Teman-teman, pada tanggal 26 Maret lalu, umat Hindu telah merayakan Hari Raya Nyepi. Yang diawali oleh proses penyucian diri di laut atau sumber air (baca: Melasti atau Mekiis), kemudian pada tanggal 25 Maret, diadakan pula pawai ogoh-ogoh sebagai bagian dari prosesi Nyepi. Ogoh-ogoh secara sederhana merupakan perwujudan daripada setan pengganggu manusia. Di Lombok, Ogoh-ogoh kemudian diarak di jalan-jalan protokol Kota Mataram, lalu kembali ke Banjar (setingkat perkumpulan warga tingkat RW), kemudian dibakar. Setelah itu warga akan melakukan Persembahyangan bersama dan menghaturkan caru(mirip sesajen berupa nasi) dan sesajen buah juga bunga dengan tujuan memohon agar dapat melaksanakan Penyepian dengan baik. Ogoh-ogoh dibakar dengan tujuan mengubah keburukan/ hawa burk menjadi baik agar tak mengganggu prosesi penyepian pada keesokan harinya yang merupakan hari Introspeksi diri bagi umat Hindu.
Acara ini berlangsung semarak namun tertib meski hujan membasahi kota. Walau sempat pula dikhawatirkan bermasalah karena telah memasuki masa Kampanye TerbuakaPemilu, aparat kepolisian yang bersiaga berhasil mengamankan prosesi ini dengan baik dan lancar.
Acara ini berlangsung semarak namun tertib meski hujan membasahi kota. Walau sempat pula dikhawatirkan bermasalah karena telah memasuki masa Kampanye TerbuakaPemilu, aparat kepolisian yang bersiaga berhasil mengamankan prosesi ini dengan baik dan lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar