Bolehkah aku marah? Ketika kini yang kulihat hanyalah peperangan dan pertikaian. Ketika kusaksikan banyak bocah menjadi korban. Ketika orang - orang tidak lagi peduli pada indahnya perdamaian.
Bolehkah aku marah? Memang, aku hanyalah seorang anak dari
Bolehkah aku marah? Walau aku hanya mampu melihat tanpa bisa bertindak. Tapi aku tidak mati rasa. Sungguh, hatiku sakit mendengar banyaknya media yang memberitakan tentang korban akibat adanya perang. Hatiku menjerit saat mengetahui banyak anak - anak sepertiku yang meregang nyawa. Hatiku pedih membaca selarik berita tentang bertambahnya jumlah korban, terutama dari kalangan anak - anak.
Bolehkah aku marah? Aku tidak ingin berpihak pada pemerintah manapun. Aku hanya ingin berpihak pada anak - anak. Anak - anak di seluruh penjuru dunia. Anak - anak korban perang ataupun anak - anak yang hidup damai d wilayahnya. Anak - anak yang ingin sekali kutemui dan ingin kukatakan pada mereka kalau aku peduli. Tidak hanya aku, tetapi semua anak lainnya juga turut peduli. Bagaimanapun dan apapun kondisi mereka. Tertawa atau menangis. Berlarian riang di taman atau bersembunyi di barak pengungsian.
Bolehkah aku marah? Ketika dulu orang - orang dewasa bersidang untuk membela anak - anak. Ketika banyak pihak melindungi hak anak - anak. Ketika sejumlah undang - undang diberlakukan demi kepentingan anak - anak. Masih adakah arti dari itu semua? Masih tersisakah kepedulian itu? Masih berlakukah semua yang telah diputuskan dan disetujui bersama? Karena kini bagiku semua peraturan itu tidak berarti lagi. Itu semua hanyalah serangkaian kata rumit yang tertulis di atas kertas putih tanpa kekuatan hukum apapun. Bagiku aturan itu tercipta hanya untuk memenuhi buku perundang - undangan.
Bolehkah aku marah?
Wahai dunia, bolehkah aku marah? Bolehkah?
KREATif Jakarta_Aida Yuni K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar