Halaman

14 Januari 2009

T A B O T

Tahun Baru Islam dengan “Tabuik”

(Adhiah Juliarti Harahap-Bengkulu)

Tanggal 1 Muharam tabot mengambik tanah.

Boneka dalam gerga tanah terletak.

Ratusan dol menggelegar, selamo 10 hari itu

Tamatam, suwena, suari, irama gendangnyo

Tari uli adatnyo diiringi tabuh suwena

Bunyi suling merayu-rayu.

Ligat nan menari.

Duduk penja teradat tanggal 5 Muharam

Malamnyo itu kelak tabot menjara.

Hari tabot tebuang, hari tanggal 10 Muharam

Diarak ke Padang Karbela, usailah cerito.

Tanggal 1 Muharam, setiap umat Islam merayakan Tahun Baru Islam (Tahun Baru Hijriah). Lain halnya di Provinsi Bengkulu, tepatnya di ibukota Provinsi Bengkulu, Kota Bengkulu yang sejak zaman dahulu kala mengadakan festival tabot setiap tahunnya.

Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu yang bernuansa religius untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad saw., Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib. Upacara ini dilaksanakan dari 1 sampai 10 Muharam setiap tahun. Perayaan tabot dianggap sacral oleh masyarakat Bengkulu karena apabila perayaan ini tidak dilaksanakan niscaya akan mendapatkan malapetaka.

Perlu teman-teman ketahui bahwa Festival Tabot 1429 H menjadi agenda pertama Visit Indonesia Year 2008, lho!

Nah, lagu daerah Bengkulu ciptaan Bapak Halimi di atas menceritakan tentang upacara tabot. Lagu ini biasa dinyanyikan anak-anak sekolah di Bengkulu pada Pelajaran Kesenian Daerah. Bahkan anak-anak di Provinsi Bengkulu diajarkan musik-musik tabot. Irama musik yang dibuat baku turun-temurun ini dipelajari agar tidak punah di matta generasi muda. Misalnya not-not nyanyian tabot yang baku dimainkan dengan pianika atau recorder (re re sol fa mi mi, sol fi sol la sol fa mi………. Tabuhan dol, tamatam, suwena, suwari (=alat musik seperti gendang dari Bengkulu) pun memiliki ketukan, irama, dan cara tersendiri dalam memainkannya. Jadi, dari nenek moyang sampai sekarang, irama dari beberapa musik tabot yang dimainkan itu baku dan tidak pernah berubah.

Selain itu juga, terdapat tarian tabot yang mengunakan jari-jari (=sebuah benda yang dibuat dari rotan deperti tongkat yang memiliki jari 3 dengan bulat-bulat di setiap ujungnya dan dihias sedemikian rupa). Tarian ini adalah tarian tradisional tabot. Konon katanya Hasan dan Husein yang gugur dalam berperang membela Islam ini, jari-jarinya dipotong.

Festival tabot dari tanggal 1-10 Muharam ini diadakan di Lapangan Tugu. Selama 10 Muharam ini, keluarga Tabot (=keluarga turun-temurun yang melaksanakn upacara tabot), membuat tabot sedemikian rupa di lapangan tugu ini. Tabot bentuknya umumnya aga seperti Candi Prambanan. Bertingkat-tingkat, terbuat dari berbagai macam bahan-bahan prakarya seperti kardus, triplek, atau karton. Kemudian dihias dengan kertas minyak, kertas jagung, kain, dan bunga-bungaan sedemikian rupa sehingga tabot terlihat bagus dan mewah. Kalau dibayangin, ya seperti kue tart. Memang memerlukan waktu yang lama dalam membuat tabot ini, Karen ukurannya juga sangat besar. Tingginya kira-kira bisa mencapai 10-15 meter. Bahkan ada juga tabot yang dihias dengan patung kuda-kudaan atau burung rajawali.

Di Lapangan Tugu di mana seharian selama 10 hari itu orang-orang membuat tabot, ada juga berbagai pameran dari beberapa kabupaten yang membuat stan-stan. Di dalam stan tersebut terdapat berbagai kebudayaan atau makanan khas, kerajinan khas, batik khas (Batik Bengkulu=Batik Besurek), dsb dari masing-masing kabupaten. Jadi, tidak sedikit masyarakat Provinsi Bengkulu yang datang langsung ke ibukota hanya untuk menikmati megahnya Festival Tabot ini.

