Cilincing, jika kita mendengar nama itu yang terbayang oleh kita adalah tempat truk-truk berlalu-lalang yang mengantarkan peti kemas untuk di Import keluar negeri atau memuat barang yang telah di kemas untuk di olah dan di perjual belikan di kota untuk memenuhi kebutuhan warga-warga kota. Bayangkan jika masih ada warga yang dapat tinggal di tempat yang bisa di sebut tidak layak untuk di tinggali oleh masyarakat pada umumya, tempat itu telah tecemari oleh asap-asap truk yang berlalu-lalang hampir setiap hari, tapi masih banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung tinggal di tempat itu, tempat yang seharusnya menjadi rumah bagi truk-truk besar, sekarang menjadi pemukiman yang di tinggali banyak orang. Banyak balita yang masih kurang asupan gizi-nya berada di tempat itu, bayi yang masih rawan sekali terjangkit penyakit tinggal di tempat yang kotor dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah sekitar dan anak-anak usia sekolah menjadi supir Angkot. Itu mereka lakukan bukan karna kemauan mereka sendiri tapi atas desakan okonomi yang terus melonjak dan makin terpuruk. Ternyata pemerintah memang kurang perhatian pada daerah yang terpencil seperti itu, pemerintah hanya memikirkan kota-kota besar sebagai sumber devisa Negara, sedangkan orang yang tinggal di Cilincing menunggu janji-janji yang keluar dari mulut Capres yang mengatakan ini itu saat kampanye, dan sekarang apa buktinya? Hanya janji palsu yang membuat rakyat Indonesia menunggu, menunggu dan menunggu. Bagi mereka janji di ucapkan hanya saat kampanye yang dapa menarik hati-hati warga.
Seharusnya mereka mendapat tempat yang lebih layak untuk di huni, bukan tempat yang seperti itu, dan anak-anak seharusnya mereka mendapat pendidikan yang layak untuk bekal mereka saat dewasa nanti. Pendidikan sangatlah penting untuk bekal di kehidupan mereka yang akan datang.
oleh : Muhammad Akmal
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar