Halaman

03 Oktober 2013

Indonesia (Bukan) Hutan Rimba

Indonesia (Bukan) Hutan Rimba
KREATif Magelang - Judha Jiwangga
 
Pada masa awal kolonialisme ketika Belanda datang ke Indonesia muncul anggapan bahwa bangsa Hindia Belanda atau Indonesia adalah bangsa bar-bar atau tidak beradab. Mereka menganggap kehidupan orang-orang pribumi yang tradisional sebagai hal yang rendah dibandingkan dengan kehidupan bangsa Belanda. Tetapi masa itu sudah lama berlalu. Saat ini bangsa kita sudah merdeka dan sudah mengeyam kemajuan-kemajuan dunia. Indonesia sudah berkembang pesat dengan keadaan ketika penjajah menginjakkan kakinya ke Indonesia pertama kali.
 
Sebuah kenyataan bahwa Indonesia selalu mengalami dinamika dalam pengembangan dirinya sebagai suatu negara dan bangsa. Pembangunan digiatkan untuk memajukan Indonesia. Tetapi marilah kita melihat realita yang terjadi pada Indonesia dewasa ini. Mungkin kita dapat menyebut Indonesia sebagai “hutan rimba”. Mengapa hutan rimba? Didalam hutan rimba, hukum alam masih menjadi pedoman yang mutlak dan absolut sebagai instrumen seleksi alam. Hukum itu menyatakan siapa yang kuat, ia akan dapat bertahan. Apalagi dalam pelaksanaan hukum alam itu tak jaarang menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapainya. Lalu apa yang menjadi korelasi antara hutan rimba dengan hukum alamnya dengan Indonesia?

Realita di Indonesia pada dewasa ini menggambarkan proses dehumanisasi yang kemudian membawa distorsi pada struktur sosial masyarkat. Sebut saja kasus-kasus korupsi para petinggi negara yang menggerogoti uang rakyat. Kekuasaan diciptakan bukan untuk menindas rakyat tetapi untuk mensejahterakan rakyat. Penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat negara ini yang membawa pemiskinan bagi rakyat Indonesia. Dengan kasus itu juga menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kekuasaan dapat digunakan untuk melanggengkan kepentingannya dan mengenyampingkan kepentingan umum.

Peristiwa lain yang muncul adalah maraknya kekerasan di lingkungan masyarakat. Pola masyarakat yang bersifat paguyuban mulai bergeser menjadi masyarakat individualis dan anarkis. Lihat saja akhir-akhir ini banyak sekali kasus-kasus pembunuhan yang terjadi. Seakan-akan membunuh itu adalah hal yang tidak ditakuti dan menjadi sebuah penyelesaian masalah. Padahal pembunuhan secara keras dikecam karena merenggut hak hidup seseoran dan tidak sesuai dengan landasan hukum yang ada di Indonesia.

Melihat semua peristiwa itu, marilah kita bercermin kembali. Apakah memang layak Indonesia disebut sebagai hutan rimba? Apakah kita akan hidup tanpa ada dialog antar individu dan tanpa peradaban? Manusia diciptakan oleh Tuhan memiliki akal dan budi untuk dapat berpikir dan menimbang tentang hal yang baik atau buruk. Itu sudah menjadi hal yang mendasar dalam hidup kita untuk bisa memilih sesuatu yang terbaik. 

Tetapi kita cenderung mendahulukan ego kita bahkan hingga kadang kita menjatuhkan orang-orang di sekitar kita demi melanggengkan kepentingan kita. Kita bukan hewan yang hanya mengandalkan nalurinya. Kita dituntut untuk dapat menyelaraskan pikiran dan perasaan yang kemudian dapat dijadikan landasan dalam interaksi sosial. Dengan dasar interaksi sosial yang kuat dan baik maka akan terwujud masyarakat yang harmonis dan beradab. Itulah tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab bukan menjadi negara hutan rimba Indonesia.