Halaman

25 November 2009

Ada Apa Di Balik Iklan Kosmetik Masa Kini??

KREATif Jkt: Raisa Aurora

Melihat iklan komersial televisi yang seolah tiada habisnya, menawarkan produk pemutih wajah dan badan, pelurus rambut, penumpas jerawat, penjernih mata, pemancung hidung, dan masih banyak lagi yang bisa diperjualbelikan. Pernahkah kita berpikir sudah sejauh mana pengaruhnya dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menyadari betapa besar dampak yang ditimbulkan terutama oleh iklan-iklan produk kecantikan dalam kehidupan remaja?

Masa remaja, seperti yang dialami semua orang, adalah saat kapal kehidupan kita terombang-ambing. Bingung akan kemana arah angin membawa, banyak remaja diam saja tidak melebarkan layar untuk menentukan tujuannya berlabuh dan pasrah tertiup angin. Beberapa terjun ke jurang, beberapa mampu kembali ke pelabuhan. Banyak godaan yang dialami terutama dalam urusan percintaan. Cinta seolah-olah menjadi tujuan hidup dalam kehidupan yang baru seumur jagung itu. Cinta seringkali menjadi pendorong kehidupan remaja masuk ke jurang. Seperti yang dinyanyikan Mei-Chan “aku mau makan, kuingat kamu, aku mau tidur, kuingat kamu, ke kamar mandi juga ingat kamu…”. Hingga saat ujian sekolah masih sempatnya terpikir tentang si dia.

Untuk yang satu ini, berbagai hal dilakukan (terutama) remaja perempuan untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Satu jurus ampuh ya… mempercantik diri! Seperti yang diilustrasikan novel teen-lit "Me vs High Heels", betapa seorang perempuan rela berkorban mengubah dirinya demi menjadi sosok ideal bagi lelaki pujaannya. Hal ini menjadi ladang bagi perusahaan-perusahaan kosmetik mengeruk laba. Untuk memutihkan wajah, hingga selusin produk ditawarkan. Pemutih wajah pagi, siang, malam, pemutih di sekitar mata dan sebagainya. Untuk perawatan rambut pun demikian. Tentunya semua itu membutuhkan dana yang membelalak mata. Lalu apa yang didapat setelah ‘perjuangan’ para gadis-gadis itu mempercantik diri? Jawabannya sudah anda ketahui.

Bahkan ada iklan yang membuat saya tidak habis pikir, berbunyi seperti ini “Wajahmu mengalihkan duniaku”. Menampilkan seorang gadis ayu yang mampu membuat lelaki lain menghentikan kegiatannya dan menatapnya tanpa berkedip (agak berlebihan untuk kehidupan nyata). Sedangkal itukah kehidupan ini? Hingga sangat penting untuk mampu membuat seorang lelaki tertarik kepada perempuan secara fisik. Tidak ada iklan yang menampilkan seorang lelaki terkagum-kagum menghadapi perempuan mandiri yang berani mengambil keputusan hidupnya. Kemudian di akhir cerita sebaris kalimat tertulis “Kau adalah apa yang telah kau lakukan” atau “Be Dare With Yourself”.

Membuang uang hanya untuk perawatan wajah membuat kita menjadi individu yang egois. Kita tidak melakukan hal lain yang lebih berguna, menghasilkan pemikiran baru, berguna untuk lingkungan. Remaja saat ini digiring untuk menjadi homogen, punya gaya yang sama, topik pembicaraan yang sama, selera (dalam musik atau gaya hidup) yang sama. Dalam urusan fisik sekalipun, perempuan-perempuan saat ini tampil dalam wujud yang sama. Semua akibat konsep kecantikan yang ditawarkan dalam produk-produk kosmetik tersebut.

Iklan-iklan tersebut tanpa disadari membuat kaum perempuan, terutama remaja, masih diatur dalam kebudayaan patriarki. Dimana kecantikan ideal adalah perempuan lembut, berkulit putih, berambut hitam-lurus-panjang, tinggi, langsing. Mengapa kita tidak bisa menentukan sendiri apa itu bentuk kecantikan? Kita bisa mendobrak makna kecantikan di mata perempuan. Entah kamu berkulit sawo matang, berkulit kuning, berhidung bulat atau mancung, berambut tipis atau lebat, panjang atau pendek, kita mampu tampil menarik, dengan kecerdasan kita. Tidak selalu dengan kecerdasan di bidang akademik, kamu bisa menonjol karena humor-humormu yang cerdas, kecerdasanan bermusik, atau kecerdasan mengambil keputusan.

Banyak perempuan yang menonjol karena dia mau tampil berbeda. Di dunia politik misalnya Hillary Clinton atau Aung San Suu Kyi. Mereka bukan perempuan-perempuan yang tengah sibuk mempercantik diri, mereka fokus pada tujuan hidupnya. Aung San Suu Kyi yang memperjuangkan nasib rakyatnya menghadapi junta Myanmar, serta Hillary yang bertekad membuktikan perempuan mampu memimpin negara adidaya sekalipun. Kemudian ada Tracy Chapman di dunia bermusik, Virginia Woolf dalam kesusasteraan, atau tokoh fiksi Nyai Ontosoroh rekaan Pramoedya A. Toer dalam novel tetralogi Buru. Mereka adalah inspirasi bahwa menjadi perempuan tidak selalu berhubungan dengan kecantikan lahiriah. Tracy Chapman hadir dengan lagu-lagunya yang unik, Virginia Woolf menyeruak dengan novel-novelnya yang berbau feminisme, Nyai Ontosoroh menjadi tokoh fiksi kontroversial karena wataknya yang mandiri dan berani menentang kolonial Belanda dalam novel tetralogi Buru. Apakah pernah diceritakan bahwa setiap malam mereka mengoleskan krim pemutih wajah? Menggunakan conditioner secara teratur? Tentu tidak.

Pencapaian tertinggi dalam kehidupan manusia adalah untuk dikenang dan dicontoh. Kita dikenang karena apa yang telah kita perbuat bukan karena kita mampu menjadi yang tercantik. Dongeng-dongeng pengantar tidur tentang putri-putri cantik yang menemukan pengeran impiannya, sudah usang di abad ini. Saatnya perempuan menjadi tonggak penyelamat hidupnya, bukan menunggu seorang pangeran menyelamatkannya dari cengkraman monster. Tampil cantik sah-sah saja, namun sebaiknya tidak berlebihan hingga mengikis kepribadian kita yang menarik, jangan memusatkan pikiran hanya dalam tuntutan fisik. Berani tampil berbeda! Dare To Be Beautiful As You Want!

RAISA AURORA
Mahasiswa Ekonomi Sumberdaya Lingkungan
Fakultas Ekonomi Manajemen
Institut Pertanian Bogor

1 komentar:

ruru updates mengatakan...

Hei Aurora, I'm totally agree with what you've written.

I'm interested to write about this case for my thesis, and I would like to somewhat have a brainstoming with you. my email's meizaidris@gmail.com, so if you don't mind to share with me, pls reply to the following email address.

thank's :)