Halaman

16 Mei 2009

Pengenalanku Pada Dunia Puisi

Oleh : Aida Yuni (KREATif, Jakarta)

Guruku yang ingin kuceritakan di sini biasa dipanggil Bu Yuli. Beliau adalah salah satu guru di SMPN 4 Bekasi yang mengajarkan kesenian. Walaupun perannya sebagai guru, beliau mampu membaur dengan anak didiknya. Terutama anak-anak yang terdaftar sebagai pengurus OSIS, salah satunya adalah aku. Beliau mengenalku karena aku sering ditunjuk sebagai ketua koordinator dalam berbagai acara yang diselenggarakan OSIS dan sekolah.

Di saat aku duduk di kelas 3 ada perlombaan puisi dan perlombaan lainnya yang diselenggarakan oleh pemerintah kota Bekasi dalam rangka Peringatan Hari Jadi Kota Bekasi. Awalnya aku tidak tahu-menahu tentang lomba itu. Sampai akhirnya aku secara tak sengaja bertemu dengan Bu Yuli di depan kantor Tata Usaha. Bu Yuli yang melihatku langsung memanggilku.

“Aida, ke sini sebentar, Ibu mau ngomong,”
“Ya, ada apa Bu?”
“Ini, ada lomba-lomba yang diadain buat Peringatan Hari Jadi Kota Bekasi hari Minggu besok. Salah satunya lomba puisi. Kamu ikut ya?”
“Lho Bu? Kok saya? Yang lain aja ya Bu, saya nggak berani,”
“Ya udah, kamu ajak juga yang lain, tapi kamu tetep ikut ya,”
“Yah Bu.. Ya udah, saya ikut Bu. Tapi boleh ajak yang lain kan?”
“Boleh. Ini syarat-syarat perlombaannya. Semoga sukses ya Nak,”
“Iya Bu, terima kasih.”

Karena aku tidak berani mengikuti lomba itu sendiri, aku bergegas ke kelas dan mengajak yang lain turut serta. Aku mengajak teman-temanku yang kutahu handal dalam menulis puisi.

Akhirnya, tibalah hari perlombaan itu. Bu Yuli dan guru-guru yang lain tak henti-hentinya menyemangati kami. Puisi yang kami tulis di selembar kertas yang diedarkan panitia telah terkumpul di depan dan sedang dinilai oleh para juri. Setelah beberapa waktu para juri menilai, tersaringlah 20 puisi yang layak untuk maju ke final. Dan benar-benar tidak kusangka puisiku termasuk dalam 20 besar itu. Betapa bahagia dan bangganya aku. Saat aku maju bersama 19 finalis lainnya mataku tak henti mencari sosok Bu Yuli. Ingin kuucapkan banyak terima kasih pada beliau yang memercayaiku dan terus menyemangatiku dalam lomba ini. Namun sayang, Bu Yuli sudah tidak ada. Mungkin beliau sedang menengok kabar teman-temanku yang juga membawa nama sekolah dalam lomba lainnya.

Sayangnya di babak final aku gagal meraih juara. Namun aku tidak kecewa. Karena melalui lomba ini kepercayaan diriku akan kemampuanku menulis puisi langsung timbul. Aku benar-benar berterima kasih pada Bu Yuli. Entah apa jadinya kalau Bu Yuli mengiyakan penolakanku saat itu. Mungkin aku tidak akan menjadi seperti sekarang.
Satu hal penting yang terus mengingatkanku akan jasa guruku tersebut adalah andai aku tidak ikut lomba itu dan mendapat kepercayaan diriku, mungkin sekarang aku bukanlah anggota dari KREATif. Karena aku pun menjadi anggota komunitas penulis muda ini berkat menulis puisi.
Terima kasih Bu Yuli, terima kasih.

Tidak ada komentar: