Halaman

09 Desember 2010

Memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia

Sekelumit kata dari penulis :

Puisi ini ditujukan bagi para koruptor yang sudah menyengsarakan rakyat Indonesia sekaligus guna memperingati hari anti korupsi dunia yang jatuh pada 9 Desember. Tak sadarkah kalian setitik uang haram yang kalian makan itu membuat kami menderita? Anak-anak kelaparan, tidak bisa sekolah bahkan tidak bisa hidup layak itu semua gara-gara kalian! Asal kalian tahu, kami capek, tikus berdasi! Kami capek! Cukup sudah kami bungkam! Dan kini saatnya kami berbicara, menguak sebuah kebenaran yang selalu kalian tutup-tutupi! Saya tidak berharap banyak, namun semoga dengan adanya goresan pena ini kalian dapat tersadar dari ‘nina bobonya’ hasrat setan dan anak-anak bangsa dapat kembali hidup layak sebagaimana biasanya.


Ketika Century Jadi Misteri

KREATif DKI Jakarta : Noval Kurniadi

Ketika century jadi misteri…

Pihak terkait naik ferarri

Membuat masalah jadi siri

Nasabah pun bak biri-biri

Bingung, lalu berlari-lari

Bertanya-tanya kesana kemari

Dimanakah uang kami, century?

Ketika century memotong tali…

Pihak terkait mendadak tuli

Hingga akhirnya tak peduli

Lalu pergi dengan naik heli

Tapi nasabah tercebur kali

Bingung berkali-kali

Hingga berkata, uang kami harus kembali!

Ketika century berbadan bohai…

Pihak terkait jadi lemah gemulai

Sementara nasabah bak makan cabai,

Yang tersiram sekuah gulai

Namun pedas tak pakai selai

Yang kata orang janganlah ‘lebai’

Hingga terkesan jadi lalai

Sudahlah, tak usah ditutupi lagi

Apakah mau menjadi ragi?

Kejujuran harus dibagi

Jika tidak, siaplah merugi

Sudahlah, tak usah berbohong

Apakah mau hatimu bolong?

Sudah tahu dirimu ompong

Maka jujur harus disokong

Sudahlah, tak usah mengumpat

Apakah mau gigi tinggal empat?

Kami tahu kau tutup rapat-rapat

Maka janganlah jago bersilat

Century, kemanakah 6,7 Triliun?

Sadarlah, kalian sudah jadi culun!

Yang bersembunyi di balik alun-alun…

Hanya untuk membeli su’un

Dan membeli rumah-rumah susun

Namun masih tetap diayun-ayun

Entahlah, siapa yang melepaskan busur

Yang terlalu sering memakan bubur

Hingga membuat perut jadi subur

Dan jadikan kalian sang tuan takur

Oh, sang pelaku, kami bersyukur

Jika kalian tidak main ubur-ubur

Bukan maksud untuk menggusur

Tapi hanya ingin kalian jujur

Daripada kalian gugur dan hancur lebur

Ketika masuk ke alam kubur

Ditulis : Jakarta, Jumat, 1 Januari 2010 pukul 20.35 - 21.03 WIB

Tidak ada komentar: