Aku telah dewasa, itu benar.
Namun apakah aku telah dewasa sepenuhnya, itu tidak benar.
Aku masih membutuhkan belaian kasih seorang ibu.
Aku masih membutuhkan kecupan sayang seorang ibu.
Aku masih membutuhkan kehangatan cinta seorang ibu.
Aku masih membutuhkan semua itu layaknya aku ketika berusia balita.
Namun apakah aku telah dewasa sepenuhnya, itu tidak benar.
Aku masih membutuhkan belaian kasih seorang ibu.
Aku masih membutuhkan kecupan sayang seorang ibu.
Aku masih membutuhkan kehangatan cinta seorang ibu.
Aku masih membutuhkan semua itu layaknya aku ketika berusia balita.
Terkadang aku begitu kejam hingga membiarkan ibuku berada dalam kesendiriannya.
Aku biarkan ibuku terus terkungkung di dalam dapur mininya.
Aku biarkan ibuku kelelahan mengurusi segala urusan rumah tangga.
Aku biarkan ibuku hanya menatapku dari jauh tanpa bisa memelukku.
Aku biarkan ibuku menangis menghadapi tingkah liarku.
Aku biarkan semua itu.
Namun di saat aku sendiri, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku terbelenggu oleh bermacam masalah, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku menderita kesakitan batin yang begitu hebat, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku menangisi penyesalanku, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar dan berlindung, ibu tidak pernah membiarkanku.
Sekalipun ibu tidak pernah membiarkanku lepas dari rengkuhannya.
Aku sadar, begitu banyak luka yang kutimbulkan di hidup ibuku.
Tapi tak satupun dari luka itu mampu menghapus cinta dan kasih sayang ibu padaku.
Aku sadar telah membuatnya berderai air mata hampir di setiap malam-malam panjangnya.
Tapi air mata itu tak mampu hilangkan senyumannya ataupun tawanya.
Ibu, andai engkau membaca tulisan ini, aku ingin mengucapkan segalanya.
Aku ingin engkau tahu, aku sangat menyesal atas semua perbuatanku yang menyakitimu.
Dan aku pun ingin engkau tahu, aku sangat mencintaimu. Seumur hidupku.
Aku biarkan ibuku terus terkungkung di dalam dapur mininya.
Aku biarkan ibuku kelelahan mengurusi segala urusan rumah tangga.
Aku biarkan ibuku hanya menatapku dari jauh tanpa bisa memelukku.
Aku biarkan ibuku menangis menghadapi tingkah liarku.
Aku biarkan semua itu.
Namun di saat aku sendiri, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku terbelenggu oleh bermacam masalah, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku menderita kesakitan batin yang begitu hebat, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku menangisi penyesalanku, ibu tidak pernah membiarkanku.
Di saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar dan berlindung, ibu tidak pernah membiarkanku.
Sekalipun ibu tidak pernah membiarkanku lepas dari rengkuhannya.
Aku sadar, begitu banyak luka yang kutimbulkan di hidup ibuku.
Tapi tak satupun dari luka itu mampu menghapus cinta dan kasih sayang ibu padaku.
Aku sadar telah membuatnya berderai air mata hampir di setiap malam-malam panjangnya.
Tapi air mata itu tak mampu hilangkan senyumannya ataupun tawanya.
Ibu, andai engkau membaca tulisan ini, aku ingin mengucapkan segalanya.
Aku ingin engkau tahu, aku sangat menyesal atas semua perbuatanku yang menyakitimu.
Dan aku pun ingin engkau tahu, aku sangat mencintaimu. Seumur hidupku.
"...I LOVE YOU, MOM..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar