Diary Anak Hujan
Oleh: Gayatri_KREATif Mataram
Januari 2007,
Diary,
Hari ini kulihat lagi di televisi, peristiwa yang memilukan!
Saudara-saudaraku di Ibukota kembali terkena musibah banjir. Kembali, bukan pertama kali saat musim hujan di Januari.
Rumah mereka terendam, harta benda mereka lenyap, keluarga mereka hilang terseret arus.
Mereka terjebak genangan air, bantuan tidak kunjung datang! Mereka lapar, mereka kedinginan!
Januari 2008,
Diary,
Mengapa lagi harus kuulang tulisan tahun lalu. Ibukota Negaraku kembali dirundung duka.
Banjir dan Banjir lagi di musim hujan ini.
Semestinya semua orang malu, seperti diriku!
Jakarta, Ibukota Negara, tak seharusnya ia berubah menjadi ‘kubangan’ lagi tahun ini!
Apalagi Ia turut mengajak Pasuruan di akhir bulan ini!
Ya, Pasuruan banjir juga!
Mengapa Jawa harus jadi langganan banjir? Siap yang salah? Hutan yang lenyap, pemerintah yang tak tanggap atau masyarakat kita yang tidak peduli lingkungan?
Mei 2008,
Diary,
Banjir bergeser ke barat. Kali ini Sumatera Utara!
Mengapa dalam hal ini harus disusulnya Ibukota? Mengapa?
Jawa khususnya Jakarta memang pusatnya Negara ini. Kejadian di sana pasti berdampak pada daerah.
Tapi haruskah sampai bencana di-share nya pada daerah lain?
November 2008,
Diary,
Banjir bergeser ke timur!
Samarinda dan Kalimatan Selatan juga terserang ‘penyakit musiman’ ini!
Rasanya pengalaman daerah lain tak cukup memberi pelajaran bagi kita dan mereka yang belum terkene!
Ini kah tanda banjir akan mampir ke daerahku juga?
10 Januari 2009,
Tidak Diary!
Mengapa banjir harus hadir di daerahku. Setelah Denpasar diterjang pula di awal musim penghujan ini, Mataram mengekor!
Sentra penjualan mutiara kami di Sekarbela, Mataram, terendam banjir setinggi dada orang dewasa! Banyak temnn-temanku ikut mengungsi juga…..
Diary,
salahkah topografi pulau Lombok yang menempatkan daerah selatan pada titik yang rendah?
Atau salah kami yang tak sadar arti kebersihan lingkungan
12 januari 2009,
Ahhh Diary,
Kutemukan jawabannya!
Aku harus berbuat! Cukup Jakarta yang jadi langganan banjir, tak usah daerahku ikut-ikutan!
Aku dan teman-temanku membersihkan selokan depan rumah dari sampah agar aliran air lancer. Kami gali sedikit agar lebih dalam.
Ahhh….
Di langit sana,
Awan kelabu masih menggantung, siap membombardir kami dengan hujan lebat tampaknya!
Semoga tidak banjir nanti malam ya, diary!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar