Halaman

02 Mei 2009

Catatan dari Bulan April: Kisruh terus!

KREATif NTB: Gayatri



Di bulan April 2009 yang baru saja kita lalui ini, banyak sekali terlaksana event nasional yang berkaitan juga dengan kehidupan anak. Berikut catatan saya berdasarkan apa yang memasuki panca indra saya…



Event 1: Pemilu Legislatif, Kamis, 9 April 2009


Event nasional yang super duper penting ini telah dihelat. Langsung untuk kedua kalinya dan di-declair sebagai “Pesta Demokrasi Rakyat” dan beberapa teman-teman KREATif ada juga yang telah berhak memilih, meskipun saya tidak. Tapi ternyata, menurut berita di sejumlah media terdapat sekitar 40% pemilih dinyatakan GOLPUT alias tidak menyumbangkan suara pada pemilu kali ini. Ada yang memang tidak bersedia, namun ada yang tragis bahwa mereka tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap meskipun sudah punya KTP! Salah seorang teman saya yang berusia 14 tahun bahkan mendapat undangan memilih meski orang tuanya tidak. Bahkan, Gubernur Jawa Tengah pun hampir tidak jadi ikut pemilu lantaran tak tercantum di DPT. Ajaib!

Belum lagi soal logistik! Banyaknya surat suara yang tertukar di sejumlah daerah pemilihan, penyembunyian surat suara, kurangnya bolpoin atau spidol pencontrengan dan masih banyak lagi. Di beberapa TPS, sampai diadakan pemilu ulang.

Lain lagi kecurangan, di sebuah TPS, seorang Ibu mengaku ketika masuk TPS sudah diburu juru kampanye caleg yang “mengingatkan” untuk memilih caleg yang dikampanyeinya.. Gila, masa kampanye sudah selesai waktu itu, bukan?!?

Lagi. Banyaknya orang yang frustasi akibat hasil pemilu. Malang nian nasib bangsa ini kalau sampai orang seperti itu benar-benar jadi anggota dewan yang terhormat! Yang gila bahkan sampai rela mengambili semua sumbangannya saat kampanye door to door! Dengan kilah “saya nggak balik modal gara-gara kalah jadi caleg!” Balik modal? Memang jadi caleg itu buat nyari untung duit ya? Segala cara dilakukan deh buat jadi anggota legislatif!

Belum lagi partai-partai di pusat sana, lobi sana sini, atur strategi sana sini nggak inget sama penentu nasib mereka, rakyat!



2. Event 2: Ujian Nasional

Ini dia event yang selalu jadi topic of the year dari tahun 1960an saat pertama dicoba. Tapi sekarang masalah tambah, biasa! Mulai dari bocornya soal ujian, jawaban yang beredar via sms ke hape siswa (benar tidaknya belum tentu), jurus jitu nyontek dari para siswa sampai bandelnya pengawas. Dari yang garang sampai tidur di ruangan. Bahkan di sebuah SMP di kota blablabla sekitar 10 orang siswa-siswi kelas 8 diminta ‘membantu’ proses pengawasan Ujian kakak kelasnya dengan bayaran sekotak kue!

Ada juga peserta yang tidak ikut UN lantaran hal-hal yang cukup mengagetkan. Ada yang sudah menikah dengan teman satu sekolahnya dan malu ikut UN, sampai membantu orang tua ngerampek (:panen, bahasa sasak). Wah wah wah! Tinggal tunggu satu kisruh lagi, hasilnya. Pasti banyak yang stress karena tidak lulus! Banyak siswa yang saya tanyai dan merasa stress berat sebelum ujian lantaran pola belajar di sekolah yang sangat memforsir mereka selama setahun ini. Belum lagi tuntutan para guru, harus nilai rata-rata 8 lah, malu guru itu kalau mereka nggak lulus dan lain lain. Dan ini biasanya terjadi di sekolah favorit! Lantaran mereka sangat menjaga image dan gengsinya tanpa mau mengakui bahwa guru dan sistem sekolah itu dalam mengajarlah penyebab utama kegagalan bila terjadi nanti. Untuk apa ada sekolah kalau orang-orang sudah sangat pintar sampai tak perlu diajari lagi?



Jadi, teman-teman semoga saja kisruh-kisruh itu tak lagi terjadi di bulan ini ya. Semoga orang dewasa dan anak dapat menjaga kondisi dunia ini dengan baik! Semoga!

Tidak ada komentar: