IDENTITAS TERSEMBUNYI HARI RAYA NATAL:
Tradisi yang Salah dalam Kekristenan
Apa yang terlintas di kepala Anda mengenai hari raya Natal? Hampir dapat dipastikan jawabannya tidak akan jauh dari hal-hal berikut: hari raya umat Kristiani, hari lahir Yesus Kristus, pohon natal, lagu-lagu natal, Sinterklas (Santa Claus), hadiah natal, kue-kue natal, perayaan meriah, makan-makan, hiasan-hiasan natal, dan masih banyak lagi hal-hal yang berbau natal. Namun, tahukah Anda bahwa ada satu fakta mengenai hari raya Natal yang sangat penting tetapi banyak orang tidak mengetahuinya, bahkan umat-umat Kristiani pun tidak? Fakta ini mungkin akan mengejutkan Anda: hari raya Natal sebenarnya bukan berasal dari Kekristenan, melainkan berasal dari tradisi paganisme (penyembahan berhala). Bagaimana mungkin? Apa buktinya? Bukankah hari raya Natal merupakan hari lahir Yesus Kristus? Pembuktian-pembuktian berikut mungkin dapat membantu menjelaskannya.
Yesus Kristus tidak lahir pada tanggal 25 Desember
Lalu pada tanggal berapa Ia lahir? Jawabannya, tidak ada seorang pun yang tahu. Alkitab tidak pernah mencatat tanggal berapa tepatnya Yesus lahir. Kelahiran Yesus tidak ada yang tahu kapan tepatnya karena Ia datang secara tiba-tiba dan tak terduga, layaknya seorang pencuri (lih. 1 Tesalonika 5: 2; Matius 24: 36, 44; Markus 13: 32). Mungkin Anda kemudian berkata, jika memang tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya Yesus Kristus lahir, berarti tidak ada yang berhak pula untuk mengatakan bahwa tanggal 25 Desember bukan tanggal Ia lahir. Ada kemungkinan itu memang tanggal Ia lahir, toh tidak ada yang mengatakan bahwa itu bukan tanggalnya. Saudara, mungkin tidak ada yang menyatakan secara langsung bahwa 25 Desember bukan merupakan tanggal yang tepat, tetapi ada beberapa pembuktian di dalam Alkitab yang dengan jelas menunjukkan bahwa tanggal itu pasti bukan tanggalnya. Pada waktu Yesus lahir, malaikat datang untuk memberitakan tentang kelahiran-Nya kepada para gembala. Pada waktu itu hari sudah malam, tetapi para gembala masih sedang berada di padang menjaga kawanan ternak mereka (lih. Lukas 2: 8). Di Israel pada bulan Desember merupakan musim dingin, yang ditandai dengan hujan deras dan udara yang dingin (lih. Kidung Agung 2: 11). Jika dikatakan Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, yakni saat musim dingin yang basah, mungkinkah saat itu para gembala dan kawanan ternaknya berada di padang terbuka pada malam hari? Jawabannya dapat ditimbang dengan logika tentunya (dan bahkan ditegaskan dalam Ezra 10: 13). Jadi, mungkinkah Yesus lahir pada 25 Desember? Anda tahu jawabannya.
Sekarang pertanyaannya, dari manakah asal-muasal diperingatinya tanggal 25 Desember sebagai hari raya Natal? Dan mengapa Kekristenan mengakui tanggal tersebut sebagai hari lahir Yesus Kristus padahal sebenarnya tidak ada dasar Alkitab yang menyebutkan demikian? Tanggal 25 Desember sebenarnya merupakan hari raya para penyembah berhala (orang kafir), yakni peringatan kelahiran dewa matahari (atau bagi sebagian orang kafir, dipercaya sebagai kelahiran kembali matahari setelah “mati” selama beberapa saat) dan penutupan festival Saturnalia. Tradisi peringatan kelahiran dewa matahari atau kelahiran kembali matahari ditemukan pada masyarakat penyembah berhala di berbagai daerah di dunia, seperti Mesir, Roma, Iran, Yunani, Jerman, dan lain-lain; sementara festival Saturnalia sendiri berasal dari budaya Romawi. Festival Saturnalia yang berlangsung pada tanggal 17-24 Desember ini merupakan pesta pasca-panen yang merupakan ucapan syukur kepada dewa Saturn, sang dewa penanam (kesuburan). Tanggal 25 Desember merupakan puncak dari festival tersebut, sekaligus merupakan hari perayaan kelahiran sang dewa matahari, yang disebut dengan nama yang berbeda-beda di tiap daerah. Sebagian orang kafir meyakini bahwa tanggal 25 Desember merupakan hari kelahiran kembali matahari yang sempat “mati” (baca: menghilang) selama beberapa hari, yakni pada tanggal 22-24 Desember.
Pada waktu itu, tradisi orang-orang kafir ini dirangkul oleh Gereja Katolik Roma (saat itu belum terjadi perpecahan dalam gereja) untuk menarik lebih banyak orang masuk ke gereja. Tradisi tersebut kemudian “dikristenalisasi”. Tanggal 25 Desember yang sebenarnya merupakan peringatan akan kelahiran “Sun of Light” atau sang fajar terang, kemudian dikait-kaitkan dengan kelahiran “Son of Light” atau Sang Putra Terang. Jadilah tanggal 25 Desember diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, dirayakan dengan meriah oleh umat Kristiani mengikuti tradisi perayaan orang-orang kafir. Jadilah Natal hari raya umat Kristiani yang melekat dalam tradisi gereja, bahkan sampai setelah terjadi perpecahan dalam gereja dan sampai sekarang, tanpa ada yang mempertanyakan kebenaran tradisi tersebut.
#Satu fakta aneh: dalam bahasa Inggris, Natal disebut “Christmas” yang terdiri dari 2 kata, yakni “Christ” atau Kristus (Yesus) dan “Mass” yang berarti kematian, padahal “Christmas” dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus#
Pohon natal adalah bagian dari paganisme
Hari raya Natal belum lengkap tanpa pohon natal yang dihias semarak. Bahkan, bagi sebagian orang, pohon natal adalah inti dari seluruh perayaan. Sedikit yang mempertanyakan, apalagi mengetahui, asal-usul pohon natal dan apa pandangan Alkitab tentangnya. Pohon natal juga berasal dari tradisi paganisme (penyembahan berhala), yakni pohon evergreen, pohon yang selalu hijau dan tidak pernah mati, bahkan pada musim dingin sekalipun. Orang-orang kafir menyembah dan meyakini pohon itu sebagai pohon sumber kehidupan karena ia tetap hidup di saat pohon-pohon lain mati di musim-musin tertentu. Pohon ini kemudian juga dirangkul masuk ke gereja dan dikait-kaitkan dengan perayaan Natal karena dianggap melambangkan Yesus Kristus sebagai Sang Sumber Kehidupan. Meskipun sudah “dikristenalisasi”, pohon natal tetap bertentangan dengan Alkitab karena merupakan bentuk penyembahan terhadap berhala dan Tuhan tidak menghendaki hal tersebut (lih. Yeremia 10: 3-4).
Sinterklas (Santa Claus) bertentangan dengan Alkitab
Bagi anak-anak, sosok Sinterklas (Santa Claus) adalah sosok yang paling dinanti-nantikan pada hari Natal. Dia adalah sosok kakek baik hati yang menyayangi anak-anak manis, yang datang melalui cerobong asap dengan membawa hadiah yang telah diidam-idamkan sepanjang tahun. Sebagian orang mempercayai bahwa sosok kakek gendut berjanggut putih ini benar-benar ada, sebagiannya lagi (sebagian besar, lebih tepatnya) tahu persis bahwa sosoknya tidak pernah ada namun lebih memilih untuk tetap menenggelamkan diri dalam kebohongan. Berjuta-juta anak ditenggelamkan dalam kebohongan yang sama oleh orang tua mereka dan ketika mereka beranjak dewasa, kembali menenggelamkan anak-anak mereka dalam kebohongan yang sama. Lagi-lagi, tidak ada yang cukup peduli untuk mempertanyakan asal-usul sosok penerobos cerobong asap ini, apalagi berusaha mencari tahu apa pandangan Alkitab tentangnya.
Konon, Sinterklas atau Santa Claus bernama asli Nicholas atau Nikolaus. Orang-orang percaya bahwa ia dulu pernah hidup dan berkeliling mengantarkan kado bagi anak-anak manis setiap hari Natal. Sekilas, tampak tak ada yang salah dengannya. Ia hanya seorang pria yang menyayangi anak-anak dan berusaha membahagiakan mereka pada hari Natal. Selain itu, keberadaannya tidak menyalahi Kekristenan. Namun, Alkitab berkata lain. Alkitab mengungkapkan bahwa Nikolaus dan pengikut-pengikutnya adalah orang-orang yang dibenci Tuhan (lih. Wahyu 2: 6). Betapa pun baik dan benar perbuatannya terlihat di mata kita, Tuhan mengatakan Ia membenci sosok Nikolaus dan pengikut-pengikutnya. Kebencian tersebut pasti ada alasannya, yang tidak terungkap bagi kita (merupakan misteri Tuhan).
Pembuktian-pembuktian di atas hanya mampu menjelaskan sebagian kecil dari fakta besar yang baru saja Anda ketahui. Fakta besar tersebut mungkin mengejutkan Anda atau mengubah cara pandang Anda terhadap hari raya Natal. Setelah membaca tulisan ini, mengenai bagaimana Anda memandang hari raya Natal atau bagaimana cara Anda merayakannya, hanya Anda yang berhak menjawabnya. Apapun jawabannya tidak menjadi masalah karena Anda sudah mengetahui bagian yang terpenting: identitas tersembunyi hari raya Natal.
***Tulisan ini ditulis dengan sudut pandang Kristiani. Apabila ada perbedaan pandangan atau ajaran, harap disikapi dengan bijaksana. Semoga tulisan ini dapat memperluas wawasan pembaca*** (SAME)
Sumber: www.lasttrumpetministries.org; www.faithfreedom.org; www.thercg.org; www.origin-of-christmas.com
Alfinda Agyputri_KREATif Jakarta
2 komentar:
Kaget.........
Meskipun aku nggak kristen....
Lama sblmny, ak tau soal ini dr guruku. tp saat ak tny tmnku yg lain yg jg kristiani, ktanya itu hny konspirasi..
y sdhlah,,yg pntg jgn smp trjd prpecahan krn mslh ini. kita bs hidup brsama dgn damai, bkn?
misteri2 hdp, hnyalah Tuhan Yang Maha Tau
Posting Komentar