Tanggal 10 Muharam, hari-hari penutupan, tabot-tabot itu diarak ke Padang Karabela (=sebuah nama tempat di Kelurahan Kebun Tebeng). Di sana adalah tempat pembuangan tabot. Selanjutnya tabot-tabot tadi dibuang ke sana. Demikian pula untuk pameran yang pada hari itu mengadakan penutupan. Biasanya, didatangkan pawang hujan sebab hari tiu sangat sakral agar upacara pembuangan tabot bisa berlangsung dengan baik. Pembuangan tabot ini diiringi oleh Kaum Sipai, Keluarga Tabot, mengigat upacara ini sangat sakral dan religius.

Nah, teman-teman! Begitulah cerita Festival Tabot yang dapat saya sampaikan. Seorang teman kita dari SMA Negeri 2 Kota Bengkulu, Ramadita Fetrianggi memenangkan lomba kerajinan tangan tingkat Nasional dalam Olimpiade Seni Nasional 2008 (OSN 2008) yang diadakan di Bandung. Dita yang waktu itu membuat Replika Tabot, mendapat Juara III.

Yang membuat Dita menang dalam lomba ini, karena kekreatifannya dalam mengangkat seni budaya Bengkulu melalui limbah. Replika tabot ini dibuat dari voucher-voucher bekas isi ulang Handphone yang dipotong dengan cutter dan dibentuk sedemikian rupa menjadi miniature tabot. Dita menghabiskan 30 keping voucher bekas untuk membuat sebuah miniatur.

”Sebuah replika tabot tidaklah lengkap jika tidak dimasukkan ke dalam kotak kaca. Maka dari itu, saya membuat sebuah kotak kaca yang saya modifikasi dari limbah juga, yaitu kardus bekas, plastik transparan, dan kulit lantung,”, ujar Dita yang mampu menyingkirkan 30 provinsi lainnya ini.

Kulit lantung adalah kulit kayu yang berasal dari pohon lantung. Pohon lantung merupakan tanaman liar khas Bengkulu dan jarang terdapat di Provinsi lain, apalgi dimanfaatkan. Biasanya di Bengkulu, kulit lantung ini digunakan untuk membuat kerajinan tanga seperti gantungan kunci, bingkai foto, dll. Bahkan telah dimanfaatkan dalam industri rumah tangga yang membuat kulit lantung tersebut menjadi tas, kotak pensil, topi, atau yang lainnya yang tentunya sangat antik, berharga tinggi, dan hilang sifat limbahnya. Biasanya wisatawan sering membelinya untuk kenang-kenangan atau oleh-oleh.

Adapun tujuan pembuatan Replika Tabot ini, yaitu:

  1. Menghasilkan inovasi Replika Tabot Bengkulu yang terbuat dari limbah dan SDA Bengkulu.
  2. Menghasilkan sebuah suvenir yang bernuansakan nilai-nilai budaya/religius dan estetika.
  3. Mengangkat nilai-nilai budaya dan SDA Bengkulu ke dalam pentas nasional dan internasional.

Manfaat Replika Tabot ini, yaitu:

  1. Sebagai souvenir untuk hiasan di rumah yang bernilai estetis.
  2. Sebagai sarana mengenang nilai-nilai religius cucunda Rasulullah, Hasan dan Husein r.a.
  3. Memanfaatkan limbah dan SDA utamanya di Bengkulu.

Tentunya kita sebagai manusia yang berulang tahun setiap tahunnya memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai. Nah, di tahun baru Hijriah ini, apa harapan teman-teman? Mmmmm......, yang pasti kita menginginkan yang terbaik untuk diri kita. Menjadi lebih baik daripada tahun sebelumnya, dan mewujudkan impian yang belum terwujud sebelumnya. Semoga kita menjadi insani yang kreatif dan berpandangan ke depan. Amiiiin!

Sampai jumpa, Daaagggh.......! ^_^

Tidak ada komentar: