Halaman

10 Januari 2011

NYANYIAN ALAM YANG TERABAIKAN

KREATif Bima: Nurul Khusnul Khotimah (The Best Indonesian Young Writer 2008)


Dasar kau keong racun

Baru kenal eh ngajak tidur

Ngomong nggak sopan santun

Kau anggap aku ayam kampung

Siapa yang tidak kenal dengan syarir lagu yang sangat populer berkat komat-kamitnya Shinta dan Jojo di dunia maya, yang sekaligus melambungkan namanya menjadi selebritis dadakan. Lirik lagu, dan keseluruhan lagu mencerminkan jamannya. Alam dan lingkungannya tampaknya dalam dasa wasa terakhir sudah tidak lagi menarik perhatian para musisi dan penyanyi. Dan apabila kita cermati lirik lagu dan aransemen lagu saat ini sebagaian besar, praktis mudah dicerna, meriah tidak terlalu detail, dan yang jelas nyaris tidak peduli, cuek dengan lingkungan alam sekitar. Simak lagu ngetop lainnya, Cinta Satu Malam yang dinyanyikan Melinda, tidak jauh berbeda dengan keong racun.

Tidak mengherankan pula apabila kejadian alam, musibah bencana alam mulai dari tsunami di Aceh, gempa di Jogja, lumpur Lapindo, banjir di Wasior, tsunami di Mentawai sampai meletusnya merapi tidak banyak menarik musisi, penyanyi untuk menjadikan tema lagu-lagunya.

Padahal sepuluh tahun terakhir ini kejadian alam, khususnya bencana alam semakin sering terjadi dan cenderung dampaknya semakin dahsyat. Kesadaran akan pentingnya peduli dan mencintai lingkungan alam seharusnya pula menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat termasuk para penyanyi dan musisi.

Menengok ke Belakang

Apabila kita membaca ensiklopedia musik Indonesia, lagu-lagu bertemakan alam dan lingkungannya telah lama memberikan inspirasi kepada musisi, penyanyi menjadi tema lirik lagu yang menarik bahkan bertengger di puncak tangga lagu musik pop Indonesia, sekaligus menjadikan penyanyinya tenar, tersohor di seluruh Indonesia. Grup musik Koes Plus dengan lagu Nusantaranya mampu menggugah rasa cinta alam dan lingkungannya. “Beribu pulau tergabung menjadi satu; bagaikan ratna mutu manikam… dst.”. Koes Plus kemudian tidak sendirian ada Gombloh dengan lantunannya “Lestari alamku, lestari negeriku… dst” dengan puncaknya lagu “Gebyar-gebyar” yang melegenda sampai saat ini dalam momen-momen tertentu lagu “Gebyar-gebyar” masih berkumandang.

Sampai generasi 70--80-an “nyanyian alam” masih merdu disenandungkan penyanyi-penyanyi kita. Ada penyanyi kakak beradik Franky and Jane dengan lagu hit-nya musim petik bunga, “Pada musim petik bunga; digunung jadi riang; dan berseri; sehari-hari riang dan berseri; berseri menyambut panen datang semusim sekali; yang sedang pergi lari pulang keladang kembali dst”. Bukan itu saja lagu menumental “Kemesraan” yang diaransemen ulang dan dinyanyikan kembali oleh Iwan Fals juga tema lagu Franky and Jane yang mengangkat tema alam dan lingkungannya yang tetap dikenang sampai sekarang.

Tema alam dan lingkungannya ‘dimanjakan’ para penyanyi dan musisi sekaligus pecinta musik Indonesia di tahun 80-an. Nama-nama Ritta Ruby Hardland dengan lagu lagunya: Kepada Alam dan Pecintanya, Nyanyian Sawah secara jelas mencerminkan kepeduliannya kepada alam dan lingkungannya. Simak saja lagu Kepada Alam dan Pecintanya: “Pendaki gunung sahabat alam sejati; Jaketmu penuh lambing; lambang kegagahan; Memproklamirkan dirimu pencinta alam; Sementara maknanya belum kau miliki; Ketika aku daki dari gunung ke gunung; Di sana kutemui kejanggalan makna; Banyak pepohonan meritih kepedihan; Dikuliti pisauanmu yang tak pernah diam; Batu-batu cadas meritih kesakitan ditikam belatimu yang tak pernah ayal;
Hanya untuk mengumumkan pada khalayak; Bahwa di sana ada kibar benderamu
Oh alam… korban keakuan Oh alam.. korban keangkuhan Maafkan mereka yang tak mau mengerti Arti kehidupan… ". Lagu manis yang dinyanyikan bersama Anggun C. Sasmi (ketika masih anak-anak) dapat menyentuh nurani pendengarnya sekaligus dia sukses mengkomunikasikan idenya dalam lagu. Demikian juga lagu Nyanyian Sawahnya.

Menelusuri ensiklopedia ‘nyanyian alam’ nama Ebiet G Ade adalah ‘empu-nya’, maestronya, pakarnya. Betapa tidak nyaris seluruh lagunya, baik secara implisit, maupun eksplisit akrab, sarat dengan bait-bait, kata-kata yang berkaitan dengan alam. Ungkapan puitis ‘Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang’ tersohor dan melekat di hati penggemarnya sampai saat ini. Alam dan lingkungannya seperti: embun, hujan, gerimis, kali, telaga, bening, gemercik air, mega, mendung, cakrawala, langit, bulan, matahari, bintang. Demikian pula kata-kata: laut, biduk, bahtera, geladak, kapal, ombak, gelombang, buih, pasir, angin. Kita simak salah satu lagu hit-nya Berita Kepada Kawan (1980). Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan; Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan; Banyak cerita yang mestinya kau saksiskan; D itanah kering bebatuuan; ho…….; Tubuhku tergoncang; Dihempas batu jalanan; Hati tergetar menampak kering rerumputan; Perjalanan inipun seperti jadi saksi; Gembala kecil menangis sedih ho….; Kawan coba dengar apa jawabnya; Ketika ia kutanya mengapa; Bapak ibunya telah lama mati; Ditelan bencana tanah ini; Sesampainya dilaut kukabarkan semuanya; Kepada karang kepada ombak kepada matahari; Tetapi semua diam; Tetapi semua bisu; Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit; Barangkali disana ada jawabnya; mengapa ditanahku terjadi bencana; Mungkin Tuhan mulai bosan; Melihat tingkah kita; Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa; Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita ; Coba kita bertanya pada Rumput yang bergoyang …dst.

Sangat disayangkan jaman keemasan senandung merdu nyanyian alam telah lewat. Memasuki era 90-an lambat laun terdengar sayup-sayup, ‘tergusur’ hinggar-bingar musik pop masa kini. Era 2000-an tak jauh beda, kalah bersaing dengan Keong Racun dan Cinta Satu Malam.

Siapa Peduli Lingkungan Alam?

Pelestarian lingkungan sesungguhnya permasalahan kita bersama, termasuk para penyanyi dan musisi. Dengan demikian penyanyi juga memiliki tanggung jawab moral untuk ‘mengkampanyekan’ kepedulian, pelestarian lingkungan alam sesuai bakat mereka. Sosok penyanyi, lagu memiliki pengaruh kuat pada fans dan pendengarnya. Dan apabila digarap secara serius, dengan kesungguhan, penuh totalitas maka tema pelestarian lingkungan, mencintai alam memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi lagu nge-hit. Sebagai pembuka babak baru, suara emas Gita Gutawa sangat pas apabila mau menyanyikan lagu bertemakan alam dan lingkungannya, dan kemudian diikuti penyanyi lainnya.

Semoga saja dengan sering terjadinya bencana alam di negeri tercinta ini juga akan menggugah para penyanyi untuk berkarya, mendendangkan lagu nyanyian alam tentu sesuai perkembangan jamannya.