan beberapa acara lain, Belajar komputer, Mebuat kerajinan tangan, Smp Terbuka dan banyak lagi yang lainnya. Dan yang sangat penting bagiku, berbagai bentuk sosialisasi dan pendidikan mengenai Eksploitasi serta memperkenalkannya kepada kami tentang hak-hak kami (Anak). Akhirnya, aku begitu menyadari bahwa betapa pentingnya arti Sekolah agar kita tidak mudah untuk di bohongi apalagi di tipu oleh orang lain.

Saudaraku, ternyata begitu banyak peluang-peluang yang aku peroleh apabila kita mau untuk berupaya menggali segala potensi yang kita miliki dan minat untuk berkembang. Ayo, jangan mau tetap di situ. Jangan berpikir semuanya telah cukup. Meski kita anak Desa, meski semua serba terbatas. Tapi, jangan jadikan keterbatasan itu sebagai penghalang untuk kita berkembang. Melainkan, sebagai bentuk motivasi untuk kita tetap melangkah agar semua keterbatasan itu tidak lagi terbatas namun dapat kita jangkau dan raih dengan jari-jemari kita sendiri dan generasi penerus. Sebab, apa yang kita lakukan di hari ini dapat menentukan kehidupan kita di massa yang akan mendatang. Ingatlah wahai teman-temanku, masa deapan kalian ada di tangan kalian sendiri bukan di tangan orang tuamu, orang lain atau siapapun. Jangan takut untuk menuntut hak apabila kalian sudah memenuhi kewajiban kalian. Teman-teman, kita tetap berjuang untuk terus maju dan berkembang yaks....

Tidak ada komentar: