Halaman

29 April 2008

APA SALAHKU?

Aku tak tahu kenapa airmataku bisa jatuh tanpa komando kali ini
Harap?
Bolehkah ia tetap menggantung di tangkai-tangkai rinduku?
Bolehkah bunyi tapak langkah yang kudengar kali ini menjadi milikmu?
Bolehkah bayang yang memanjang di tanah menjadi nyata dalam wujudmu?
Tapi...aku masih kenal sekali
Suara yang selalu menemani hidupku
Suara yang begitu banyak menenangkan hati di saat aku panik
Aku tetap berdiri mematung
Mataku basah saat aku menatap ke luar
Ada dialog kecil yang terjadi diantara dua hati
Aku seperti dibuang ke sumur yang paling dalam
Sendiri
dengan suara yang menggema
Izinkan aku tak menjejakkan bumi kali ini
Saat seorang anak manusia menginjak dewasa,
adakah sebuah kesalahan untuk sebuah perubahan yang ia yakin itulah jalannya?
Langit bening
Sejuta aksara yang mengalun dalam dzikir langit mungkin dapat menjadi kamus penerjemah yang baik
Maka,
bertasbihlah langit malam itu
Sebagian remaja hidup dengan mimpi buruk yang menghantui mereka di setiap gerakan yang dipenuhi teror
Sebagian hidup dengan kekerasan dan kekejian yang tidak terungkapkan dengan kata-kata
Sebagian hidup tanpa cinta dan harapan
Sebagian bahkan hidup dengan martabat yang hanya layak dimilki hewan
Namun,
mereka bertahan!
Mereka menerimanya tanpa pernah mengetahui
bahwa ada cara lain yang memungkinkan seluruh kebenaran terungkap
dan mengabaikan segala nalar
AYU DRS

21 April 2008

Paradigma Sekolah

Teman teman..
apakah kalian menyadari bahwa telah terjadi semacam pergeseran paradigma terhadap fungsi dan tujuan sekolah?


Mungkin jarang sekali dari kita yang menyadari hal tersebut, dikarenakan kesibukan dan tugas sekolah yang seabrek. Maka dari itulah, di sela kesibukan saya , saya ingin share dengan teman- teman mengenai pengamatan saya terhadap masalah ini.

Sekolah pada awalnya didirikan dengan maksud untuk mendidik putra- putri bangsa agar menjadi insan yang memiliki kecerdasan intelegensia dan bermoral baik. Namun pada kenyataanya saat ini, tujuan mulia ini mengalami pergeseran. Adapun fungsi sekolah, sebagai lembaga pendidik, tempat untuk mencetak generasi penerus bangsa yang baik, kini telah berubah menjadi sebuah lembaga yang memiliki kecenderungan bisnis dan materialistis. Para guru pun lebih banyak memposisikan diri mereka sebagai staff pengajar, bukannya pendidik. Perlu diperhatikan! Mengajar dan mendidik berbeda. Di dalam pendidikan, terdapat nilai- nilai moral, sopan santun yang diajarkan. Tidak jarang pula di sekolah terjadi kasus kekerasan. Hal ini semakin diperparah dengan kenyataan bahwa yang melakukan kekerasan tersebut adalah guru. Guru, yang seharusnya menjadi orang tua, pembimbing dan pelindung siswa di sekolah, justru melakukan kekerasan terhadap para siswanya. Kekerasan yang dilakukan pun beragam, mulai dari kekerasan fisik, psikis (mental), sampai seksual.

Adapun penyebab masalah ini adalah masalah yang kompleks. Mulai dari pribadi tiap-tiap orang, latar belakang budaya, sosial, ekonomi, kurangnya keseriusan pemerintah dalam memandang masalah pendidikan di Indonesia, serta perhatian masyarakat yang minim terhadap dunia pendidikan di Indonesia. Semua masalah itu saling bersatu padu, bercampur, membuat suatu padatan masalah yang sulit untuk diuraikan.

Namun, sampai kapankah kita membiarkan masalah ini tidak diperhatikan secara serius? Bukankah pendidikan anak-anak dan para generasi muda adalah hal yang seharusnya diberi perhatian dengan porsi yang besar? Bukankah hal ini menyangkut masa depan bangsa? Maukah kita dididik dalam sebuah lembaga yang "menyimpang"? Tentu tidak! Maka dari itu, marilah bersama- sama, dengan kesabaran dan konsistensi kita perbaiki dunia pendidikan di Indonesia. Masalah ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun tanggung jawab kita semua. Kita pun sebagai generasi muda harus menjadi manusia-manusia yang kritis terhadap keadaan sekitar dan dengan cepat bertindak ketika suatu penyimpangan terjadi.

Dan jika konsistensi terus dipertahankan, bukan sekedar "meluruskan" kembali fungsi dan tujuan sekolah, namun juga bisa saja suatu hari kita akan melihat pendidikan Indonesia sebagai suatu cahaya penuh harapan nan menjanjikan dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk menyongsong dunia dalam era globalisasi.


Nicky Putri. S
;)

18 April 2008

Dan pohon pun tak pernah menuntut…

Tak ada yang istimewa saat pertama kali kulihat pohon itu.
Entah siapa yang meletakkannya di bawah pohon, tapi awalnya kupikir pohon melati jepang itu hanya memenuhi lahan pot yang menjadi tempat duduk kami. Namun, aku tetap penasaran. Akhirnya kudapati diriku memandangi pohon bertangkai tipis dan berdaun hijau muda seperti kertas krep itu. Entahlah apa ia dapat melihatku juga.
Banyak sekali orang yang melintas di depan Ruang OSIS, tempat pohon itu diletakkan. Mulai dari anak-anak yang latihan taekwondo, mengurus administrasi sekolah, memarkirkan mobil, dan bahkan hanya sekedar lewat. Pohon itu seakan lebih tahu siapa saja yang melintas di depannya, tapi ia tak pernah bereaksi.
Seringkali kedua temanku memadu kasih melewati pohon itu, kami teman-temannya, selalu cekikikan setiap kali melihat mereka, tapi pohon itu diam saja.
Tak sedikit orang yang membuang sampah di bawah pohon itu, tapi pohon itu tidak pernah memaki mereka.
Berbondong-bondong mobil parkir di depan pohon itu. Asap mobil pun seringkali berhembus, menyita oksigen yang ia perlukan. Lagi-lagi, pohon itu tak berkomentar.
Di saat matahari terik, di mana orang-orang berusaha melepaskan dahaga mereka dengan minuman dingin, pohon itu tetap terdiam di tempatnya, walaupun lama kelamaan daunnya yang hijau itu berubah menjadi lemas dan sisanya mulai membusuk.
Suatu sore, datanglah seseorang membawa sebuah ember dan gayung. Ia menyiramkan beberapa gayung air ke pohon itu sore itu, dan besoknya, dan besoknya lagi, dan hari-hari berikutnya.
Pohon itu memang tak pernah berkata terima kasih, namun daunnya kembali hijau, dahan-dahannya meninggi, dan tunas-tunas pun muncul. Nasibnya sangat bergantung kepada orang itu, yang mungkin justru tidak sadar dengan tindakannya.
Sederhana, tetapi realita. Bahwa sebuah pohon yang tidak pernah mengeluh, sangat membutuhkan seseorang yang menyayanginya. Bagaimana dengan miliyaran tanaman di bumi, yang pasrah akan nasibnya dan mereka pun tak pernah menuntut…


JANITA - SMAN 78 Jakarta

15 April 2008

KEADILAN DIPERTANYAKAN

Tuhan,
Bukan maksudku menggugatMu
Bukan maksudku meragukanMu

Tetapi, oh Tuhan,
Lihatlah kami orang malang
Tertindas petinggi berwenang

Tuhan,
Relakah Engkau lihat semua
Dunia serasa neraka
Kecurangan semakin merajalela

Oh Tuhan,
Dunia ini makin semrawut
Persoalan seperti benang kusut
Entah kenapa tak jadi diusut

Tuhanku,
Keadilan dipertanyakan sekarang
Semua tampak semu berbayang
Terbentang aral onak melintang

Oh Tuhan,
Kumohon adilMu
Kupinta adilMu
Kuharap adilMu


By: Aida Yuni K

13 April 2008

Tim Kreatif KomPAK

Akhirnya.......................
Komunitas Pena Anak Kreatif yang disingkat KomPAK, telah memiliki tim kreatif. Mau tau siapa saja mereka?

Koordinator tim : Raisa Aurora
Sekretaris : Nicky Putri Santoso
PJ Website & Blog: Aditya Gilank Pratama
PJ Humas : Febri Yadi & Janita
PJ Sosial : Ayu DRS& Stella Cynara Putri Anandara

Gudang Kreatif kita ada di Jl. Tebet Barat Dalam V no. 26

Oh iya, kalau ada yang penasaran dengan kegiatan kita, kirim comment kalian kesini.
Ok?

See ya!